Oleh Salsabila Z
Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis.
“Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan.
“Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi buah-buahan itu sama banyak lalu menalinya dengan rafia.
“Kenapa dibagi Yah? Mending, kita jual saja. Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang, deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru dari hasil menjual rambutan nanti.
“Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah.
“Kok begitu Yah?”
“Ya, tidak ada salahnya dong, berbagi, meski hanya buah rambutan. Biar para tetangga, bisa merasakan enaknya buah ini. Tak hanya sekadar melihat buahnya saja yang bergelantungan di pohon.”
Zain terdiam sejenak. Ingin sekali ia membantah. Tapi...
“Berbagi itu menyenangkan kok Sayang. Percaya deh,” ujar Ayah sambil memberikan beberapa ikat buah rambutan kepada Kak Salma dan Zain.
“Ayo Zain, kita ke rumah Nenek Darwi dulu,” ajak Kak Salma. Zain hanya menurut saja.
Sesampainya di rumah Nenek Darwi, mereka mengucapkan salam. Dengan senyum yang ramah Nenek Darwi keluar sambil menjawab salam dari kakak-beradik itu.
“Ini Nek, ada buah rambutan,” ujar Kak Salma sambil memberikan seikat buah rambutan pada Nenek Darwi.
“Wah, terimakasih anak-anak,” ucap Nenek Darwi senang. Zain dan Kak Salma pun serentak menjawab,”Sama-sama, Nek.”
Setelah dari rumah Nenek Darwi, Zain dan Kak Salma ke rumah Tante Erna. Di sana, mereka disambut oleh anak-anak Tante Erna.
“Wah, terimakasih... kebetulan sekali anak-anak Tante beberapa hari ini ingin sekali makan buah rambutan. Tapi, Tante belum sempat membelikan,” ujar Tante Erna.
“Iya, terimakasih ya Kaaak...,” seru anak-anak Tante Erna ceria. Kak Salma dan Zain pun menjawab ucapan terimakasih itu dengan tak kalah ceria..
Sekarang mereka berjalan ke rumah Bibi Rus. Di sana ada Dahlia, keponakan Bibi Rus yang pemalu. Dahlia yang melihat kedatangan Zain dan Kak Salma langsung masuk memanggil Bibinya.
“Wah, terimakasih Dik Salma dan Dik Zain. Kebetulan, Dahlia selalu suka melihat buah rambutan yang bergelantungan di pohon, dan selalu minta diambilkan. Tapi Bibi bilang, jangan, itu milik orang. Nanti kalau Bibi sudah punya uang, Bibi janji mau membelikan. Ehh... ini, belum sempat beli, malah sudah dapat buah rambutan. Gratis lagi. terimakasih banyak ya,” ucap Bibi Rus haru.
Bibi Ria memang hidup sederhana. Ia bekerja sebagai buruh tani dan hidup berdua dengan Dahlia yang merupakan keponakannya yang sudah yatim piatu. Dengan penghasilan yang tak seberapa, mereka terbiasa bersabar jika menginginkan sesuatu, meski itu kelihatan sepele dan mudah didapat oleh orang lain seperti membeli buah rambutan. Maka tak heran, ketika keinginan itu tiba-tiba datang kepada mereka dengan cuma-cuma, mereka sangat berterimakasih.
“Sama-sama Bi,” ucap Kak Salma dan Zain ikutanterharu.
Kak Salma dan Zain lalu melanjutkan perjalanan. Mereka kini ke rumah Kakek Sunu. Kakek Sunu menyambut kedatangan mereka dengan berjalan tertatih-tatih.
“Biar kami saja Kek, yang ke sana,” ujar Zain menghampiri Kakek Sunu. Kakek Sunu tersenyum lalu meminta bantuan mereka untuk memapahnya ke teras untukduduk di sana. Di sana, sudah ada radio yang selalu setia menemani Kakek Sunu. Kakek Sunu lalu meminta tolong untuk dihidupkan radionya. Ia senang karena ada rambutan yang bisa dimakannya sambil mendengarkan cerita wayang.
“Terimakasih anak-anak yang manis,” ujar Kakek Sunu.
“Sama-sama Kek,” jawab Kak Salma dan Zain serentak.
Dari rumah Kakek Sunu, Kak Salma dan Zain lalu ke rumah Kak Dian. Di sana, mereka diberi sebuah melon besar dan harum.
“Aduh, tak usah repot-repot Kak,” ujar Kak Salma sungkan.
“Tidak apa-apa, ini sebagai ucapan terimakasih karena sudah diberi rambutan,” jawab Kak Dian.
Kak Salma dan Zain pun berterimakasih. Mereka lalu pulang karena rambutan sudah selesai dibagikan. Di perjalanan, Zain merasa gembira sekaligus terharu.
“Ternyata berbagi itu memang menyenangkan ya Kak,” tuturnya.
“Tentu saja Dik, berbagi dan membantu orang lain memang dapat membuat kita bahagia. Meski yang kita lakukan hanyalah sederhana,” jawab Kak Salma.
Zain mengangguk. Pikiran tentang menjual rambutan untuk membeli mainan baru kini menguap seketika, tergantikan oleh senyum-senyum cerah yang tadi menyapa dirinya dan Kak Salma. Dan rasanya, itu sangat luar biasa.
Penulis: Salsabila Z, tinggal di Bumi Kartini. suka membacadan menulis cerita-cerita anak. J
Komentar
Posting Komentar