Langsung ke konten utama

Mrs. Polos

           
Ilustrasi POTRET Gallery

Oleh Dian Kusuma Alumni SMA Negeri 3 Nagan Raya, Aceh

Aisya adalah gadis manis yang memimpikan suatu hari nanti ia akan menjadi seorang arsitek. Pada suatu hari Aisya lulus kuliah dan mendapatkan gelar S1 dengan nilai yang paling tingggi. Aisya sangat senang mimpinya telah tercapai. Namun halangan demi halangan terus saja berdatangan. Dari pertama, ia harus menerima tawaran ibunya yang memaksanya untuk menerima seorang laki-laki yang tidak dikenalinya untuk menjadi calon imamnya.

Pada awalnya Aisya tidak setuju. Hal tersebut membuat ibunya menangis karena ketakutan. Jika Aisya tidak menerima, maka keluarganya akan malu. Sebab lamaran tersebut sudah duluan diterima keluarganya tanpa sepengetahuan Aisya.

Aisya sedih melihat air mata ibunya. Lalu ia memutuskan untuk menerimanya dengan satu syarat. Mereka baru akan menikah setelah 1 tahun. Karena Aisya ingin mendapatkan pekerjaan dari ijazah yang telah dicapainya sejauh ini. Tetapi jika Aisya belum punya pekerjaaan setelah satu tahun, maka mau tidak mau Aisya harus menikah tepat pada waktu yang ditentukannya itu. Barulah ibunya tersenyum kembali.

Kemudian pertunangan pun berlansung. Keluarga sang mempelai pria datang ke rumah Aisya untuk membawa mahar. Namun, sang mempelai tidak hadir dalam acara tersebut.

Aisya berberat hati ketika acara pertunangan. Ia merasa tidak senang. Karena Aisya tidak mengenal sedikit pun tentang calon suaminya itu. Bahkan ia tidak mau tahu siapa nama sang pria.

Beberapa hari kemudian, Aisya pergi ke ibu kota untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Namun malangnya Aisya tidak diterima, karena alasan mereka telah kecukupan tenaga kerja.

Dalam lubuk hati Aisya berkata,

“waktu terus saja berjalan. Tetapi aku belum mendapatkan tempat yang menerimaku. Kenapa aku tdak diterima? Padahal aku punya gelar lulusan teknik terbaik tahun ini di indonesia. Aku heran masih saja itu tidak cukup untuk membuatku diterima sebagai pegawai.”

“Bagaimana ini?. Aku takut aku tidak akan berhasil mendapatkan pekerjaan dalam waktu satu tahun ini.” Ucap Aisya berbicara pada dirinya sendiri.

Aisya takut ia akan hidup kelaparan di kota besar. Lalu ia memutuskan untuk menggunakan uang hasil tabungan selama ia mendapatkan beasiswa sewaktu kuliahnya dulu untuk membuka sebuah usaha toko bunga kecil di depan rumah yang telah diberikan oleh sepupunya kak Linda.

Rumah kecil tersebut berada di tepi jalan yang lokasinya strategis. Aisya berharap ia bisa mengubah kondisi rumah kecil berhalaman besar tersebut, bisa menjadi ladang untuk usaha kecilnya nanti.

Satu bulan kemudian. Kini toko kecil milik Aisya maju pesat. Bunga-bunga hias hasil karya tangan Aisya digemari banyak orang. Tidak hanya penduduk lokal, bahkan sampai ke luar kota.

Aisya sangat senang niatnya telah tercapai. Lalu setelah dua bulan berlalu, Aisya telah menjadi pengusaha bunga yang sukses. Asiya punya karyawan dan langganan dari para arsitek kenalannya dan para pencinta tanaman hias di seluruh pelosok nusantara.

Pada suatu hari Aisya duduk termenung. Ia masih memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan pekerjaan dengan ijazah yang telah dicapainya itu. Aisya ingin menepati sebuah janji. Dulu ia pernah berjanji pada ibunya ia akan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah sebagai hadiah karena ibunya yang telah membiayainya sekolah dari kecil. Hati kecil Aisya berkata.

“Aku ingin menepati janjiku pada ibu dan bapak. Aku yakin aku pasti bisa mendapatkan perkerjaan dari hasil sekolah yang ditanggung mereka salama ini.”

Keesokan paginya. Aisya kedatangan pelangan seorang laki-laki alim berpakaian rapi, mengenakan peci bertubuh kekar dan berkulit kuning langsat.

Laki-laki tersebut pada awalnya dilayani oleh pegawai yang bekerja pada Aisya. Namun, laki-laki tersebut ngotot ingin bertemu dengan pemilik toko langsung.

Aisyapun menurutinya. Ia melayani sang laki-laki dengan baik.

Tetapi laki-laki tersebut membuat Aisya canggung. Karena ia tidak banyak bicara dan sering memandangi Aisya. Aisya heran, mengapa sang laki-laki tersebut menatapinya demikian.

Aisya berkata, “maaf. Anda ingin melihat tumbuhan jenis apa? Biar saya perlihatkan”

sang laki-laki hanya tersenyum pada Aisya .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...