Langsung ke konten utama

Aku Jatuh Cinta Pada Mesin



Oleh W. Tanjung Files



Kegaduhan hari ini belum usai, ketika para siswa telahlibur semester, namun para guru tidak diperbolehkanlibur sebab ada perubahan aturan dari pemerintah.Mengajukan cuti menjadi solusi, namun kami para guru tak pernah mengajukan cuti seperti para pegawaikantoran. Ruang kantor ini terlalu pagi untuk terasabising, oleh gerutu beberapa temanku yang tak bisaliburan bersama keluarganya, gara-gara sistem darisebuah mesin. Sementara kepalaku terseret ke masa lalu.

Tepat satu tahun lalu, ketika libur lebaran telah usai, sekolah kembali masuk seperti sedia kala. Hari-hariku kini tak lagi sama seperti dulu, sebelum aku menjadi guru. Tidur pagi hingga siang dan beraktifitas malam hari menjadi rutinitasku, namun kala itu mulai berbeda. Awal tahun ini aku lolos tes pegawai negeri, mendaftarkan diri sebagai guru bahasa Indonesia di salah satu sekolah di kota ini. Kebanggaan luar biasa bagi orangtuaku. Akhirnya ada anaknya yang meneruskan profesi ayahnya menjadi guru. Kebetulan ayahku telah mendapat SK pensiun, bertepatan pula aku mendapatkan SK mengajar.

Lingkungan sekolah adalah hal yang baru bagiku. sebuah rutinitas yang birokratis. Berbeda dengan dunia seniman yang sebelumnya aku jalani, yang penuh improfisasi.Rutinitas itu yang membuat aku bertemu dengan sebuah mesin bernama fingerprint. Aku pun jatuh cinta padanya. Mungkin terdengar konyol, namun begitulah adanya.

Hari-hari awal masuk sekolah adalah rutinitas yang penuh hal baru. Waktu luang sebelum tahun ajaran baru, aku memanfaatkannya untuk mempelajari seluruh sistem mengajar, mulai dari melengkapi perangkat mengajar hingga segala aspek birokrasinya. Salah satunya tentang jadwal fingerprint.

Aku suka sesuatu yang sistematis, jika menyangkut kedisiplinan. itu yang terkadang membuatku terlihat tidak sopan atau terlalu keras menyikapi ketidakberesan yang terjadi di sekitar. Itu yang membuat aku merasa begitu cocok dengan mesin absen ini. Ketika dunia dilanda keplasuan dengan kedok sopan santun dan kecurangan, aku jengah dengan tingkah laku manusia modern, yang berlindung di balik keramahan untuk menyembunyikan keburukan.

Aku sendiri heran, kenapa aku menulis cerita ini. Apakah nanti tidak ada yang tersinggung jika ada teman guru yang membaca tulisan ini. Ah aku cuek saja, toh tulisan ini aku kirim ke koran media luar negeri, jadi kemungkinan kecil mereka bisa membacanya. 

Setiap pagi mesin itu adalah sosok yang selalu menyapaku dengan penuh kelembutan dan keramahan. Ketika aku salah meletakkan jari, dengan sopan ia ucapkan"Coba lagi", dan ketika scan finger sukses, ia katakan"Terima kasih". Suara perempuan yang lembut, namun ada ketegasan di balik kelembutan itu. Sosok istri yang sempurna.

Aku tahu ada oknum yang melakukan kecurangan dengan mesin itu, namun sebagai orang baru, aku hanya bisa diam dan mengamati. Salah satunya seseorang yang meminjam jari orang lain untuk melakukan absen finger. Terlihat ketika satu orang melakukan finger dua kali, pertama ketika ia tempelkan jari telunjuk untuk absen dirinya sendiri, kedua ketika ia tempelkan ibu jari untuk absen temannya yang nebeng absensi. 

Begitulah sistem, selalu ada peluang untuk kecurangan. Sebaik apapun sistem, pasti ada oknum yang menemukan peluang kecurangan. Semua kembali pada moralitas pelakunya. Sebagai seorang guru baru, aku tak banyak berbuat. Mungkin karena usia yang semakin tua, aku jadi tak begitu idealis seperti waktu sebelum 30 tahun, orangbilang dulu saya keras kepala, sekarang lebih terlihat bijaksana. 

Aku melakukan scan finger tiap pergantian jam pelajaran. Sedangkan guru-guru lain melakukan finger hanya dua kali, setiap awal dan pulang sekolah saja. Karena kebiasaanku yang aneh itu, membuat aku dicap aneh oleh beberapa teman guru. Katanya aku terlalu rajin finger, mungkin dalam hatinya berkata aku gila atau kurang kerjaan. Tetapi aku tak pernah risau soal pendapat orang lain, selama perbuatanku tak mengandung perbuatan yang melanggar aturan. Aku lakukan finger sesering mungkin karena suara wanita di mesin itu adalah samangatku untuk melanjutkan jam mengajar sampai usai. Dari kelembutan suaranya ada kekuatan penyemangat dan ketulusan.

Pada suatu hari mesin itu rusak. Pak kepala sekolah memberitahukan bahwa mesin itu sudah terlalu tua. Memang mesin finger itu bukan beli baru, namun hibah dari perusahaan milik salah satu alumni. Solusinya absensi kehadiran guru dilakukan secara menual dengan tanda tangan di ruang TU.

Semenjak kejadian itu, aku seperti kehilangan separuh semangat. Kedisiplinan untuk melaksanakan tugas mengajar tetap ada, namun ada yang kurang, tak sepertibiasanya. Entah kapan mesin itu akan sembuh dari kerusakan, atau bakal digantikan mesin yang baru. Aku berharap ia akan sembuh, bukan digantikan mesin yang baru. 

Sebagai pria single di usia 30 tahun, tentu jadi bebanku di lingkungan sosial. Sementara teman-teman seangkatanku sudah menikah semuanya. Pernah aku konsultasi ke psikiater, apakah aku mengalami gangguan jiwa atau kelainan seksual. Sejauh ini semua berpendapat aku baik-baik saja, cuman belum bertemu jodohnya saja, katanya.

Di zaman modern ini, ada banyak cara untuk menemukan jodoh. Dari smartphone ada banyak aplikasi pencari jodoh, namun imbasnya kemudahan itu justru mempersulit manusia untuk menemukan pasangan yang benar-benar tulus karena cinta. Pertimbangan yang bersifat materialis menjadi orientasinya. Sebetulnya jika aku beri tahu profesiku sebagai seorang pegawai negeri, pasti banyak yang berminat menikah denganku, namun bukan perempuan seperti itu yang aku cari. 


Hari-hari berlalu begitu saja, tak ada lagi suara si cantik dari mesin yang biasanya memeriksa jemariku. Suatu hari aku dipanggil untuk menghadap ke ruang kepala sekolah. Pak kepala sekolah menyodorkan daftar absensiku yang kosong, karena aku tak perlah melakukan absen secara manual di ruang TU. Perdebatan panjang dengan kepala sekolah pun terjadi, yang intinya aku tidak pernah meninggalkan tugas mengajar dan saya minta maaf karenasemenjak fingerprint rusak, saya selalu lupa untuk absensecara manual di ruang TU.


ku Ternyata Pak Kepala sekolah sudah tahu semuanyatentang peristiwa yang saya alami, bahkan beliau mengatakan salut dengan kinerja saya yang disiplin dan penuh semangat dalam mengajar para siswa. Ternyata selama ini aku dipantau oleh karyawan TU yang bernama mbak Nindya. "Sudah tau semuanya, yang cerita mbak Nindya, orangnya pendiam namun jujur, disiplin, idealis, tak bisa toleran pada pelanggaran, dia sudahmengabdi di sini selama 8 tahun dan belum menikah." kata Pak Kepala sekolah. 


Satu tahun berlalu setelah kejadian itu, Aku  dan Nindya akhirnya menikah dan kami dikaruniai seorang putri yang kami beri nama Fingerina Fitri, karena anak kami lahir bertepatan sengan 1 Syawal. 





W. Tanjung Files, lahir di Madiun, 21 Februari 1988. Menulis cerpen, puisi, dan musikalisasi puisi. Karyanyaterbit di berbagai media. Bukunya Kitab Puisi NegeriKertas (2015), Jejak Inspirasi (2015), Taman Tak Bernama(2016).

Komentar

  1. Anonim7/10/2019

    sayang sekali, editornya cuman copy paste. harusnya diperiksa dulu ejaannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber