Oleh: Harri Santoso
Menurut laporan SEAMIC Health Statistic (2001) dalam Pneumonia Komuniti ,Tahun 2003) disebutkan bahwa Influenza dan Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei Darussalam, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan World Health Organization (WHO) 1999(dalam Pneumonia Komuniti, 2003) menyebutkan bahw a penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Dan menurut hasil Survei Kesehatan Rumah TanggaDepkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Fakta di atas menunjukan betapa berbahayanya penyakit Pneumonia bagi manusia baik dewasa maupun anak-anak khususnya balita. Pneumonia adalah penyakit peradangan paruyang disebabkan oleh mikro organisme (bakteri, virus, jamur dan parasit), pneumonia dapat menimbulkan sesak terutama pada bayi dan dapat berakhir dengan kematian. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat penyakit pneumonia pada Balita mendudukiperingkat kedua sebagai penyakit menular setelah diare. Tahun2018 tercatat 42.305 balita ditemukan dan ditangani dengandiagnosis pneumonia.
Persentasenya sebesar 95,53 persen dari 44.285 balita yang diperkirakan sebagai penderita yang tersebar di enamkabupaten/kota. Terkait hal ini, ada fakta yang menarik sekaligus menyedihkan bahwa pneumonia dapat disebabkan oleh asap rokok yang menempel pada baju. Pertanyaannya adalah tidak mungkin seorang bayi merokok pasti ia mendapatkannya dari orang sekitarnya terutama ayah dan lingkungannya secara umum.
Terkait dengan hal di atas, menarik bagi kita untuk melihat bagaimana kebiasaan merokok masyarakat Indonesia. Dalam sebuah video dokumenter yang dibuat oleh wartawan asal Amerika yang berjudul Vanguard, Sex, Lies and Cigarettes dalamvideo berdurasi 42 menit digambarkan seorang bayi lima tahunajaib asal sumatera selatan yang telah menjadi perbincangan di dunia internasional terutama di Amerika Serikat karena mampumerokok berbatang-batang sehari dan menjadi hal yang biasa dalam masyarakatnya. Selanjutnya video ini membandingkan kota New York 50 tahun yang lalu sama dengan kondisi kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang dan Medan dalam hal merokok dimana iklan rokok menyebar dimana-mana, orang dapat bebas merokok dan hal yang paling menyedihkan anak-anak usia remaja dengan bebas membeli rokok dan merokok di warung-warung, kantin dan lingkungan mereka tanpa teguran dan larangan di masyarakat.
Kondisi di atas diperparah dengan iklan-iklan rokok yang sanga tmudah didapatkan masyarakat dengan bahasa-bahasa provokatif terutama untuk anak muda. Selain bahasa yang provokatif, rokok di Indonesia juga dijual dengan harga yang sangat murah.Jika dibandingkan dengan harga rokok di Amerika saat ini, sebungkus rokok dihargai Rp. 120.000 berbanding terbalik dengan di Indonesia sebungkus rokok dihargai Rp. 15.000 hingga Rp. 30.000 bahkan dapat dibeli secara eceran dengan harga Rp.1000 hingga Rp. 2000 per batangnya.
Terkait dengan bahayanya asap rokok bagi kesehatan terutama para perokok pasif, cukuplah kematian seorang Alm. Sutopo (Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Pusat) menjadi contoh bagi kita tentang bahayanya asap rokok bagi para perokok pasif terutama anak-anak. Sebagai penutup, izinkan penulis mengutip pesan penting dari Alm. Sutopo Setoplah rokok! Ingat, bukan (untuk) Anda, tapi untuk keluarga Anda, istri Anda, suami Anda, anak-anak Anda dan sebagainya," .
Penulis adalah Akademisi di Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Staf Ahli Badan Perlindungan danPemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Banda Aceh.pen
Komentar
Posting Komentar