Langsung ke konten utama

Peran Pemuda dalam Menghadapi Sustainable Development Goals



Oleh Faras Rolanda Nasri

Pelajar SMP Negeri 3 Banda Aceh
Pemenang 2 Lomba Menulis Essay, Dalam Rangka sosialisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


Pada akhir September 2015 lalu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaksanakan pertemuan secara besar-besaran di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat. Pertemuan ini dihadiri oleh 193 perwakilan dari negara-negara di seluruh dunia untuk mengesahkan kebijakan berskala global terbaru yang bernama Sustainable Development Goals (SDG). Mungkin belum banyak masyarakat (khususnya pemuda) yang mengetahui apakah yang dimaksud dengan Sustainable Development Goals (SGD) dan bagaimana peran pemuda dalam mewujudkan SDG ini?

Awalnya, pada tahun 2000 PBB mengadakan deklarasi yang dihadiri oleh perwakilan dari 147 negara di seluruh dunia. Deklarasi ini membahas tentang komitmen negara-negara perwakilan serta komunitas internasional untuk mencapai tujuan pembangunan millennium, yang lebih dikenal dengan sebutan Millenium Development Goals (MDG). MDG ini adalah suatu tujuan bersama yang dijalankan oleh berbagai negara di seluruh dunia, khususnya negara-negara berkembang dengan jangka waktu selama 15 tahun. MDG memiliki fokus utama pada 8 isu, yaitu kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, kesehatan ibu, penanggulangan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan, dan kemitraan global untuk pembangunan. Program pembangunan ini dimulai pada September 2000 dan berakhir pada September 2015.

Setelah 15 tahun berjalan, pada akhirnya MDG membuahkan hasil yang baik, salah satunya adalah dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin di negara-negara berkembang. Namun demikian, dalam pelaksanan MDG, masih banyak kendala-kendala yang dihadapi masing-masing negara sehingga masih banyak target-target MDG lainnya yang belum tercapai. Oleh karena itu pada September 2015 ini PBB dan perwakilan dari 193 negara mencetuskan tujuan pembangunan yang baru untuk meneruskan dan menyempurnakan program MDG sebelumnya. Tujuan pembangunan ini dikenal dengan nama Sustainable Development Goals (SDG).

SDG memiliki 17 tujuan yang berkaitan dengan manusia, lingkungan hidup, kesejahteraan, ketahan pangan, kesehatan, perdamaian, dan kemitraan. SDG disusun agar program-program MDG yang telah dijalankan sebelumnya dapat berkelanjutan. Sama seperti MDG, SDG ini juga merupakan tujuan pembangunan jangka panjang selama 15 tahun. Target utama dari SDG adalah berakhirnya kemiskinan, terciptanya kesetaraan dan teratasinya permasalahan yang berkaitan dengan perubahan iklim global pada 15 tahun yang akan datang, yaitu pada tahun 2030.

Penetapan SDG ini tentulah memiliki dampak pada pemuda. Betapa tidak, dari 7 miliar penduduk dunia, sebanyak 1.8 miliarnya adalah generasi muda berusia 10 sampai 24 tahun. Sebagai generasi muda yang akan hidup hingga 15 tahun yang akan datang, kita pasti ingin memiliki masa depan yang damai, sehat, sejahtera, dan dengan lingkungan yang baik, sama seperti yang ingin dicapai oleh SDG. Namun untuk mencapai itu semua, kita memiliki banyak tantangan yang juga dihadapi oleh SDG, dan karena tujuan pembangunan jangka panjang ini juga berkaitan dengan masa depan kita, maka sudah seharusnya sebagai pemuda kita juga ambil bagian dalam menyukseskan tujuan pembanguan berkelanjutan ini.

Sebagai pemuda, banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Kita dapat melibatkan diri dalam berbagai cara, salah satunya adalah dengan memulai dari diri sendiri. Tidak membuang sampah sembarangan, menghargai teman, tidak melakukan kekerasan, jujur dalam keseharian, menerapkan pola hidup sehat, adalah beberapa hal kecil yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemudian, untuk cakupan yang lebih luas kita dapat membuat gerakan sosial di masyarakat. Kita bisa memulai dari hal-hal yang kecil seperti bergabung dalam organisasi dan komunitas, menjadi sukarelawan di kegiatan-kegiatan sosial, dan sebagainya.

Selain itu, pendidikan dan keterampilan juga merupakan hal yang penting. Generasi muda perlu membekali diri dengan berbagai keterampilan, misalnya keterampilan kepemimpinan, penguasaan teknologi, bahasa asing, dan sebagainya. Karena pemuda adalah aktor pembanguan dan pemimpin masa depan, maka penting bagi pemuda untuk dapat berdaya dan berpikir kritis. Jika para pemuda berdaya, tidak apatis, dan mampu menyuarakan idenya terkait dengan pembangunan, maka saya yakin bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 nanti bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...