Langsung ke konten utama

*Peran Generasi Muda dalam Mendukung Industri Pariwisata Berwawasan Kebudayaan*



Oleh FIRAUZA HELDIN
KETUA UMUM IPAMAS MEUKEK PERIODE 2017-2019 dan KETUA 1 HAMAS PERIODE 2019-2021


Peran generasi muda dalam industri pariwisata berwawasan kebudayaan adalah saat di mana para pemuda, khususnya mahasiswa mengembangkan sektor pariwisata yang didasarkan oleh wawasan budaya. Generasi muda adalah ujung tombak. Dalam era pembangunan saat ini, peran dan dukungan pemuda sangat diharapkan dalam mengisi pembangunan. Oleh karena itu, keterlibatan mereka menjadi sangat penting bila diharapkan akan diwujudkan pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan. Hal tersebut menjadi lebih relevan ketika dikaitkan dengan berbagai upaya untuk percepatan aktivitas kepariwisataan dalam rangka mendukung proses pembangunan pariwisata di berbagai wilayah di Aceh, khususnya Aceh Selatan.

Pendapat mengenai peran kepariwisataan dalam pembangunan dan terlebih lagi untuk daerah sedang berkembang sudah sering kali diungkapkan di dalam berbagai literatur. Secara garis besar, keuntungan-keuntungan dimaksud dapat diuraikan dalam beberapa aspek. Pertama, adanya berbagai keuntungan yang dapat diraih, antara lain: terbukanya lapangan pekerjaan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata, meningkatkan nilai/citra suatu wilayah geografis, termasuk yang miskin akan sumber daya ekonomi, dan mendorong revitalisasi suatu wilayah geografis yang telah kehilangan dayatariknya, misalnya kota tua atau wilayah bekas pertambangan.

Kedua, bagi negara sedang berkembang, industri pariwisata dapat dikatakan merupakan media pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam jangka panjang sebelum dapat memberikan keuntungan. Daya tarik wisata yang merupakan salah satu modal utama untuk pengembangan kepariwisataan, sudah tersedia. Jika dibandingkan dengan misalnya pengembangan industri otomotif, dibutuhkan modal yang sangat besar dan waktu yang cukup lama sebelum keuntungan dapat diperoleh.


Ketiga, dalam melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana pendukung. Sektor pariwisata dapat mengurangi ketergantungan impor karena sebagian besar barang modal dan barang habis pakai dapat disediakan oleh destinasi pariwisata, seperti kerajinan tangan, makanan dan minuman, dan daya tarik wisata.

Ke empat, sekedar untuk memperkuat nilai positif kepariwisataan, perjalanan jarak jauh pada umumnya dilakukan olehwisatawan dari negara-negara kaya menuju destinasi pariwisata di negara sedang berkembang. Dengan demikian, terdapat peluang yang lebih besarbagi Indonesia untuk menarik lebih banyak segmen pasar tersebut.

Kelima, berkaitan langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan, sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung perwujudannya. Industri pariwisata dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena karakteristiknya yang khas sebagai berikut:

Konsumennya datang ke tempat tujuan, sehingga membuka peluang bagi penduduk lokal untuk memasarkan berbagai komoditi dan pelayanan. Membuka peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh kawasan-kawasan marginal.

Membuka peluang bagi usaha-usaha ekonomi padat karya yang berskala kecil dan menengah yang terjangkau oleh kaum miskin; dan tidak hanya tergantung pada modal, akan tetapi juga tergantung pada modal budaya (cultural capital) dan modal alam (cultural capital) dan modal alam (natural capital) yang seringkali merupakan aset yang dimiliki oleh kaum miskin.

Oleh karena itu, ketika kepariwisataan akan dikembangkan, maka yang harus dipahami adalah bahwa pengembangan tersebut ditujukan untuk “membantu” wisatawan mewujudkan motivasi-motivasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Entah itu dalam bentuk pelayanan jasa maupun pertunjukan kebudayaan.

Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan tidak didasarkan kepada paradigma bahwa wisatawan adalah “mangsa” yang akan untuk dikuras isi kantongnya. Paradigma semacam ini akan menyebabkan suatu destinasi pariwisata kehilangan pelanggan setia, karena wisatawan merasa dieksploitasi.

Di sinilah peran pemuda dan mahasiswa untuk meluruskan kembali, membangun dan menjaga pariwisata agar tetap tumbuh berkesinambungan. Sebagai pemuda bangsa, kita juga bisa membuat karya yang memiliki nilai seperti yang diuraikan tadi untuk mendukung roda pariwisata yang berwawasan berkebudayaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...