Langsung ke konten utama

Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga



Sebuah Cerita rakyat dari Kota Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan

Oleh : Keumala Fadhiela. ND

Pernah kah kamu berkunjung ke Kota Tapaktuan? Kota Tapaktuan yang terkenal dengan sebutan Kota Naga, merupakan ibu kota dari kabupaten Aceh Selatan. Sejak dulu Aceh Selatan terkenal dengan panorama keindahan alam yang begitu mengagumkan. Kabupaten ini berbatas dengan Aceh Singkil di sebelah Utara, Aceh Tenggara di sebelah Selatan, Aceh Barat Daya di sebelah Barat dan Aceh Singkil di sebelah Timur. Tapaktuan, sebuah kota yang dikelilingi deratan gunung dan laut biru yang indah, ternyata menyimpan cerita rakyat yang menarik. Tahukah kamu bagaimana kisah asal usul nama Tapaktuan itu? Nah, inilah sebuah kisah tentang Naga, Tuan Tapa dan Putri Bungsu cantik nan jelita.

Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang naga raksasa yang tinggal di gua dan lautan lepas Aceh Selatan. Sepasang naga sakti ini berasal dari lautan Negeri Cina yang diusir karena membawa sial pada negerinya. Karena tidak mempunyai keturunan, maka Naga jantan dan Naga betina tersebut meminta izin untuk hidup di Aceh Selatan pada seorang pertapa sakti yang menghabiskan waktu hidupnya di dalam gua. Meskipun mendapatkan izin untuk menetap, namun Tuan Tapa memberikan syarat pada sepasang Naga tersebut.

“Kalian boleh tinggal disini asal tidak membuat kekacauan”, kata Tuan Tapa memberikan syarat.

Sepasang Naga pun menyanggupinya. Mereka hidup di sebuah gua di lembah gunung dan mereka mencari makan di laut dengan memangsa ikan-ikan yang ada.

Pada suatu hari, saat asik mencari makan, sepasang naga tersebut tiba-tiba menemukan sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan terapung di tengah lautan. Ternyata terdapat seorang bayi perempuan di dalamnya. Dengan perasaan iba, mereka pun mengambil bayi mungil tersebut dan kemudian mengasuhnya seperti anak sendiri.

“Wahai suamiku, bayi ini begitu lucu. Sungguh kasihan jika kita meninggalkannya sendiri disini. Bagaimana kalau kita mengambilnya dan mengasuhnya saja?“, tanya Naga Betina pada Naga Jantan.

“Baik. Kita akan mengasuhnya. Lebih baik kita membawanya terlebih dahulu. Laut ini sangat ganas. Kita harus menyelamatkannya“, tambah Naga Jantan.

Hari demi hari, bayi tersebut pun beranjak dewasa menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Mereka menamakan gadis itu Putri Bungsu, karena sebenarnya ia adalah Putri Bungsu dari Kerajaan Asralanoka, sebuah negeri di dekat Pulau India. Sepasang naga tersebut menganggap Putri Bungsu seperti anaknya sendiri. Mereka merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Putri Bungsu hidup layaknya seorang manusia, namun selalu dijaga oleh Naga. Putri Bungsu pernah tahu bahwa ia sebenarnya adalah seorang putri kerajaan.

Seperti biasa, Naga Jantan dan Betina pergi mencari makan ke laut lepas. Namun sang Naga selalu berpesan kepada Putri Bungsu untuk tidak pergi terlalu jauh dari gua, karena mereka khawatir jika nanti ada manusia yang menemukannya. Namun sang Putri merasa penasaran mengapa dirinya berbeda dengan kedua orang tuanya. Ia pun mencari tahu dari mana dirinya berasal.

Setelah mendengar tentang kesaktian Tuan Tapa. Tanpa berpikir panjang, ia pun bertanya pada Tuan Tapa,

”Wahai Tuan Tapa yang sakti, mengapa aku berbeda dengan kedua orangtuaku? Siapa sebenarnya diriku ini?“, tanya Putri Bungsu penuh harap

“Ayahmu adalah seorang raja dan kau adalah putri bungsu, karena kau adalah yang paling terkecil dari tiga bersaudara. Kau terpisah dari orangtuamu saat badai menghantam kapal keluargamu“, jelas Tuan Tapa.

Mendengar penjelasan tersebut, Tuan Putri pun pergi meninggalkan Tuan Tapa dengan perasaan sedih. Sang Putri pun menjalani hari-hari dengan perasaan yang tak menentu. Ia ingin sekali bertemu dengan keluarganya lagi.

Pada suatu hari, akhirnya keinginan Putri Bungsu terkabulkan. Orangtuanya dari Kerajaan Asralanoka datang mencari putri kesayangannya. Tuan Tapa pun memberitahu mereka bahwa putri mereka masih hidup dan telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita, karena telah dirawat oleh sepasang naga raksasa.

Orangtua Putri Bungsu pun meminta izin kepada Naga untuk membawa kembali anaknya. Namun Sang Naga menolak hal tersebut. Mereka bersikeras tetap ingin menjaga Putri Bungsu karena telah menganggapnya sebagai anak sendiri.

“Putri Bungsu adalah bukan dari jenis kalian. Ia adalah anak manusia yang terpisah dari orangtuanya. Kalian tidak berhak melarangnya. Biarkan Putri Bungsu kembali ke negerinya bersama orangtua kandungnya”, kata Tuan Tapa.

“Tidak! Kami yang menyelamatkan Putri Bungsu dari keganasan laut lepas. Ia telah kami rawat dan kami besarkan hingga sampai saat ini. Kami berhak memilikinya!“, ujar Naga Jantan marah.

Tuan Tapa mencegah keinginan Naga untuk mengambil kembali Putri Bungsu. Sepasang Naga raksasa pun sangat marah dan mengakibatkan terjadinya perkelahian yang sengit antara makhluk sakti itu.

Naga Jantan menyerang Tuan Tapa dengan ekornya yang panjang dan besar sehingga Tuan tapa terbanting jauh. Sang Naga tak berhenti hanya disitu. Ia kembali menyerang terus-menerus dengan membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya yang panjang. Terjadi pertarungan yang sangat sengit antara Tuan Tapa dan sepasang Naga. Masing-masing tak ingin kalah dan mengeluarkan jurus saktinya.

Dalam pertarungan, Tuan Tapa tidak tinggal diam. Ia mengambil tongkat saktinya dan menyerang balik sepasang naga tersebut. Akhirnya, libasan tongkat tersebut membuat Naga terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah tubuh naga jantan tersebut tercecer dimana-mana. Kini bekas gumpalan darah dan hati naga jantan bisa dilihat di pantai Desa Batu merah dan Desa Batu Hitam, yaitu sekitar 3 km dari Kota Tapaktuan.

Dengan penuh amarah, Naga Betina pun menyerang Tuan Tapa kembali. Tapi apa daya, Naga Betina juga kalah dan mengakibatkan tongkat dan topi Tuan Tapa tercampak di lautan, sehingga kini menjadi batu di dasar lautan. Naga betina yang kalah mengamuk dan melarikan diri dari serangan. Dalam pelariannya, Naga Betina membelah sebuah pulau menjadi dua. Pulau tersebut dinamakan Pulau Dua, yaitu sebuah pulau di daerah Bakongan. Tidak hanya itu, Naga Betina juga memporakporandakan banyak pulau sehingga terpecah menjadi pulau-pulau kecil. Sekarang pulau hasil amukan Naga Betina tersebut dinamakan Pulau Banyak. Pulau-pulau ini dapat dilihat di sekitar Kabupaten Aceh Singkil.

Setelah kejadian penyerangan itu, Tuan Tapa mulai lemah dan akhirnya meninggal dunia. Jasadnya dikuburkan di dekat Gunung Lampu di kelurahan Padang, Tapaktuan. Konon Tuan Tapa bertubuh sangat besar, sehingga makamnya juga lebih besar dari ukuran normal. Putri Bungsu pun kembali kepada orangtuanya ke kerajaan Asralanoka dan hidup bahagia.

Kini banyak sekali tempat-tempat yang meninggalkan cerita menarik di daerah Tapaktuan, sehingga menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi. Panorama pelabuhan kota Tapaktuan menjadi tempat yang indah karena dikelilingi deratan gunung yang menyerupai seorang gadis yang sedang tidur. Masyarakat mempercayainya sebagai sosok Putri Bungsu. Air terjun tingkat tujuh dipercayai menjadi tempat pemandian sang Putri yang hingga kini menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat.

Selain pemandangan alam laut dan gunung yang sangat indah ternyata terdapat sekelumit cerita rakyat yang menambah daya tarik Aceh Selatan. Demikian kisah Tuan Tapa, Naga dan Putri Bungsu yang menjadi asal usul Kota Tapaktuan dan daerah lainnya di Aceh Selatan. Bagaimana? Tertarik mengunjungi Kota Naga?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber