Oleh : Lukyana Arsa
Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi,
FISIP Unsyiah, Banda Aceh
“Saya mau jadi apa
setelah lulus kuliah?”
“Bagaimana dengan nasib ijazah saya
ya?”
“Bagaimana jika saya ditolak dan
tidak ada lowongan kerja?”
“Apa saya bisa mendapatkan pekerjaan
yang layak?”
Ya, sederet pertanyaan seperti di atas sering kali muncul
di benak para fresh graduate yang mau mencari pekerjaan dan
sedang mencari pekerjaan. Seperti memiliki sebuah ketakutan yang berarti jika
tidak segera mencari dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Benar memang bahwa
pekerjaan adalah kebutuhan primer yang harus dicari guna mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di masa mendatang, setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Seiring berjalannya waktu, pekerjaan tidak hanya
dijadikan sebagai alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi ada
kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier yang harus dipenuhi oleh setiap
orang, seperti kebutuhan untuk jalan-jalan, rekreasi, kebutuhan untuk membeli
baju dan sepatu baru, sampai pada kebutuhan untuk membeli barang-barang mewah
yang sudah memiliki brand ternama.
Sebagai manusia hal seperti ini lumrah, sah-sah saja dan tidak ada salahnya jika
ia mampu untuk membelinya, dan sudah menjadi kodrat bahwa manusia selalu ingin
lebih dan lebih lagi, artinya, ketika pekerjaan yang didapatnya sudah lebih
baik, penghasilan dan pendapatannya menjadi lebih banyak, sudah pasti ia
memiliki keinginan-keinginan untuk melakukan atau membeli sesuatu guna memenuhi
kepuasan diri, menunjukkan standar gaya hidup bahkan untuk mengejar dan
mempertahankan kelas dan prestise.
Namun sayangnya, kebutuhan dan keinginan seperti itu
tidak dibarengi dengan adanya penyediaan lowongan kerja yang cukup. Setiap
tahun ribuan bahkan ratusan ribu mahasiswa diwisudakan, setiap tahun ratusan
ribu lulusan mencari dan melamar pekerjaan sana-sini. Dari sekian banyak yang
melamar hanya sedikit yang diterima di perusahaan atau instansi yang dituju.
Sisanya menjadi pengangguran dan memilih untuk menunggu kapan akan dibuka
kembali lowongan pekerjaan. Cerita lainnya, lowongan pekerjaan terbuka lebar
hanya saja tidak ada kriteria yang cocok dengan spesifikasi yang dimiliki calon
pelamar yang membuat pelamar enggan untuk mencoba-coba, dan ujung-ujungnya juga
akan menganggur dan menunggu mendapatkan panggilan pekerjaan.
Menunggu berhari-hari, berminggu, berbulan bahkan
bertahun tentu tidak akan menghasilkan apapun jika kita mencoba untuk melakukan
sesuatu. Sebagian dari lulusan tentu akan berpikir daripada menunggu lebih baik
mencari jalan lain untuk mendapatkan penghasilan.
Setiap ada kemauan,
pasti ada jalan. Ungkapan seperti ini tentu tidak asing lagi di telinga kita,
dan sesuai dengan isinya bahwa jika kita ingin berubah, ingin berbuat dan kita
ingin melakukan sesuatu tentu selalu akan ada jalan yang terbuka untuk kita di
dalam menjemput rezeki. Ada banyak jalan dan cara yang bisa kita lakukan
daripada hanya menunggu panggilan pekerjaan yang tak kunjung datang.
Tak perlu ribet untuk mulai melakukannya. Mulai
saja dari hal-hal kecil yang bisa dan sering kita lakukan. Saat kuliah kita
sering menulis berbagai artikel, cerpen, puisi dan kemampuan menulis kita
terbilang mumpuni, kenapa tidak mencoba saja menjadi penulis. Mula-mula coba
untuk mengirim tulisan ke media online, lalu ke media cetak dan jika ingin
lebih kita bisa mencoba menulis buku, novel dan dikirimkan ke penerbit mayor
untuk diterbitkan secara nasional.
Untuk pecinta fotografi, cobalah mulai menekuni
dunia foto lebih dalam lagi, ikut bergabung dengan komunitas-komunitas fotografer
guna mendapatkan ilmu dan link
pekerjaan yang lebih banyak, ikuti kompetisi dan pameran-pameran foto sampai
benar-benar menjadi forografer yang profesional. Sama halnya untuk pegiat film,
pengalaman, ilmu dan link-link yang
sudah didapatkan di bangku tidak berhenti sampai disitu saja dan harus terus
berlanjut untuk berkarya sampai menjadi seorang film maker yang hebat. Demikian juga untuk seniman musik, tari, dan
lainnya semuanya bisa dimulai dari hal-hal yang dekat dari diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan jiwa-jiwa akademis yang
tidak memiliki hobi seperti itu? Tidak perlu khawatir, semua punya jalan. Kita
bisa membuka les, menjadi guru privat, walaupun hanya beberapa orang saja yang
diajari bukankah cukup untuk beberapa waktu sampai ada lowongan yang cocok
dengan dirinya.
Bagi Mereka yang bisa
berkreasi dengan kerajinan tangan, bisa membuat kue, dan lain sebagainya bisa
lebih menekuninya dan mencoba membuatnya lebih banyak, kemudian bisa dijual ke
warung, toko-toko atau bisa dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi internet
yang ada sekarang dengan berjualan secara online.
Nah, mudah bukan? Ya,
mudah jika niat tersebut terwujud dengan perbuatan yang nyata. Daripada
menunggu panggilan kerja yang tak
kunjung datang, lebih baik kita melakukan hal-hal yang dekat dengan dengan
kita, bisa dan sering kita lakukan. Walaupun kadang penghasilannya tidak
seberapa, setidaknya ada sesuatu yang kita kerjakan, tidak terduduk terpaku di
rumah. Hal-hal positif tersebut harus terus ditekuni dan dikembangkan karena
bisa saja rezeki yang kita jemput berasal dari sesuatu hal yang sering kita
lakukan.
Komentar
Posting Komentar