Langsung ke konten utama

Kesehatan Pendengaran, Investasi Masa Depan




Dalam rangka peringatan World Hearing Day 2017

Jutaan orang di seluruh dunia hidup dengan kehilangan pendengaran (hearing loss), serta kurangnya akses untuk mendapatkan pelayanan perawatan telinga dan pendengaran. Hal ini menjadi salah satu masalah dunia, khususnya Indonesia dalam menangani kasus ini. Kasus kehilangan pendengaran merupakan kasus yang memiliki banyak akibat yang berimbas pada penderita, keluarga bahkan, Negara. Tindakan preventif dan promotif untuk kehilangan pendengaran di Indonesia, terutama di Aceh sangat minim. Oleh karena itu, perlunya edukasi mengenai hal ini.

Berbicara masalah gangguan pendengaran, maka perhatian utama mengarah kepada telinga sebagai organ tubuh yang berfungsi sebagai organ pendengaran. Telinga adalah salah satu organ panca indera manusia yang berfungsi dalam pendengaran. Telinga memiliki tiga bagian utama yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Pada telinga luar kita bisa menemukan liang telinga yang dapat kita lihat dengan kasat mata. Pada telinga tengah, kita dapat menemukan membran timpani (gendang telinga) serta organ sekitarnya yang berhubungan dengan tenggorokan dan pada telinga dalam terdapat saraf pendengaran dan keseimbangan. Ketiga bagian ini jika salah satu memiliki masalah maka dapat timbul komplikasi ke bagian yang lainnya.

Kehilangan pendengaran (hearing loss) menurut organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) adalah seseorang yang tidak dapat mendengar sebaik seseorang dengan pendengaran normal (ambang pendengaran manusia adalah 25 desibel lebih ,maksimal 80 desibel pada kedua telinga). Kehilangan pendengaran dapat ringan, sedang dan berat serta sangat berat. Kehilangan pendengaran dapat terjadi pada satu atau kedua telinga dan penderita juga mengalami kesulitan mendengar pembicaraan konservasional atau suara yang keras.

“Kesulitan mendengar” (hard of hearing) mengacu pada kehilangan pendengaran derajat ringan sampai berat, sedangkan” ketulian” (deaf) berada pada derajat kehilangan pendengaran sangat berat, yang biasanya penderita berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

Penyebab kehilangan pendengaran dapat disebabkan karena kongenital dan didapat (acquired). Sebab kongenital atau sebab sejak lahir dapat diakibatkan karena berat badan lahir rendah, infeksi kehamilan dan lain-lain. Sedangkan kehilangan pendengaran didapat diakibatkan karena infeksi, cedera, suara yang terlalu keras dan lain-lain

Data epidemiologi yang dikutip dari WHO menunjukkan bahwa, 360 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan kehilangan pendengaran dan 5 dari 1000 anak yang lahir dapat menderita ketulian serta gangguan pendengaran. Sedangkan pada dewasa, 1-3 orang dewasa di atas 65 tahun menderita kehilangan pendengaran serta lebih dari 1 milyar orang di seluruh dunia memiliki risiko kehilangan pendengaran, mengacu pada mendengar musik dengan suara yang keras dalam jangka waktu yang lama. Di Indonesia sendiri menurut WHO angka kehilangan pendengaran mencapai 4,42-6,13% per 100 populasi.

Kehilangan pendengaran dapat memiliki dampak ke komunikasi, edukasi, pekerjaan, dan social serta emosional penderita. 

Contoh dampak gangguan komunikasi adalah, seorang anak yang tuli tidak dapat berbicara jika tidak dilakukan intervensi, dan seorang anak yang menderita gangguan pendengaran (dapat mendengar, namun tidak sebaik pendengaran normal) memiliki keterlambatan dalam perkembangan berbicara dan bahasa. Dalam hal edukasi, seorang anak dapat gagal dalam pelajaran yang diikuti, bahkan tidak naik kelas karena dampak kehilangan pendengarannya. Pada pekerjaan, dapat berdampak pada diputuskannya hubungan kerja karena tidak produktif dan dampak sosial dan emosionalnya adalah penderita menjadi terisoloasi, merasa kesepian dan frustrasi karena kehilangan pendengarannya.

Kehilangan pendengaran ini bukan hanya difokuskan pada orang dewasa dan orang tua saja, tetapi anak-anak dan remaja juga menjadi perhatian bahkan lebih ditekankan karena berhubungan dengan masa depannya kelak. Dan masa depan suatu bangsa ditentukan oleh anak mudanya. Juga sehubungan dengan bonus demography (bonus yang dinikmati suatu Negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif, rentang usia 15-64 tahun) bagi Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2030.

Fakta hari ini dalam kecanggihan teknologi yang terus berkembang, banyak orang yang menggunakan earphone atau headset untuk mendengar musik, film dan lain-lain. Yang menjadi masalah dalam hal ini, masayarakat banyak tidak mengetahui dampak dari penggunaan earphone yang tidak benar dan pengguna earphone sekarang paling banyak adalah anak-anak dan remaja.

Masalah selanjutnya yang juga tidak kalah penting bahwa kebisingan sekitar, misalnya arena bermain di mal-mal dan wahana bermain lainnya yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi juga dapat berdampak serius bagi pendengaran, terutama anak-anak.

Untuk mengatasi masalah ini, WHO setiap 3 Maret memperingati hari pendengaran sedunia (World Hearing Day) sebagai cara untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap masalah pendengaran. Pada tahun 2017 ini tema dari hari pendengaran sedunia adalah Action for hearing loss: make a sound investment. Hari pendengaran sedunia berfokus kepada, harga yang sangat besar yang dikeluarkan karena kehilangan pendengaran dan intervensi yang cost-effective atau intervensi yang efektif dalam biaya.

WHO dalam Hari Pendengaran Sedunia tahun 2017 ini, menyarankan aksi kepada para pembuat kebijakan: (1) mengalokasikan sumberdaya yang sesuai, (2) mengintegrasikan perawatan telinga dan , pendengaran menjadi sistem kesehatan, (3) membangun sumber daya manusia yang bekompeten, (4) mengimplementasikan identidikasi dini dan program intervensi, (5) Meningkatkan kewaspadaan diantara semua sektor sosial.

Dalam hal pencegahaan kehilangan pendengaran Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (KOMNAS PGPKT) menyarankan beberapa cara yang aman dalam menyikapi masalah-masalah yang sering timbul yang menyebabkan kehilangan pendengaran yang secara umum tidak kita sadari.

Pertama adalah tatacara pengguanaan earphone yang benar. Kunci aman dalam menggunakan earphone adalah (1) batasi volume pada 60% dari volume maksimal, (2) batasi waktu mendengar 60 menit, kemudian stop agar organ pendengaran dapat beristirahat. Tanpa beristirahat organ pendengaran akan rusak selamanya dan akan terjadi tuli permanen.

Kedua, tatacara yang aman beraktifitas ditempat dengan kebisingan tinggi (tempat bermain anak di mal, tempat bekerja yang memiliki suara yang keras) adalah dengan menggunakan earplug atau penutup telinga. Anak-anak hanya boleh bermain selama 30 menit tanpa earplug di tempat main anak yang memiliki tingkat kebisingan tinggi.

Dan ketiga adalah edukasi tentang membersihkan telinga. Sebenarnya pembersihan telinga tidak perlu dilakukan, ada usaha tubuh untuk membersihkan sendiri. Namun, jika dirasa perlu, gunakan lidi kapas bersih, gosok pelan-pelan di 1/3 luar liang telinga (kedalaman lebih kurang 1 cm).

Itulah fakta dan edukasi tentang kehilangan pendengaran. Dengan adanya peringatan Hari Pendengaran Sedunia ini, maka harapan kita sebagai masyarakat adalah kita sendiri harus sadar dan paham pentingnya menjaga pendengaran, mengerti tatacara yang benar dalam menyikapi factor resiko yang menyebabkan kehilagan pendengaran serta pemerintah atau pembuat kebijakan juga dapat menerapkan aksi nyata terhadap hal ini, agar akibat besar yang ditimbulkan karena kehilangan kepada daerah dan Negara yang paling besar yaitu jumlah harga sangat tinggi yang harus dibayar dapat sedikit-demi sedikit teratasi.





Andhika Citra Buana, S. Ked 

Dokter Muda RSUDZA

dr. T. Husni. T.R. M. Kes., Sp. THT-KL



Ketua Komisi Daerah Penaggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian Aceh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber