Langsung ke konten utama

PEMBELAJARAN IPA DI TENGAH KURIKULUM YANG TERUS BERUBAH




(Bagian ke-2, dari 5 tulisan)

Oleh Hasbi Yusuf



Sejak Indonesia merdeka telah terjadi bebrapa kali perubahan kurikulum sebagai konsekwensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, iptek dan ideologi negara. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya terletak pada penekanan dan tujuan pendidikan serta pendekatan dalam mengoperasikannya. Sejarah perkembangan dan perubahan kurikulum di Indonesia sejak lepas dari penjajahan Jepang dan Belanda, hingga menjelang kehadiran sang penguasa korona. 

Pertama,Kurikulum Tahun 1947. Sebenarnya pada tahun 1947 belumlah pantas disebut sebagai kurikulum, melainkan baru sebatas Recana Pelajaran (dalam bahasa Belanda “Leer Plan”). Rencana Pelajaran Tahun 1947 masih meneruskan kurikulum yang disusun oleh Belanda, karena saat itu dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Ciri utama kurikulum ini menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan di sekolah-sekolah pada tahun 1950. Bentuk dan kontennya hanya memuat dua hal pokok: Daftar Mata Pelajaran dan jam pengajarannya/Garis-Garis Besar Pengajaran. 

Kedua, Kurikulum 1952. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pelajaran Terurai. Yang menjadi ciri khas dalam kurikulum ini adalah isi pelajaran harus dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Ke tiga, Kurikulum 1964. Kurikulum ini dikenal dengan nama Rencana Pendidikan 1964, dengan fokusnya Panca Wardhana, yaitu: Pengembangan Daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata Pelajaran diklasifikasikan dalam 5 kelompok bidang studi yaitu moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan Jasmaniah. Pendidikan Dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. 

Ke empat, Kurikulum 1968. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Tujuan Pendidikan menurut kurikulum 1968 adalah pembentukan manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran Pancasila, Pengetahuan Dasar, dan Kecakapan Khusus, dengan jumlah mata pelajaran semua ada sembilan. 

Ke lima, Kurikulum 1975. Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang dikenal dengan Satuan Pelajaran (SP) berupa rencana pelajaran setiap pokok bahasan. Satuan Pelajaran terdiri dari: Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), Materi Pelajaran, Alat Pelajaran, Kegiatan Belajar-Mengajar, dan Evaluate. 

Ke enam, Kurikulum 1984. Kurikulum 1984 mengutamakan Pendekatan Proses, dengan mengusung “Life Skill” atau kecakapan hidup. Kurikulum 1984 menempatkan posisi siswa sebagai subyek belajar, dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, serta melaporkan hasil pengamatan, menarik kesimpulan. Model belajar seperti ini disebut dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), atau Student Active Learning (SAL). 

Ke tujuh, Kurikulum 1994. Kurikulum 1994 jiwanya ingin mengkombinasikan kurikulum 1975 dengan kurikulum 1984. Kurikulum 1994 dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no.2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional. Perubahan drastis kurikulum ini adalah perubahan dari sistem semester kepada sistem caturwulan. Terjadi perubahan yang menonjol pada kurikulum 1994 yang mencakup di antaranya, pertama berlaku sistem caturwulan. Kedua, berorientasi kepada materi (isi) pelajaran. Ke tiga, bersifat Kurikulum Inti, daerah dapat menambahkan kurikulum Muatan Lokal. Ke empat, menerapkan Sistem Belajar Siswa Aktif (baik fisik, mental dan Sosial). Ke lima, diharapkan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Ke enam, pengajaran dari yang konkrit ke yang abstraks, dari yang mudah ke yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks; ke tujuh, pemberlakuan Remedial. Ke delapan, beban belajar terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran atau materi /substansi setiap mata pelajaran. 

Ke delapan, Penyempurnaan Kurikulum 1994 (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan, dari sentralistik menjadi disentralistik, sebagai konsekuensi logis diberlakukannya undang-undang no. 22 dan 25 tntang Otonomi Daerah maka Kurikulum 1994 disempurnakan lagi. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa. 

Karakteristik KBK adalah sebagai berikut: Pertama, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara indifidual maupun klasikal. Ke dua, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes). Ke tiga, menggunakan Pendekatan dan Metode yang bervariasi. Ke empat, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Ke lima, penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam penguasaan atau pencapaian kompetensi. 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber