Oleh: Dina Triani GA
(Writer/FTM-Banda Aceh)
Artikel saya kali ini sebenarnya
terinspirasi dari buku Don’t Sweat the Small Stuff yang ditulis oleh Richard Carlson, Ph.D. Buku
itu menerangkan cara mudah mencegah masalah kecil mengganggu hidup kita.
Masalah-masalah sepele, masalah-masalah ringan yang seharusnya diabaikan,
seringkali menjadi biang keributan antara pasangan suami-istri, ibu dan anak, mertua dan menantu, atasan dan bawahan atau antar
teman hingga menimbulkan pertikaian yang berlarut-larut. Seringkali kita
mendengar berita bahwa sepasang suami istri mengakhiri perkawinannya hanya
gara-gara si suami lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepada mertua. Kakak
beradik memutuskan silahturahmi karena anak mereka bersaing harga Handphone. Seorang
anak minggat dari rumah disebabkan tak tahan dengan omelan sang ibu soal handuk
basah di tumpukan baju kering dan bermacam masalah sepele lainnya.
Orang-orang yang suka membesar-besarkan
persoalan kecil acapkali menjalani hidup seakan-akan sedang berada dalam
keadaan darurat! Mereka seolah berusaha memecahkan masalah, namun kenyataannya
justru memperbesar masalah. Karena menganggap segalanya sebagai masalah besar,
lama kelamaan jadi terbiasa menganggap semua persoalan sebagai masalah besar.
Akhirnya mereka menghabiskan hidupnya dari satu drama ke drama yang lain.
Sungguh melelahkan! Jika kita tidak mau
belajar bereaksi terhadap persoalan hidup dengan lebih santai, wajar jika kita
akan mudah stres dan merasa hidup ini begitu banyak beban.
Bukan hanya anda, penulis pun sering
sekali merisaukan hal-hal yang setelah dicermati lebih jauh, ternyata bukanlah
masalah besar. Kita terpaku pada pesoalan-persoalan sepele dan terlalu
membesar-besarkannya. Contohnya, bila ada teman yang tidak membalas pesan
singkat. Kita-bukannya melanjutkan urusan kita, kita malah sibuk berpikir yang
tidak-tidak tentang dirinya. Kita membentuk dugaan negatif di hati kita. Banyak
yang malahan sibuk tanya sana-sini soal kenapa orang tersebut tidak mau
membalas pesannya, bukannya mengabaikannya. Padahal kita bisa saja berpikir
bahwa teman kita itu mungkin kehabisan pulsa, tidak sempat membalas, tidak
membuka pesan atau lupa membalas pesan.
Begitu banyak hal-hal kecil yang
terjadi setiap hari dalam hidup kita yang akan menjadi beban bila kita tidak
belajar untuk tidak memusingkan masalah-masalah kecil. Orang-orang yang
menghabiskan energinya untuk meributkan persoalan-persoalan sepele maka mereka
akan kehilangan keindahan dalam hidup ini. Mereka terlalu serius memikirkan
perkara-perkara remeh sehingga lupa menikmati hidup. Mereka akan kehilangan
wawasan yang lebih luas, terperangkap dalam pandangan negatif dan mengabaikan
orang lain yang ingin memberi solusi.
Sebaiknya kita harus mengingatkan diri
sendiri bahwa hidup bukanlah keadaan gawat darurat. Pada umumnya hidup ini
tidak berisi persoalan-persoalan yang benar-benar besar. Dengan kata lain,
tidak setiap hari kita dipecat, atau dipanggil KPK, atau kena musibah gempa
bumi. Anehnya, umumnya kita lebih sigap dalam menghadapi masalah besar daripada
masalah kecil sehari-hari. Kita seakan-akan mampu untuk menghadapi dan
mengatasinya. Kenyataanya, waktu kita habis untuk menghadapi persolan-persoalan
kecil yang terjadi setiap hari, setiap saat seperti kemacetan lalu lintas,
perbedaan pendapat, barang hilang, lupa menutup pintu, posisi kesetan kaki yang
miring, baju yang tidak rapi dilipat, dan seterusnya.
Menurut buku yang pernah penulis baca,
diperkirakan bahwa manusia rata-rata memiliki 50.000 pikiran setiap harinya.
Luar biasa banyak bukan? Namun sayangnya, kebanyakan dari pikiran ini nampaknya
adalah pikiran negatif, marah, takut, pesimistik, cemas. Meskipun begitu, tidak
berarti kita tidak bisa mengubahnya menjadi tenteram. Semua tergantung diri
kita mana yang akan kita ambil. Belajarlah tidak menganggap serius pikiran
negatif agar kita bisa mejadi orang yang lebih tenang.
Kebanyakan orang mengabaikan pengaruh
buruk kebiasaan mengungkit-ungkit masalah lama, sampai akhirnya benar-benar
menjadi besar. Kebanyakan orang juga enggan untuk melupakan masalah lama.
Betapa membosankannya hidup bersama orang yang selalu mengungkit-ungkit dan
tidak bisa melupakan masalah lama. Jangan memelihara perasaan negatif dan
bersikap tegang. Jadilah pribadi yang pemaaf, melupakan, dan terus maju.
Imbalannya dari semua itu adalah hubungan kita dengan orang lain akan lebih
kaya, terbuka, jujur, dan penuh kasih sayang.
Sekali lagi, jangan mempertengkarkan
hal-hal konyol jika kita ingin menikmati hidup ini. Jangan mengomeli sesuatu
yang sangat sepele, baik itu bertengkar soal siapa yang salah meletakkan kunci
mobil, siapa yang mendapat giliran cuci piring, siapa yang lebih perhatian,
siapa yang bekerja lebih keras, atau siapa duluan yang mengucapkan selamat
lebaran! Jangan lagi berdebat tentang siapa yang lebih bersih menyapu, siapa
yang lebih pantas juara kelas, atau siapa yang lebih hemat. Kita marah karena
menunggu beberapa menit karena pasangan lelet, ketika anak lupa mematikan lampu
kamar mandi, ketika pasangan buang angin yang cukup keras atau mendengkur
hingga harus pisah kamar. Ada seorang perempuan yang langsung mengajak
bertengkar suaminya karena status Facebook! Adakah masalah yang lebih penting
daripada itu?
Sungguh menyenangkan dan menyegarkan
menjalin hubungan dengan orang yang tidak gampang kesal karena persoalan kecil.
Bila kita menjalin hubungan dengan orang yang tidak mudah jengkel dan tidak
suka meributkan hal-hal konyol, kemungkinan timbulnya stres akan berkurang
karena kita tahu bahwa menjadi diri sendiri adalah sangat menusiawi. Kita tidak
boleh menuntut orang lain berubah. Kita harus belajar memandang hal-hal yang
tidak penting dengan perspektif yang benar. Hidup ini akan terus berlangsung
walaupun ada hal-hal yang bejalan tidak sesuai rencana. Kata-kata ‘Don’t sweat
the small stuff (Jangan memusingkan hal-hal kecil) dan It’s all small stuff
(Itu semua bukan masalah besar) sangat bermanfaat untuk diingat-ingat.***
Komentar
Posting Komentar