Oleh Maya Sari
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Era milenial. Demikianlah orang-orang menyebutnya. Banyak pula orang menyebutnya dengan zaman penuh propaganda ini. Dikatakan demikian karena propagandanya telah meluluh lantahkan nilai-nilai moral di seluruh dunia dan khususnya negara kita Indonesia yang menghantam generasi muda atau sekarang lazim dikenal dengan kaum milenial yang merupakan aset sekaligus masa depan bangsa. Sebagai asset yang peran mereka sangat dibutuhkan dan penting dalam meneruskan perjuangan pendahulunya serta membangun negeri di masa mendatang. Para milenial adalah generasi pemilik era ini. Mereka dituntut menjadi penerus bangsa yang cemerlang. Sebagai generasi muda yang harus cerdas mengelola pergaulan bangsa di tengah sengitnya persaingan global. Mereka harus lebih pandai dalam memilah-milah dan memilih strategi agar bisa bersaing dengan bangsa lain.
Di era milenial ini, selain harus mampu bersaing dengan bangsa lain, secara internal dan personal harus bisa menata pola pergaulan yang baik, saat membangun pergaulan dalam lingkungan pertemanan. Ini penting karena banyak remaja yang terseret arus pergaulan yang salah dan dapat merusak atau menghancurkan masa depan mereka sendiri.
Kesalahan pergaulan Remaja milenial saat ini bisa dikatakan akibat dari lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Dua faktor ini memiliki peran penting pada perkembangan pemikiran dan kehidupan seorang remaja untuk masa depannya. Orang tua tentunya harus benar-benar memperhatikan perkembangan anaknya dalam kehidupan ini, terutama saat remaja. Di era serba maju seperti saat ini, remaja yang merupakan kaum generasi millenial akan sering dihadapkan dengan beberapa tuntutan dalam pergaulan dan pola hedonisme. Misalnya saja saat berkumpul bersama teman, generasi milenial akan lebih memilih menahan lapar mereka untuk membeli segelas kopi yang terbilang dengan harga yang cukup mahal atau membeli hal yang kurang bermanfaat demi mendapatkan pengakuan. Mulai dari kebutuhan bergaya di bidang fashion, perawatan diri, gadget, berkunjung ke tempat-tempat bagus, bahkan pergaulan dengan kalangan sosialita kelas atas. Semua itu bisa mereka capai hanya agar dipandang hebat serta mengejar identitas.
Gaya hidup kaum remaja milenial yang semakin rusak membuat kita prihatin. Ya, sungguh miris. Bayangkan saja, mereka yang belum memiliki penghasilan dan hanya berharap dari orang tua yang berpendapatan pas-pasan dan yang bersekolah atau kuliah masih meminta duit dari orang tua, namun gengsi untuk hidup sederhana. Mereka banyak yang memaksa diri untuk tampil penuh gaya dengan gadget yang selalu harus up to date dengan model kerluaran terlawas.
Bisa jadi kita mengatakan itu mungkin karena tuntutan lingkungan, atau terlanjur salah memilih pergaulan dengan kalangan kelas atas. Sehingga mereka merasa malu jika kehidupannya tidak selaras atau sama dengan teman yang lainnya. Contohnya saja jika temannya beli tas branded baru, maka karena gengsinya dia akan membeli tas branded juga. Padahal uang yang dipakai adalah uang jatah makan untuk satu bulan ke depan. Bisa jadi ini dianggap manusiawi, sebab manusia sebagai makhluk sosial yang berkelompok, memang selalu terdorong untuk membandingkan dirinya dengan manusia yang lain. Tanpa disadari, perbandingan itulah seringkali memunculkan keinginan untuk menjaga gengsi di depan orang lain. Karena mereka tidak ingin terlihat rendah, sehingga mereka akan menutupi kekurangannya dan ingin dipandang sebagai pribadi yang hebat. Inin sebenarnya tidak sehat.
Tentu lebih baik menjadi diri sendiri yang lebih menyenangkan. Bergaya boleh saja, asalkan tidak memaksakan diri. Bergaul bukan hanya untuk ketenaran dan kesenangan semata, tetapi jadikan itu sebagai wadah untuk membentuk pribadi yang berjiwa kemasyarakatan dan menghargai sesama. Jadilah diri sendiri tanpa mengedepankan ego dan nafsu.
Ketika ego dan nafsu berada di depan, maka kenakalan atau pergaulan bebas lainnya bisa terjadi dalam kalangan remaja atau di kalangan generasin milenial seperti tawuran, pencurian, menggunakan obat terlarang, merokok, Narkoba, membolos sekolah dan pergaulan bebas lainnya. Kaum milenial yang ideal, akan selalu menghindari tata kehidupan aliran pergaulan bebas. Ini memang harus dihindari karena membawa dampak buruk, baik dalam bidang kesehatan, maupun pendidikan. Kaum milenial ini akan dapat menanggulanginya dengan hal-hal yang bermanfaat, misalnya mengisi waktu luang dengan berbagai kegiatan positif, seperti mengembangkan bakat atau berolahraga. Tentu saja harus didasari pada kemauan memilih lingkungan pertemanan yang baik, menjalin serta menjaga hubungan yang harmonis dengan orang tua. Akan semakin baik dan berkualitas bila kaum milenial banyak membaca, baik buku, mau pun bacaan-bacaan lain yang begitu banyak tersebar di internet agar menambah wawasan serta pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang lebih baik. Ingatlah tidak ada kata terlambat bagi kita kaum milenial.
Komentar
Posting Komentar