Oleh Putri Meliza
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Alfi adalah seorang santri di Pesantren Al Muslimun Islamic Boarding School yang bertempat di Aceh, berusia 12 tahun. Sahabat yang mempunyai semangat dan ambisi yang luar biasa untuk meraih masa depannya. Di saat usianya 12 tahun pemikiran Alfi sudah luar biasa. Matanya sayu, ditambah warna kulitnya yang putih. Alfi seorang anak yang berasal dari Aceh tulen. Alfi anak pertama dari empat bersaudara. Ia gadis yang hidup sederhana bersama keluarganya. Alfi masuk pesantren karena kemauan diri sendiri, bukan kemauan orangtua. Alfi berusaha agar dirinya bisa diterima di Pesantren itu sebagai santri. Alhamdulillah karena usaha dan keyakinannya Alfi diterima di pesantren yang dia inginkan dengan nilai yang baik.
Pagi yang cerah dengan wajah yang sangat ceria, Alfi memohon do’a dan restu kepada kedua orang tua untuk memulai kehidupannya menjadi santri, untuk mulai melanjutkan pendidikannya. Alfi diantar oleh ibu melangkahkan kaki dari rumah menuju Pesantren. Setibanya di pesantren Alfi sangat merasa senang, senang dengan suasana baru, teman baru, new life is begun. Alfi dan ibu langsung menuju Rayon 1 kamar 10. di kamar itu berisi 4 santri yang ada ranjang yang bertingkat. Mulai hari itu Alfi pun memulai hidupnya dengan menjadi santri di Pesantren, dengan jauh dari orang tua dan keluarganya. Alfi menikmati harinya menjadi santri, bersama teman – temannya. Alfi memulai hari harinya di pesantren seperti biasa saja, sama seperti di sekolah yang lain. Hanya saja bedanya di Pesantren ini Alfi akan tidur bersama teman – teman barunya, belajar di sekolah bersama dan pastinya akan ada hafalan al-qur’an atau hadist. Mendalami pelajaran agama, mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui oleh Alfi. Akan ada kebiasaan yang mungkin tidak pernah akan dilupakan adalah antrian mandi di Pesantren. Kejenuhan yang dialami harus dilewati dan masih ada banyak lain hal yang akan Alfi dapatkan di dunia barunya yaitu Dunia Pesantren
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tidak terasa sudah enam bulan Alfi berada di Pesantren ini. Menjadi santri di kelas 1B, bukanlah hal yang mudah dijalani oleh Alfi sebagai santri di Pesantren tersebut. Alfi menjadi bahan ejekan oleh kakak kelasnya. Alfi sering terasingkan saat ada kegiatan di Pesantren. Teman – temannya selalu dipilih untuk tampil setiap acara, tapi Alfi tidak. Alfi dianggap sebagai anak yang culun, lemah, dan bahkan Alfi sering diremehkan. Namun, apakah Alfi putus asa? Apakah Alfi meninggalkan pesantren tersebut? Ternyata tidak, Alfi mempunyai banyak cara dan ide yang terlintas dalam benak fikirannya. Menjadi seorang santri, dengan berbagai aktifitas di asrama.
Terlihatlah cahaya motivasi dalam diri Alfi, membangkitkan semangat dan jangan pernah menyerah, jangan pernah dengar apa yang dikatakan oleh teman – temannya tentang mereka yang meremehkan Alfi. Alfi belajar lebih giat lagi. Pagi, siang, sore dan malam Alfi terus belajar. Tidak hanya belajar pelajaran yang di sekolah, tapi Alfi belajar hal lainnya. Beberapa minggu kemudian, akan dilaksanakan kegiatan PENSI (Pentas Seni) di Pesantren Al Muslimun Islamic Boarding School. Anak – anak libur belajar karena akan melaksanakan kegiatan pentas seni. Akhirnya malam pentas seni pun tiba. Hari itu semua siswa berada di tempat acara untuk menyaksikan berbagai penampilan yang ditampilkan. Mulai dari tarian, vocal group, dan lain lain.
Di saat semua siswa libur dan menyaksikan pentas seni, berbeda dengan Alfi yang pada hari itu tidak terlihat bersama santri yang lainnya. Alfi lebih memilih belajar dari pada bergabung bersama mereka. Hari itu Alfi menghafal bahasa inggris dan Arab agar ia semakin fasih dan bisa. Hari itu juga Alfi menghafal kembali al-qur’an dan hadistnya. Dengan dia diremehkan, membuat Alfi bukan semakin melemah, bukan membuat dirinya mundur dan putus asa, tetapi membuat dirinya lebih semangat. dia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa dan tidak diremehkan oleh teman – teman dan kakak kelasnya bahwa dia tidak seperti yang mereka remehkan. Setiap hari Alfi selalu giat belajar lagi, ekstrakuliker yang diikuti juga terus digelutinya bahkan semakin aktif.
Perjuangan belajar lebih giat lagi, membuahkan hasil bagi Alfi. Alfi menjadi siswa terbaik di pesantren. Alfi yang dulu sering diremehkan oleh teman – temannya dan kakak kelasnya, justru sekarang menjadi kagum kepada Alfi. Satu tahun sudah Alfi berada di Pesantren itu, cahaya motivasi itu selalu datang kepada Alfi untuk tetap semangat, berjuang di Pesantren untuk masa depannya dan nantinya akan membahagiakan orang tuanya. Setelah satu tahun, Alfi menjadi siswa yang berprestasi dan sekarang menjadi panutan buat yang lainnya.
Tidak terasa waktu terus berjalan, hingga kini Alfi sudah beranjak menduduki bangku kelas 2. Awalnya pada saat kelas 1 Alfi berada di kelas reguler biasa saja. Sekarang di kelas 2 ini, Alfi masuk ke kelas Unggul sampai dengan kelas 3. Masuk ke kelas unggul tidak membuat Alfi sombong, justru dia tetap menjadi santri yang dicontoh oleh adik kelasnya. Alfi terus menguasai bahasa Arab dan Inggris, sehingga Alfi ditugaskan di tempat bahasa. Hingga pada saat Alfi memasuki masa SMA di Pesantren tersebut, lagi lagi dan lagi Alfi kembali diremehkan oleh kakak kelasnya. Pernah satu kejadian yang membuat Alfi dipanggil oleh kakak kelasnya yang saat itu bertugas di pusat bahasa, karena pada saat itu Alfi tidak sengaja berbicara menggunakan bahasa Indonesia. di SMA Alfi kembali belajar dan membuat kakak kelasnya itu tahu bahwa Alfi bisa dan tidak seperti yang mereka remehkan.
Pada saat SMA akhirnya Alfi kembali bisa membuktikan bahwa dirinya bisa. Mengawali pengalamannya di kelas 1, 2 dan 3, Alfi terus percaya bahwa cahaya motivasi itu tetap ada yang membuat dirinya tetap percaya diri. Cahaya yang menyemangati hidup Alfi sampai detik terakhir untuk meraih masa depannya melalui pesantren ini.
Enam tahun Alfi berada di Pesantren tersebut, bukanlah hal yang mudah Alfi jalani. Perjuangan penuh lika liku. Keremehan yang dibuat oleh teman temannya memunculkan cahaya motivasi dan masa depan di peaantren itu bagi Alfi. Karena di pesantren itu Alfi mengenal semuanya. Alfi belajar menjadi seorang yang mandiri, yang jauh dari keluarga dari pesantren itu. Motivasi yang didapatkan oleh Alfi bukan dalam dirinya saja, tetapi cahaya motivasi yang datang ini juga dari keluarganya, gurunya, ustadzahnya, dan semua orang yang menyayanginya. Ketika Alfi ingin mundur, semangat hilang dan putus asa, Alfi selalu mengingat keluarga terutama orang tuanya. Setiap dia ingin berhenti melangkah, ia selalu mengingat pesan ini “Jangan menyerah, tetap berjalan lihat kedepan nak. Tataplah masa depanmu yang sedang kamu raih ini. Berjuanglah, perjuanganmu tidak akan membuatmu menyesal, tetapi membuatmu bahagia kelak”. Selama enam tahun itu juga Alfi terus berjalan bersama dengan waktu menghabiskan masa masanya di pesantren sebagai seorang santri.
Seorang santri yang pernah diremehkan, yang pernah diasingkan oleh teman – temannya, kini menjadi seorang santri yang tidak pernah dilupakan oleh adik adiknya, ustadz dan ustadzahnya di Pesantren dan kakak kelasnya. Alfi menjadi santri yang lulus dengan predikat terbaik. Alhamdulillah berkat do’a dari orang tua. Ada perasaan sedih dan senang saat Alfi sudah dinyatakan lulus. Sedih karena dia harus meninggalkan pesantren ini. Senang, karena Alfi sudah selesai menyelesaikan pendidikannya di Pesantren ini dan akan melanjutkan pendidikannya ke Universitas sebagai mahasiswa. Cahaya motivasi yang bangkit dan kenangan di pesantren ini tidak akan pernah terlupakan oleh Alfi. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, dan mungkin sudah saatnya Alfi berpisah dengan dunia pesantren yang pernah ada di dalam hidupnya. Yang membuat hidupnya lebih berwarna dan terasa indah dijalani, jatuh bangun diras kan oleh Alfi menjadi seorang santri. Ketika jatuh Alfi berusaha bangkit, bagaimana pun cara, karena tidak adanya jatuh, pasti Alfi tidak seperti ini. Yang namanya hidup, pasti ada sakit dan jatuh. Asik ya, hahaha.
Tapi begitulah realita kehidupannya. Alfi mampu bertahan sejauh ini. Mungkin sebagian santri lain, sudah mundur jika berada dalam posisi Alfi. Tentunya pasti ada santri yang keluar dari pesantren itu, karena merasa hidup di dalam neraka dengan segala peraturan yang dianggap mengekang dan masih banyak hal lainnya yang dipikirkan oleh mereka. Alfi tersenyum lepas dan bahagia saat ini telah diterima sebagai Alumni di Universitas Islam Negeri Ar- Raniry di Kota Banda Aceh dan Mahasiswa S2 di Wuhan. Alfi akan pergi membawa nama pesantren sebagai Alumni dari Al Muslimun Islamic Boarding School. Tidak terasa sudah menjadi seorang Alumni, bukan lagi sebagai seorang santri yang akan tinggal dari pagi, siang, sore dan malam begitu saja di pesantren ini selama Enam tahun.
Alfi ucapkan terimakasih untuk orang tersayang yang terus memberi cahaya dalam hidup ini, yang terus menerangi dalam kegelapan dan ketakutan. Indahnya masa di peantren itu luar biasa. Cahaya motivasi yang terus bersinar membuat Alfi akan selalu mengenang Pesantren ini. Perjuangan tidak akan habis, karena Alfi akan melanjutkan perjuangan di kampusnya nanti. Kenangan ini tidak akan pernah hilang, tetapi cahaya motivasi ini akan terus berlanjut. Kenangan bukan untuk dilupakan, tetapi untuk dikenang
Komentar
Posting Komentar