Langsung ke konten utama

ERA DIGITAL BUKAN MOMOK BERINOVASI


Oleh Rahmi
Mahasiswi Prodi Perbankan Syariah, FEBI UIN Ar- Raniry, Darussalam, Banda Aceh

Di era serba digital ini, salah satu cara untuk menjadi pelaku wirausaha sukses adalah dengan terus belajar. Banyak cara untuk belajar. Salah satunya adalah belajar dari kisah para pelaku wirausaha sukses. Dengan cara ini bisa dijadikan sebagai salah satu bentuk usaha atau upaya untuk memotivasi diri. Sangat bagus bagi  kita sebagai mahasiswa/i atau siapun yang ingin mencoba berwirausaha bisa termotivasi untuk menciptakan suatu peluang usaha.  Hal ini juga penting bagi para mahasiswa untuk meluruskan pemahaman mengenai kewirausahaan itu. Sebab, selama ini banyak yang salah faham dalam memahami kewirausahaan tersebut. Barangkali, ada baiknya kita cari sejumlah referensi mengenai wirausaha tersebut.
Thomas W.Zimmerer, misalnya mengatakan bahwa kewirausahaan sendiri memiliki pengertian sebagaisebuah proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan bisnis. Dari pengertian tersebut, kita sadari bahwa kewirausahaan tidak hanya aktivitas memasarkan atau menjual suatu produk, tetapi tiap-tiap orang dalam suatu organisasi dan mampu menciptakan suatu inovasi bisa disebut sebagai pelaku wirausaha.

Prof. Drs.ec. Wibisono Hardjopranoto MS, Rektor Universitas Surabaya  seperti ditulis di kompas.com, 26 Maret 2010 menggambarkan bagiaman orang-orang memahami kewirausahaan itu. Katanya, Sejumlah Mahasiswa tampak membuka stan dan berjualan aneka produk di mal dan kampus. "Kami sedang praktik mata kuliah entrepreneurship," kata salah seorang mahasiswa.
Mereka merasa, membuka stan dan berjualan identik dengan entrepreneurship. Apakah sesederhana itu? Apakah entrepreneurship hanya sebatas berjualan dan berjualan? Menurut Schumpeter (1911), entrepreneurship adalah terbentuknya inovasi yang diimplementasikan. Entrepreneurship adalah seorang inovator, industrial leader, organizer yang mengoordinasikan sumber daya ekonomi, Green(2005) juga menyatakan, entrepreneurship adalah transforming ideas into enterprises that generate economic, intellectual, and social value.
Artinya, ada kekeliruan memaknai entrepreneurship seperti ditunjukkan mahasiswa tadi. Entrepreneurship diartikan secara dangkal sebatas aktifitas selling.
Terlepas dari persoalan kesalahpahaman akan entrepreneurship itu, sebenarnya para mahasiswa yang sedang belajar di bangku kuliah selama ini sudah banyak yang mempelajari entrepreneurship. Banyak mahasiswa  pula mahasiswa yang telah terjun ke dunia wirausaha sambil kuliah. Apalagi di era revolusi industry yang begitu heboh ini, banyak ide yang bisa terfikir untuk mencoba suatu peluang usaha. Salah satu peluang usaha yang sempat terfikir adalah mencoba menjadi pelaku bisnis Jastip (Jasa Titip Beli). Jastip merupakan peluang usaha untuk membelikan barang pesanan yang diminta oleh pengguna jasa. Biasanya, Jastip memanfaatkan teknologi atau media sosial untuk menawarkan jasa pembelian barang.Bisnis ini cukup booming seiring perkembangan digitalyang terjadi. Dengan hanya bermodal smartphone dan beragam aplikasi media sosial, binis Jastip sudah bisa dijalankan.

Penulis menyadari, jika suatu saat bisa membangun bisnis tersebut tentunya  harus menerapkan tips atau target-target tertentu agar bisnis yang  direncanakan ini bisa berjalan dengan lancar dan tidak menjadi bisnis yang flat saja. Sebagai salah satu perencana yang ingin memulai bisnis tersebut, yang utama  harus diperhatikan yaitu melihat target pasar. Dalam artian, si pelaku bisnis harus mengetahui apakah akan  melakukan jastip pada produk skincare, barang anak-anak atau barang branded.Dengan begitu, dapat memudahkan pelaku bisnisuntuk mempromosi dan merangkul pelangganyang banyak.
Tidak hanya itu, pelaku bisnis  harus paham bagaimana sistem kerja dari bisnis jastip tersebut, serta harus memberikan layanan yang terbaik pula bagi para pelanggan. Oleh karena itu, mental, keterampilan serta pengetahuan sangat penting dimiliki jika  ingin memulai suatu bisnis apapun. Karena dengan ide saja tidak cukup. Tetapi harus dibekali  dengan ketiga hal tersebut. Apalagi di era yang serba digital ini.
Memang yang terjadi saat ini, sebahagian orang merasa khawatir akan perkembangan era digital yang terus berpacu. Ini dikatakan sebagai era disrupsi, dimana ketika para manusia menggeserkan aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata sekarang beralih ke dunia maya.
Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan akan perkembangan era digital saat ini, bila kita mau menyiapkan diri.  Justru kita harus bisa melihat bahwa di balik semua perubahan tersebut, muncul peluang-peluang yang sangat menguntungkan, jika kita berani mencoba menciptakan inovasi yang berbeda. Kebanyakan mahasiswa saat ini hanya terpaku berada pada zona nyaman yang mereka miliki. Sebagian dari mereka hanya bisa menjiplak inovasi-inovasi yang sudah ada. Tidak mau berfikir untuk menciptakan  peluang-peluang yang unik, sehingga dampaknya akan terkalah ketika dihadapkan dengan persaingan dunia global di era yang akan datang, baik dari segi berwirausaha, maupun segi mencarian lowongan pekerjaan ketika para mahasiswa meraih gelar sarjanannya.
Oleh sebab itu, keadaan tersebut harus terfikirkan dari jauh-jauh hari. Karena jika tidak, kita para mahasiswa/i akan terus tertinggal dan menanggung malu atas gelar sarjana yang sudah melekat. Melihat kita dihadapkan oleh pesaing-pesaing yang bukan kaleng-kaleng dalam istilah anak muda jaman sekarang. Apalagi dengan diterapkannya kerja sama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), tantangan dan ancaman itu semakin besar dan berat.
Kiranya belum terlambat untuk berbuat dan bertindak. Mulailah membuka mata dari sekarang bahwa gerakan literasi, termasuk dunia digital, sangat penting galakkan sejak dini. Tidak ada kata terlambat untuk memulai segala sesuatu yang positif. Apapun perubahan yang terjadi saat ini, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Satu kunci utama ada pada buku, karena buku adalah jendela dunia dan Tuhan akan memberi jalan pada umatnya yang terus berusaha dan berdoa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber