Langsung ke konten utama

Belajar Mensyukuri Hidup dari Kang Saptho



Oleh: Ihan Sunrise

Namanya Saptho. Postur tubuhnya kecil, dengan warna kulit kecoklatan dan dipenuhi sisik-sisik putih serupa sisik ular, rambutnya terlihat acak-acakan dan tidak tumbuh teratur. Bertelanjangkan dada, ia duduk di atas stand berukuran 1x1 m yang telah didekorasi sedemikian rupa, sehingga terkesan seperti di atas bebatuan rimba.

Pertama kali melihatnya anda pasti akan bergidik ngeri, mungkin juga sedikit rasa jijik dan berfikir betapa malangnya lelaki ini, tetapi setelah mengobrol dengannya anda akan takjub mendengar ceritanya. Itulah kesan saya saat bertemu dengan Kang Saptho, lelaki berusia tiga puluh tahun yang dijuluki manusia bersisik ular dari danau Tritis, Indramayu, Jawa barat.



“Kalau mau tanya-tanya silahkan, mau ambil gambar juga boleh.” Katanya ramah ketika saya mendekati standnya.

Memang bukan suatu kebetulan saya bertemu dengan Kang Saptho, sebuah spanduk bertuliskan Pameran Binatang dan Manusia Langka yang bertengger di salah satu pintu masuk gedung IT Samsung, di Jl. Imam Bonjol Banda Aceh telah menarik perhatian saya sejak beberapa hari lalu. Tetapi karena berbagai kesibukan saya baru menyempatkan diri untuk berkunjung pada rabu (29/6) lalu. Di situlah saya bertemu dengan Kang Saptho. Dan sebagai seorang ‘manusia langka’ yang sedang dipamerkan, maka sudah sepatutnya Kang Saptho bersikap menarik perhatian pengunjung, termasuk saya.

Secara fisik sulung dari empat bersaudara ini memang sedikit menyeramkan dari manusia normal lainnya, sejak lahir ia mempunyai kelainan berupa kulit bersisik yang lebih menyerupai kulit ular. Apalagi dengan dua gigi depannya yang telah tanggal, dan mata yang bulat tidak simetris seperti memperlengkap ‘keistimewaannya’. Tetapi kelainan itu tidak membuatnya minder dan malu apalagi merasa rendah diri. Dan itu jelas tersirat dari nada suaranya yang riang dan bersahabat.

Sebab akibat tentang kelainan yang diderita Kang Saptho sendiri sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan secara medis, salah satunya yang dilakukan oleh seorang dokter dari Jerman mengindikasikan kalau kelainan ini diakibatkan dari persamaan genetik yang dimiliki oleh ke dua orang tuanya. Semacam masih ada pertalian darah di antara ke duanya.

“Ada ikatan genetik atau persamaan darah dari kedua orang tua saya, intinya begitulah.” Jelasnya dengan logat sunda yang kental.

Pun begitu, tak pernah sekalipun Kang Saptho menyalahkan orang tuanya, apalagi dari mereka berempat hanya dia yang mempunyai kelainan genetik seperti itu. Baginya semua itu adalah takdir Tuhan yang tidak dapat diganggu gugat. Yang penting baginya tetap bisa menikmati hidupnya dengan optimis, dan penuh semangat. Di lingkungannya Kang Saptho juga selalu mendapat perlakuan baik dan tidak ada yang mengucilkanya.

Sebagaimana lelaki normal lainnya, Kang Saptho pun berpenampilan layaknya anak muda yang tak mau ketinggalan gaya, sebentar-sebentar ia terlihat sibuk dengan handphonenya, kadang pula menerima telefon dari seseorang dengan gaya suara yang mesra dan jenaka.

Di pergelangan tangan kirinya terdapat beberapa aksesoris, seperti gelang dan arloji berwarna hitam, seuntai kalung dari butiran-butiran kayu menggantung di lehernya, dan cincin bermata merah delima yang melingkar di jari tengah kirinya. Menandakan bahwa meskipun ia dijuluki sebagai Manusia Bersisik Ular yang secara fisik berberbeda tetapi ia juga manusia yang ingin bersikap dan bertindak sebagaimana manusia normal lainnya.

Ayahnya adalah seorang Polisi Militer yang saat ini masih bertugas di Indramayu, dan ibunya seorang ibu rumah tangga, mereka menetap di Bandung. Dilahirkan dari keluarga terpelajar membuat Kang Saptho sangat memprioritaskan pendidikan, dia adalah seorang alumni STM N Bandung angkatan 1993 jurusan mesin. Berbekal keahliannya itu selama ini ia bekerja sebagai mekanik di salah satu klub balap motor di daerah Bandung. “Saya mau mandiri, dan ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa saya bisa melakukan yang terbaik.” Katanya semangat.

Tetapi sejak bergabung dengan grup Manusia dan Hewan Langka ini sejak setahun lalu ia vakum dari aktivitasnya sebagai mekanik. Dalam waktu setahun itu ia dan teman-temannya telah melakukan roadshow ke berbagai daerah. Di Aceh sendiri mereka telah melakukan pameran di berbagai kabupaten mulai dari Langsa, Meulaboh, Tapak Tuan, Sigli, Sabang dan Banda Aceh.

Ia bertambah semangat ketika menceritakan tentang Naya (28), sosok perempuan dewasa yang telah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini, ia dan Naya kenal dalam sebuah event di Bandung. Dan mereka akan segera menikah dalam waktu dekat ini. “InsyaAllah setelah lebaran.” Katanya bersuka cita.

Kang Saptho memanglah seorang manusia langka yang berbeda dengan manusia kebanyakan lainnya, tetapi dari keberbedaannya saya belajar banyak hal, tentang optimismenya mensyukuri hidup, tentang rasa percaya dirinya, tentang ia yang tak mau menyerah pada keadaan, juga tentang ia yang ingin hidupnya lengkap dengan cinta.



Ihan Sunrise, pemangku blog www.ihansunrise.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...