Oleh : Lukyana Arsa
Mahasiswi Semester 7, Ilmu
Komunikasi, FISIP Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh
Membaca merupakan sebuah keterampilan dalam berbahasa, yang
kegiatannya adalah memahami teks bacaan guna mendapatkan suatu informasi.
Membaca juga merupakan sebuah kegiatan yang sangat positif dan sangat bagus
dijadikan sebagai hobi. Dengan membaca wawasan seseorang lebih luas, pola
pikirnya lebih kritis dan tajam, serta argumentasi-argumentasinya lebih ilmiah
dan dapat dibuktikan dengan bukti yang empiris.
Untuk
mewujudukan berbagai tujuan tersebut, tentulah kita harus memiliki bahan bacaan
yang banyak, tidak cukup bahan bacaan hanya berasal dari satu sumber saja.
Mengapa? Karena semakin banyak bahan bacaan yang dibaca, akan semakin kritis
cara berpikir, serta dapat menjadi pembanding bahan bacaan yang satu dengan
yang lainnya.
Di
era modern seperti sekarang ini semuanya telah menjadi mudah, sehingga tidak
mungkin jika dikatakan tidak memiliki bahan bacaan. Koran, majalah dan tabloid,
bukan lagi barang yang sulit untuk kita dapatkan. Toko-toko buku juga banyak,
sehingga mustahil jika jika tidak ada wadah untuk bahan bacaan. Ditambah lagi
dengan kehadiran toko-toko buku online yang memudahkan kita dalam mencari
berbagai koleksi buku yang kita inginkan.
Jika cara tersebut dianggap tidak
ekonomis, maka perpustakaanlah sasaran yang tepat untuk mencari buku-buku yang
diingikan. Di perpustakaan kita bebas meminjam buku apa saja tanpa perlu mengeluarkan
biaya. Tapi harus diingat, perpustakaan merupakan tempat pelayanan publik yang
tentunya memiliki aturan-aturan tertentu, seperti batas waktu peminjaman,
jumlah maksimal buku yang boleh dipinjam, denda apabila telat mengembalikan
buku yang dipinjam dan aturan-aturan lainnya yang mesti ditaati. Namun tentunya
tidak menjadi masalah besar jika kita ingin menuruti dan menaati aturan-aturan
yang berlaku.
Kita telah menemukan banyak cara
dalam mendapatkan berbagai sumber bahan bacaan, sekarang tinggal giliran kita
untuk menggerakkan gemar membaca. Seperti yang kita ketahui di awal bahwa membaca
dapat memperluas wawasan sekaligus mempertajam pola pikir, sudah seharusnya
membaca menjadi kebutuhan primer. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk
membaca, cukup dengan menyisihkan waktu 15 menit saja per-harinya. Tak
membutuhkan buku khusus untuk dibaca, cukup dengan bahan bacaan apa saja kita
sudah mampu menyerap satu pengetahuan dari satu bahan bacaan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki sumber daya
alam yang melimpah dan juga memiliki sumber daya manusia yang sebenarnya mampu
mendorong percepatan pembangunan melalui pengolahan sumber daya alam yang ada. Namun
sayangnya negara yang dengan predikat perpustakaan terbesar se-Asia tenggara
tak menjamin penduduknya gemar membaca. Hal itu dibuktikan dari hasil studi
Most Littered Nation in the World 2016 yang menyatakan bahwa minat membaca
orang Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara yang dijadikan sebagai uji
studi yang dilakukan. Sangat memprihatinkan dan sangat-sangat disayangkan.
Berdasarkan hasil studi tersebut kita tentu bisa membuat
konklusi sementara bahwa potensi sumber daya alam yang melimpah tak akan pernah
bisa berkolaborasi dengan sumber daya manusia yang minim kualitas. Faktor utama
rendahnya kualitas tersebut karena kurangnya minat membaca. Sejauh yang bisa
dilihat sekarang rata-rata orang mau membaca hanya ketika ada tugas, pekerjaan
rumah, ujian, atau untuk mendapatkan referensi tugas akhir. Jika tidak ada kepentingan
maka tidak membaca. Sudah mau melakukan hal yang seperti ini saja sudah sangat
hebat sekali, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak menempuh pendidikan
lanjut, tetapi justru memilih bekerja karena tuntutan hidup? Sudah tentu
kesempatan dan peluang mereka untuk membaca sangat sedikit, bahkan hampir tidak
ada dan ujung-ujungnya mereka tidak pernah membaca apapun.
Jika ditilik lebih dalam tentu tidak akan ada habisnya melihat problema-proplema gerakan membaca di
Indonesia. Tidak punya waktu khusus untuk membaca, terlalu sibuk dengan
pekerjaan dan hal lainnya menjadi alasan utama seseorang untuk mangkir dari
membaca. Padahal jika dilihat-lihat kesibukan orang Indonesia tidaklah sesibuk
Jepang, Amerika, Jerman dan negara-negara adidaya lainnya, tetapi mereka selalu
menyempatkan diri untuk membaca, walaupun hanya satu halaman saja yang dibaca.
Katakanlah tidak sempat membaca karena sibuk dengan
pekerjaan, mengurus rumah tangga, mengurus anak dan lain hal sebagainya. Tetapi
hal itu hanya dilakukan oleh sebagian orang saja, bukan? Lalu kemana generasi
muda Indonesia yang melanjutkan estafet perjuangan bangsa?
Ya generasi kita saat ini bukan lagi generasi-generasi yang
harus berjuang dulu sebelum menang, tapi mereka adalah para generasi millenial
yang bermain di era digital. Segala jenis pekerjaan yang mereka lakukan dibantu
oleh teknologi. Semuanya menjadi mudah, ingin mencari ini-itu cukup search atau googling di kata kunci pencarian dan ditemukan apa yang hendak
dicari. Ingin makan dan belanja ini-itu tinggal order, lalu bayar dan barang yang diinginkan pun sampai dan banyak
lagi berbagai kemanjaan-kemanjaan yang ditawarkan teknologi yang membuat
generasi saat ini ketergantungan hingga malas melakukan untuk melakukan apapun,
termasuk membaca.
Padahal kecanggihan yang ditawarkan oleh teknologi
seharusnya membuat kita untuk berpikiran maju. Dengan adanya teknologi yang
sering kita sebut dengan internet itu bisa memudahkan kita dalam gerakan gemar
membaca, misalnya untuk mencari bahan referensi bisa kita lihat dari internet
dulu sebelum kita mencari buku-buku-buku yang kita inginkan, kita juga bisa
membaca buku di perpustakaan online, mencari jurnal, mencari koleksi buku-buku
baru yang siap terbit di website resmi perusahaan penerbian, dan sebagainya.
Segala kemudahan yang diberikan teknologi saat ini
seharusnya tidak membuat kita manja dan malas, namun justru harus membuat kita
berpikir lebih maju sesuai zaman dengan gerakan membaca. Pemerintah, intansi,
dan lembaga telah menyediakan wadah untuk membaca sekarang tinggal giliran kita
mau atau tidaknya untuk terus menggerakkan gemar membaca yang diawali dari diri
kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar