BANYUMAS- Berbicara mengenai literasi , maka tidak jauh dari kata membaca dan menulis. Hal tersebut tidak jauh dari perpustakaan atau taman bacaan masyarakat. Karena di tempat tersebut merupakan sumber bacaan. Berbicara mengenai perpustakaan maka lebih mengarah kepada instansi atau perkantoran. Sedangkan taman bacaan masyarakat adalah yang dikekola oleh masyarakat umum.
Melalui taman bacaan masyarakat (TBM) kebutuhan masyarakat akan bacaan menjadi lebih dekat. Namun kegiatan di TBM lebih mengarah kepada social pemberdayaan. Para pegiat TBM dituntut untuk terus berinovasi agar masyarakat tetap berkunjung ke TBM. Namun dibalik perjuangan pegiat TBM, mereka terganjal dengan ketidakseimbangan financial. Kebutuhan pokok yang harus dipenuhi memaksa agar balance antara keuangan dan kegiatan social. Maka tidak boleh disalahkan jika sebuah TBM hanya menyandingkan buku tanpa berbagai kegiatan untuk masyarakat atau minim kegaiatan.
Dalam hal tersebut yang bergerak adalah para relawan. Para relawan pun membutuhkan keuangan, paling tidak untuk transportasi selama kegiatan. Untuk itu maka perlu adanya pendidikan kewirausahaan agar kegiatan social bisa terusberjalan. Pendidikan tersebut ditujukan untuk warga belajar dan untuk masyarakat umumnya. Tentu dengan menghadirkan berbagai peluang agar tidak terlalu membebankan bagi pemula.
Berangkat dari hal tersebut, Sekolah Kampoeng Menulis (SKM) yang berdiri pada tahun 2017 mulai berinovasi dengan mengadakan kegiatan pelatihan kepenulisan di sekolah dan untuk masyarakat umum melalui kegiatan workshop. Pada bulan Desember 2018, SKM mulai berinovasi dengan mendirikan bimbingan belajar (Bimbel). Karena kegiatannya di Purwokerto maka nama menjadi SKM Purwokerto. Pada bulan Februari mulai beregiatan di Baturraden tepatnya di desa Karangmangu.
Pada bulan April 2019, SKM Purwokerto merubah diri menjadi SKM Indonesia mengingat kegiatan yang dijalankan mulai banyak dan targetnya tersebar di seluruh pelosok tanah air bahkan manca nergara. “Kami mengusahakan disetiap kecamatan berdiri SKM Indonesia, bila perlu di setiap desa ada, jadi ketika mencari tempat kegiatan tidak perlu jauh-jauh. Selain itu juga sebisa mungkin di setiap kabupaten terdapat SKM. Bahkan di setiap privinsi dan kalau bisa sampai manca negara,” ungkap Fajar Pujianto saat kegiatan buka bersama dan gathering SKM Indonesia #1 di Purwokerto, Ahad (12/5).
SKM Indonesia yang baru bulan April 2019 ini dipromosikan, kini baru mempunyai 43 anggota yang terbagi dalam beberapa divisi. Diantaranya yaitu SKM Pustaka (Taman Bacaan Masyarakat)dan sudah terdaftar di Pustaka Bergerak Indonesia nomor 72 Jawa Tengah, SKM Motivation, SKM Cinema, SKM Publishing, Bimbingan Belajar SKM, Bimbingan Kepenulisan SKM, Toko Buku SKM, Sablon Kaos dan Cukil Kayu SKM, kegiatan budaya, music, seni rupa, sastra, dan lain sebagainya. Adapaun program terbaru kami adalah Bimbingan Bahasa Inggris dan SKM Galery Art. “bukan hal yang tidak mungkin dengan semakin kemajuan zaman dan inovasi yang dimiliki maka akan menambah unitnya dan juga bagi yang mempunyai bakat atau siapapun yang ingin bergabung SKM Indonesia masih kami persilakan, agar bisa menempa diri,” terangnya.
Fajar mengungkapkan bahwa bimbingan belajar SKM yang sudah berjalan baru di beberapa tempat, sementara yang sudah dipromosikan dan siapn berjalan ada beberapa tempat. “Bimbingan belajar yang sudah berjalan sementara baru di Karangmangu kecamatan Baturraden, Pabuaran kecamatan Purwokerto utara, Babakan kecamatan Karanglewas, dan Gununglurah kecamatan Cilongok. Adapun yang sudah siap dijalankan yaitu di desa Kaliwangi dan Kaliputih kecamatan Purwojati, desa Pageraji, Langgongsari, Pernasidi, dan Sudimara kecamatn Cilongok, desa Sunyalangu kecamatan Karanglewas, kelurahan Teluk kecamatan Purwokerto Selatan, Karangnanaskecamatan Sokaraja, Pliken dan Perumahan Saphier kecamatan Kembaran. Sementara beberapa rekan di kecamatan yang lain sudah konfirmasi dan siap untuk ditempati dan berdiri SKM,” ungkap penggagas SKM Indonesia tersebut.
“Sementara beberapa unit yang lain dipercayakan kepada masing-masing rekan yang sesuai bidangnya. Namun tetap masih harus dikontrol semua, mengingat masih baru dan belum sepenuhnya bisa dilepas. Sistem yang kami gunakan juga masih sambil disaring dan unit terbaru masih tahap penggogokan, agar ketika dijalankan sudah benar-benar siap,” tambah dia.
Adapun di kota lain sementara baru di Semarang yang akan diadakan buka bersama dan gathering SKM Indonesia chapter Semarang pada tanggal 19 Mei 2019 dan akan di Yogyakarta. Secara bergantian, berharap di kota lain berdiri SKM. Sedangkan anggota SKM Indonesia rerata para mahasiswa, pendidik, karyawan, pegiat seni, dan pengangguran.
SKM Saat ini bekerjasama dengan beberapa perusahaan, sekolah, toko buku, penerbit, organisasi, komunitas, dan lainnya. Selama masih bisa saling menguntungkan akan digarap untuk kerjasamanya.
“Alhamdulillah selama bergabung di SKM Indonesia, saya jadi bertambah pengalamannya, bertambah ilmu dan teman juga. Selain itu juga belajar menjadi pengajar di SKM mengingat saya masih menjadi mahasiswa. Saya juga bersyukur selain bisa berbagi melalui kegiatan social di Baturraden juga mendapat tambahan keuangan untuk keperluan dari hasil mengajar di bimbel SKM Baturraden,” pungkas Laili Nur Umayah warga Bogor yang masih kuliah di IAIN Purwokerto. (Tim SKM Indonesia)
Komentar
Posting Komentar