Oleh: Teuku Hendri Saifullah
Mendidik anak merupakan usaha yang tidak bersifat sementara atau sesaat (temporary), melainkan usaha yang terus menerus. Seorang anak akan menjadi tumpuan harapan orang tuanya kelak, jika mereka sudah besar. Walaupun hal ini tidak pernah terucap dari mulut setiap orang tua kepada anaknya.
Mendidik anak bukanlah merupakan hal yang mudah, tidak bisa dilakukan dengan serampangan dan juga bukan bersifat sampingan. Mendidik anak sama kedudukannya dengan kebutuhan pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim.
Bahkan mendidik anak adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua. Karena ini merupakan perintah dari Allah sebagaimana firmanNya dalam QS. At-Tahrim : 6
یَـٰۤأَیُّهَاٱلَّذِینَءَامَنُوا۟قُوۤا۟أَنفُسَكُمۡوَأَهۡلِیكُمۡنَارࣰاوَقُودُهَاٱلنَّاسُوَٱلۡحِجَارَةُ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. [QS. At-Tahrim 6]
Dalam sebuah hadis dikatakan
"Tiada suatu pemberian pun yang lebih utama dari orang tua kepada kepada anaknya selain pendidikan yang baik. (hadis dari Hakim dalam kitabul adab juz 4, halaman 7679)."
Bagaimana seharusnya sebuah keluarga muslim dalam mendidik dan mengajarkan anak-anaknya?
Marilah kita simak nasihat dari sebuah keluarga yang mulia yaitu keluarga Luqmanul Hakim yang ceritanya telah Allah abadikan dalam sebuah surat dalam Al-Quran yaitu Surat Luqman.
Siapakan luqmanul Hakim?
Lukman adalah seorang lelaki yang dikaruniai hikmah oleh Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firmanNya
وَلَقَدۡءَاتَیۡنَالُقۡمَـٰنَٱلۡحِكۡمَةَ
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman (QS. Luqman : 12)
Hikmah yang Allah berikan kepadanya di antaranya adalah berupa ilmu, agama, benar dalam ucapan, serta banyak dari kata-kata yang diucapkannya memiliki kebijaksanaan untuk kehidupan manusia.
Luqman hidup sebelum lahirnya Nabi Daud. Walau demikian Luqman sempat bertemu dengan Nabi Daud, kemudian Lukman menghentikan fatwanya semenjak masa kenabian Nabi Daud. Hal ini dilakukannya dengan berkata:
"Tidaklah lebih baik bagiku berhenti memberi fatwa bila telah ada yang menanganinya".
Mujahid mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak hitam dari Habsyah. Tebal kedua bibirnya dan lebar kedua telapak kakinya. Pada suatu hari ketika dia duduk di majelis sedang berceramah, datanglah seorang lelaki lalu bertanya: bukankah engkau tadinya seorang penggembala kambing di tempat anu dan anu?, Luqman menjawab: "Benar!" Lelaki itu bertanya: Lalu apakah yang menghantarkanmu sampai pada kedudukan terhormat seperti yang yang kulihat sekarang ini?" Luqman menjawab: "ini dikarenakan kebenaran yang selalu kusampaikan dan diamku dari hal yang bukan urusanku"
Demikian sekelumit tentang asal usul dari Luqman Hakim, sekarang marilah kita pelajari bagaimana beliau mendidik anaknya, sehingga Allah mengisahkannya dalam Al-Quran serta menjadi contoh teladan dalam membentuk sebuah keluarga yang shalih dan shalihah.
1. Pesan untuk Menyembah Allah Semata
Tak ada yang lebih utama yang harus diajarkan kepada anggota keluarga kita selain mengajarkannya tentang tauhid (mengesakan Allah). Artinya anak harus diajarkan tentang kalimat Tauhid "La Ilaaha illallah, Tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah swt" serta memberikan pengetahuan kepada mereka tentang syirik (menyekutukan Allah swt) serta besarnya dosa syirik. Sebagaimana firman Allah.
وَإِذۡقَالَلُقۡمَـٰنُلِٱبۡنِهِۦوَهُوَیَعِظُهُۥیَـٰبُنَیَّلَاتُشۡرِكۡبِٱللَّهِۖإِنَّٱلشِّرۡكَلَظُلۡمٌعَظِیمࣱ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” ( QS: Luqman 13)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan Luqman amat sayang kepada anaknya dan mengatakan anaknya sangat berhak untuk diberikan pengajaran berupa pendidikan dan pengetahuan. Oleh karenanya Luqman berpesan agar anaknya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukanNya dengan kesyirikan.
Syirik di sini dimaksudkan sebagai perbuatan yang zalim, yaitu mencampur adukkan iman mereka dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain sebagai sesembahan karena ini merupakan kezaliman.
Dalam sambungan ayat ini Luqman mengiringi pesannya agar anaknya berbakti kepada kedua orang tua, sebagaimana firmaNya
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Akulah kembalimu."
Sebuah perintah yang sering bergandengan antara perintah menyembah Allah dan berbuat baik kepada kedua orang tua, artinya orang yang taat dan patuh kepada Allah pastilah orang yang berbakti kepada kedua orang tua, siapapun anak tersebut haruslah menjadikan kedua orang tuanya sebagai orang pertama yang mendapat perlakukan baik dari anak-anaknya.
2. Pesan bahwa semua kebaikan akan dilihat dan dibalas oleh Allah
Luqman Hakim mengatakan kepada anaknya bahwa jika ada kebaikan, walaupun sekecil biji sawi, walaupun terletak di tempat yang jauh dan tersembunyi, maka pasti Allah akan membalasanya. Sebagaimana firmanNya:
یَـٰبُنَیَّإِنَّهَاۤإِنتَكُمِثۡقَالَحَبَّةࣲمِّنۡخَرۡدَلࣲفَتَكُنفِیصَخۡرَةٍأَوۡفِیٱلسَّمَـٰوَ ٰتِأَوۡفِیٱلۡأَرۡضِیَأۡتِبِهَاٱللَّهُۚإِنَّٱللَّهَلَطِیفٌخَبِیرࣱ
(Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi maha mengetahui ( QS Luqman: 16)
3. Pesan Agar Anaknya Mendirikan Salat
Anak tentunya akan terbiasa melaksanakan salat jika sejak dari kecil orang tuanya mengajarkan dan memerintahkan anaknya untuk salat.
Hal ini juga akan mudah dilaksanakan jika orang tua menjadi teladan, artinya orangtua juga ikut melaksanakn salat bersama anaknya. Lebih baik lagi salat berjmaah di masjid, mushalla atau mungkin di rumah bersama anggota keluarganya.
Oleh karenanya Luqman dalam pesannya menyuruh anaknya untuk mengerjakan salat sebagaiman firman Allah
یَـٰبُنَیَّأَقِمِٱلصَّلَوٰةَوَأۡمُرۡبِٱلۡمَعۡرُوفِوَٱنۡهَعَنِٱلۡمُنكَرِوَٱصۡبِرۡعَلَىٰمَاۤأَصَابَكَۖإِنَّذَ ٰلِكَمِنۡعَزۡمِٱلۡأُمُورِ
Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
[Surat Luqman 17]
Di samping perintah salat, anak juga diajarkan tentang senantiasa berbuat kebaikan dan mengajak orang lain untuk berbuat baik. Dan juga sebaliknya meninggalkan segala perbuatan yang munkar (jahat).
4. Pesan Untuk Tidak Bersikap Sombong
Sikap sombong adalah sikap yang tidak baik seperti meremehkan orang lain. Apalagi ketika berbicara, janganlah seseorang memalingkan muka dengan orang yang sedang berbicara dengannya.
Nasehat Luqmanul Hakim diceritakan dalam Alquran
وَلَاتُصَعِّرۡخَدَّكَلِلنَّاسِوَلَاتَمۡشِفِیٱلۡأَرۡضِمَرَحًاۖإِنَّٱللَّهَلَایُحِبُّكُلَّمُخۡتَالࣲفَخُورࣲ
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
[Surat Luqman 18]
AlQurtubi menafsirkan ayat di atas dengan maksud janganlah kamu palingkan mukamu dari orang-orang karena sombong terhadap mereka, dengan merasa besar diri dan meremehkan orang lain.
Ibnu Abbas mengatakan sebaiknya seseorang hendaknya menghadapkan wajahmu ke arah mereka dengan penampilan yang simpatik, tanpa merasa lebih hebat. Dan inilah cara berkomunikasi yang baik, adanya rasa ingin menghargai orang lain walaupun terkadang lawan bicara sebaya atau malah lebih mudah darinya.
Dalam pesan berikutnya Luqmanul Hakim juga bsrpesan agar tidak berjalan di muka bumi dengan angkuh. Mujahid menjelaskan bahwa orang yang angkuh berjalan di atas dunia adalah orang yang selalu menghitung-hitung nikmat Allah yang terus dinikmatinya tanpa berayukur atas nikmat Allah tersebut.
Oleh karenanya sangat penting untuk kita ajarkan kepada anak kita bahwa sikap sombong dan angkuh merupakan masalah besar yang akan membuat sesorang dijauhi oleh manusia tempat anak bergaul dan juga akan mendapat murka dari Allah karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
5. Pesan untuk memiliki akhlak yang mulia.
Dalam pesan ini Luqmanul Hakim memperingatkan anaknya agar bersikap sederhana dan berjalan dan bersuara dengan suara rendah dan sopan. Sebagaimana firman Allah
وَٱقۡصِدۡفِیمَشۡیِكَوَٱغۡضُضۡمِنصَوۡتِكَۚإِنَّأَنكَرَٱلۡأَصۡوَ ٰتِلَصَوۡتُٱلۡحَمِیرِ
Dan bersederhanalah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
[Surat Luqman 19]
Kata Al-Qashdu, berarti cara jalan yang pertengahan, antara berjalan cepat dan berjalan lambat. Ayat di atas dijelaskan kembali oleh rasulullah dalam hadisnya
"Cara jalan yang cepat akan menghilangkan keanggunan orang mukmuin"
Maksud hadis di atas bahwa rasullullah bejalan dengan langkah cepat di atas langkah yang lambat, tetapi tidak terlalu cepat.
Pada akhir ayat ini disampaikan juga pesan tentang perintah bersuara yang santun penuh dengan lemah lembut. Seorang anak yang terbiasa mendengar perkataan keras dan kasar akan membuat anak tersebut meniru,sehingga nantinya juga akan bersuara keras dan kasar sebagaimana yang pernah mereka dengar dari orang tua dalingkungannya.
Orang tua sehatusnya menjadi pengontrol arau pemberi nasehat pertama, sehingga anak tak akan bingung dengan berbagai kejadian yang tidak sesuai dengan usia dan perkembangan emosional anak
Bimbingam dan arahan orang tua akan membuat anak semakin percaya diri dengan pengamalan agamanya. Yang pada akhirnya anak tersebut menjadi anak yang saleh dan saleha yang menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya. AMIN
Daftar Pustaka: Tahapan Mendidik Anak, Abdur Rahman, Penerbit: Isryad Baitusalam
Komentar
Posting Komentar