Langsung ke konten utama

WIRAUSAHA SYARIAH DI ERA DIGITAL


Oleh Ferita Utami 
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negri Ar-Ranirry, Banda Aceh

         Era Digital merupakan zaman dimana semua teknologi makin canggih dan berkembang. Di era digital ini semua alat komunikasi dan informasi mengalami perubahan yang sangat drastis, seperti dulu kita hanya mengenal Facebook tetapi sekarang sudah ada yang namanya Instagram dan lain-lain.  Pada era digital ini, kita tidak bisa lagi mengandalkan alat komunikasi yang berbasis analog, tetapi kita harus smart lagi dalam memilih alat komunikasi di era digital ini. Seperti telepon analog berreformasi menjadi smartphone, dan komunikasi analog berreformasi menjadi smart communication. Di era ini banyak bermunculan istilah-istilah yang kekinian seperti istilah Generasi Milenial di Era digital.
         Di era ini banyak orang memanfaatkan kecanggihannya dengan menemukan peluang-peluang usaha yang baru dan menggunakan teknologi yang canggih. Sebagai contoh dulu kita mengenal alat transportasi ojek, tetapi di era digital ini ojek berubah menjadi lahan pekerjaan yang sangat meyakinkan dengan berbasis digital dan online.
         Seorang wirausahawan haruslah pandai dalam mengelola kegiatan usahanya, dan harus memikirkan apa yang akan dilakukan dalan menghadapi era digital ini. Salah satu solusinya adalah dengan memasukan teknonologi yang berbasis digital dalam kegiatan usahanya saat ini. 
            Wirausaha konvensional dan wirausaha syariah cukuplah berbeda. Wirausaha berbasis syariah pun juga bisa bersaing secara digital dalam semua kegiatan usahanya. Almamater Syariah bukanlah masalah dalam berwirausaha, bukannya Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk berbisnis. Sebagaimana hadist diriwayatkan oleh Rifa`ah Ibnu Rafi` bahwa Nabi Muhammad SAW Pernah ditanya, Pekerjaan apakah yang paling baik? Beliau bersabda, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang bersih.
            Dengan landasan tersebutlah seorang muslim tidak harus menjalankan kegiatan usahanya dengan basis konvensional. Mengapa tidak menjalankan dengan usaha yang berbasis syariah? Bukankah kita juga merupakan seorang muslim? Ya, harusnya begitu. Tetapi yang terjadi sekarang adalah orang yang muslimlah yang menggunakan prinsip syariah dalam wirausahanya. Kemana kita yang berstatus muslim ini? Apa masih menggunakan prinsip konvensional dalam menjalankan kegiatan usahanya? Pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab personal dan tergantung dengan pemikiran seseorang terhadap syariah itu sendiri.
Bukannya sekarang semua sudah berbasis digital ? Apa salahnya kita menggunakan era ini untuk mencari peluang salam usaha yang berprisnip syariah. Dalam berwirausaha syariah kita haruslah meniru sifat Rasulullah SAW pada saat beliau menjalankan kegiatan usahanya. Sifat yang sangat dianjurkan untuk meniru sifat Rasulullah, yakni Shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah
Seseorang wirausaha harus mampu meniru sifat nabi yang pertama yaitu Shiddiqyang berarti berkata benar, bertindak benar. Seorang wirauaha islam harus mampu berkata dan bertindak dangan benar, atau diam saja (jika tidak mampu berkata dan bertindak benar). Berikutnya adalah Amanah, yakni menjaga kepercayaan, baik dalam sisi eksternal maupun internal. Kepercayaan juga menjadi kunci utama hadirnya bisnis. Kemudian adalah Tabligh, yakni kemampuan dalam menyampaikan, kemampuan berkomunikasi efektif. Bisnis efektif dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi, baik secara intenal maupun eksternal. Yang terakhir sifat Nabi yang patut ditiru adalah Fathanah, yakni memiliki kecerdasan dalam berbisnis. 
Sejatinya, setiap manusia memiliki potensi kecerdasan masing-masing. Namun tidak semuanya memliki kemauan dan kemampuan untuk mengoptimalkan kecerdasannya. Kata kuncinya adalah mempunyai kemampuan kuat unutk memaksimalkan potensi akal yang kita miliki. Potensi ini bisa terus digali dan haruslah mengikuti perkembangan trend dan perubahan zaman.
Dalam membuka wirausaha syariah, kita juga harus bisa melihat peluang yang ada dan bisa memanfaatkan peluang yang ada tersebut. Jika hanya bisa melihat peluang tanpa ada keinginan untuk bergerak, untuk apa ? Satu lagi, pada zaman sekarang jangan mencari peluang di generasi milenial, tetapi carilah peluang di generasi digital. Bisa saja kita memasukan unsur digital dalam kegiatan wirausaha kita. Bukannya sekarang konsep bisnis yang andalan di era ini adalah bisnis yang berbasis online, semua dapat dijangkau dengan mudah, asal koneksi lancar harga murah, cepat dan praktis serta bervarian.? Orang-orang akan sangat tertarik dengan semua yang berbasis online. 
Tetapi ada dampak-dampak menggunakan teknologi yang harus dihadapi dengan baik dan harus pintar pintar dalam mengelola risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dampak yang sangat mencolok dengan menggunakan teknologi dalam bisnis adalah adanya kompetisi yang sangat mencolok, maksudnya adalah banyaknya usaha yang sama dengan usaha yang kita jalankan. Untuk menghindari hal tersebut kita juga harus bisa berinovasi lagi dan lagi untuk mecari peluang baru agar persaingan tersebut dapat dihadapi. Kemudian ada dampak Demografis, seperti Women dan millenials. Hal tersebut merupakan dampak eksternal karena, konsumen sekarang lebih didominasi oleh kaum perempuan, dan perempuan itu sangat berpengaruh. Dari apa yang kit abaca, milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo Boomers" karena adanya 'booming' (peningkatan besar) tingkat kelahiran di tahun 1980-an dan 1990-an. Millenials berdampak karena tingkat kebutuhan generasi millenials sangatlah tinggi, apa lagi generasi millenials lebih memilih belanja sambil tiduran, maksud disini adalah mereka lebih menarik belanja melalui situ online dari pada berjalan kesana kemari mencari kebutuhannya.
Di Aceh sendiri masih kurang wirausaha yang menggunakan teknologi digital dalam menjalankan bisnisnya. Apa lagi wirausaha  syariah di Aceh sangatlah kurang. Padahah potensi wirausaha syariah sangatlah banyak apalagi Aceh yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bukankah itu sangat berpontensial?  Idealnya, wirausaha di Aceh itu bisa diterapkan secara digital dan Islami.
Ada beberapa tips umum untuk menghadapi era digital dan islami tersebut.. Pertama jangan melupakan Sumber Daya Manusia (SDM), kita harus terus menerus meng-upgrade kompetensi sumber daya manusia agar tidak ketinggalan jaman. Kedua, aplikasi teknologi dalam bisni. Ketiga Pemahaman terhadap kondisi market. Terakhir merupakan tips yang sangar penting dalam berwirausaha di era digital adalah Berani 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...