Langsung ke konten utama

HADIH MAJA DALAM FASHION HIJAB



Oleh Novita Diana, M.Pd

Hadih maja merupakan peribahasa dalam kehidupan  masyarakat Aceh. Dulunya atau lebih tepatnya peribahasa yang mengandung serat makna nasihat yang dikemas dalam bahasa yang indah. Hadih maja juga mengandung makna yang kuat tidak hanya tentang nasihat, tapi juga tentang perumpamaan-perumpamaan yang digunakan sebagai pedoman dalam  kehidupan bermasyarakat di Aceh. Menurut Snock Hurgronje dalam bukunya Aceh di Mata Kolonialis menyatakan bahwa “hadih maja dipertahankan oleh orang tua, khususnya kaum perempuan sebagai penuturnya kepada anak-anak mereka sebagai sarana pendidikan”. Pernyataan ini saya kutip dari tulisan Tengku Puteh.com. Beberapa contoh hadih maja yang sering kita dengar  seperti; (1) Adat meukoh reubong, hukom meukoh pureh, adat jeut berangkaho takong, hukom hanjeut talanggeh. (2) Tengoh teuga ta ibadat, tahareukat yoh goh matee. (3) Hina bak donya hareuta teh tan, hina bak Tuhan ileumei hana. 
Tidak hanya dalam bahasa Aceh pada umumnya, tetapi dalam bahasa Gayo-Aceh Tengah juga memiliki hadih maja seperti (4) beret ni malu atan batang ruang, beret ni raje atan astana. Hadih maja tersebut memiliki makna yang mendalam tentang kebajikan dalam kehidupan bermasyarakat di Aceh yang sesuai degan ajaran Agama Islam.
 Untuk melestarikan hadih maja  di era milenial ini, saya sebagai perempuan Aceh ingin sekali melakukan sesuatu yang bisa membantu menjaga adat budaya bangsa Aceh, terutama di bidang sastra; hadih maja. Berbekal sedikit ilmu dari penelitian thesis dua tahun lalu di bidang linguistik, saya mencoba mengkaji sedikit demi sedikit tentang pentingnya pengenalan kembali hadih maja kepada generasi muda saat ini. 
Banyak cara agar adat budaya terjaga, salah satunya yang saya tekuni dari tahun 2018 adalah memasukkan kesusastraan ini dalam dunia fashion. Hadih maja yang dimaksud, saya perkenalkan kembali kepada perempuan-perempuan Aceh melalui fashion hijab. Hijab elegan yang memiliki ciri khas Aceh dengan design-designnya yang unik ditambah lagi dengan adanya hadih maja di antara design-design hijab tersebut dalam bahasa Aceh (@rindu.premiumhijab). Saya berharap perempuan-perempuan Aceh di jaman milenial ini kembali mencintai adat budaya mereka sendiri. Ini salah satu cara agar bahasa Aceh kembali, khususnya hadih maja. Karena sebagaimana kita ketahui bersama saat ini sedikit sekali generasi muda yang memberikan perhatian lebih pada bidang sastra Aceh. Hal ini mendorong saya untuk lebih mengkaji tentang hadih maja dan mencoba memperkenalkan kembali pada generasi milenial saat ini. 
Jikalau mereka remaja milenial sekarang asik dengan budaya luar, memakai atribut yang menggambarkan budaya luar,  jadi  kenapa mereka harus malu menggunakan atribut yang berasal dari negerinya sendiri dengan ciri khas yang menggambarkan tanah kelahirannya. Oleh sebab itu saya mencoba memasukkan sastra Aceh khususnya hadih maja dalam dunia fashion, mengembangkan literasi bisa dengan banyak cara, menurut saya ini salah satunya. Mengemasnya dalam design hijab dengan elegan, modern dan mencoba yang terbaik agar di terima oleh masyarakat Aceh khususnya perempuan-perempuan Aceh yang di kenal memiliki kekuatan, keberanian dan keelokan rupa yang luar biasa. 
Melalui konsep penggabungan literasi dengan fashion ini, saya tidak hanya memperkenalkan kembali adat budaya Aceh kepada penduduk lokal, tapi besar pula harapan saya untuk menarik peminat dari luar Aceh untuk mengenal Aceh lebih dalam melalui hadih maja. Dengan konsep yang saya aggap unik ini, saya juga berharap bisa menginspirasi generasi muda untuk terus berkreasi sesuai dengan bakat dan minat mereka dan juga berani terjun untuk melakukan sesatu untuk menjaga negerinya. Tentu ini akan menjadi salah satu kontribusi positif saya untuk mengembangkan dua bidang sekaligus untuk tanah kelahiran saya, sastra dan tata busana, yang mana kedua hal ini adalah minat yang sangat ingin saya kembangkan. Melauluinya pula, saya berharap ini adalah pembuktian pada diri saya sendiri untuk terus memajukan potensi diri baik itu dalam bidang pendidikan (literasi/kesusraan) maupun dalam bidang kewirausahaan. 

Novita Diana, M.Pd
Alumni Pendidikan B. Inggris UPI-Bandung, Guru Pendidikan B.Inggris di MUQ Pidie         
@tatadianaa/@rindu.premiumhijab/ novitadiana111@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...