Langsung ke konten utama

BELAJAR TABAH DARI MUSIBAH



Oleh Mariana
KPUK Pelongehen, Angkup Aceh Tengah

Malam semakin larut. Aku belum mampu memejamkan mata meskipun tubuh ini  terasa sangat letih setelah seharian menyelesaikan aktifitas sebagai seorang perempuan yang juga sebagai seorang ibu rumah tangga.
Hampir satu tahun aku menyandang peran ganda  sebagai seorang ibu, juga kepala keluarga. Semenjak suamiku sakit-sakitan  ( penyakit aneh ). Aku memutuskan melanjutkan usaha suamiku meskipun terkadang sangat melelahkan.  Namun aku menjalani semua ini dengan iklas dan senang hati demi buah hatiku yang belum mengerti apa-apa tentang kehidupan ini.
Sejenak aku menerawang kembali tahun-tahun pertama pernikahan kami , walau hidup pas-pasan. Namun aku sangat bahagia dengan dikaruniai dua orang putra kebahagiaanku. Seakan tak pernah berakhir. Hari-hari yang aku jalani begitu indah dan menyenangkan. Sebuah keluarga kecil  yang harmonis. Suamiku yang pekerja ulet, membawa keluarga kami mengalami kemajuan di bidang ekonomi
Namun,  semua itu begitu cepat berlalu. Kebahagiaan itu  ternyata semu. Aku sedih, tepatnya awal bulan April 2008, suamiku tiba-tiba jatuh sakit. Padahal sebelumnya suamiku  tidak pernah menderita penyakit apapun, kecuali pilek dan batuk biasa. Aku sudah mencoba mencari pengobatan untuk penyakit suamiku. Ke dokter juga pengobatan alternatif. Jika sudah menjalani pengobatan, suamiku cuma bisa sehat sebentar atau beberapa hari saja setelah itu sakit lagi.
Ya Allah. Terkadang aku seperti putus asa mengahdapi semua ini.  Aku sadar bahwa aku harus sabar. aku tidak boleh lemah. Aku harus tegar dihadapan anak-anakku. Akupun selalu menutupi kesedihanku di hadapan mereka.  Aku tidak mau anak-anakku ikut  merasakan dengan apa yang kurasakan saat ini. Karena bagiku hal yang terindah  dalam hidupku adalah membahagiakan orang-orang yang kucintai dalam hidupku yaitu suamiku dan anak-anakku.!
Kesedihanku semakin bertambah kaetika ayah mertuaku berpulang ke Rahmahtullah, tepatnya pertengahan Februari 2009. Maka lengkap sudah deritaku. Belum lagi sampai 44 hari meninggalnya ayah mertuaku tiba-tiba penyakit suamiku kambuh lagi. Aku memutuskan memasukkan suamiku  ke rumah sakit yang ada di kabupaten. Seminggu berada di rumah sakit, keadaan suamiku juga tidak ada perubahan sama sekali. Dokter pun menganjurkan agar suamiku dibawa ke rumah sakit propinsi karena fasilitas dan alat yang lengkap. 
Walaupun keluarga masih diliputi  kesedihan karena kepergian ayah,  kami tetap berangkat  menuruti anjuran dokter. Singkat cerita setelah 17 hari mendapat perawatan intensif, suamiku diharuskan menjalani operasi. Tapi setelah operasipun keadaan kesehatan suamiku tidak mengalami kemajuan yang berarti. Setelah  sebulan di rumah sakit, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Aku menginjakkan kaki di rumah dengan perasaan yang tak menentu. Tangisanku tak mampu terbendung lagi ketika berkumpul kembali dengan buah hatiku yang sudah berpisah hampir sebulan.
Walaupun sumiku belum sembuh total , namun aku bersyukur pada yang maha kuasa karena masih diberi  kesempatan untuk berkumpul bersama.  Kepada Allah aku bersyukur dan berkata, Ya Allah, jika ini cobaan bagiku, aku tahu engkau memberikan cobaan pada umatmu sebatas kemampuannya. Aku rela pada kehendakmu. Jika ini ujian bagiku, aku berusaha mencari jawaban atas semua teka-teki ini. Semoga masalah yang aku alami seperti  ini tidak menimpa sahabat-sahabat yang lain. Ku akhiri kisahku ini dengan sebuah tanya “   mungkinkah hari ini bahagiaku,  bisa kuraih kembali .?  “ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...