Banda Aceh–Pengurus Women Development Center (WDC) Kota Banda Aceh, Selasa (14/3/2017) berdelegasi ke Pemerintah Kota Banda Aceh. Rombongan perwakilan WDC disambut langsung oleh Walikota Banda Aceh Illiza Sa`aduddin Djamal dan Wakil Walikota Zainal Arifin di ruang rapat Walikota. Turut juga hadir Sekdakota Ir Bahagia, Kepala Bappeda Ir Gusmeri dan Asisten Administrasi Umum M Nurdin S.Sos.
Ketua WDC Kota Banda Aceh, Surayya Kamaruzzaman mengatakan tujuan pertemuan ini antara lain untuk mengungkapkan beberapa keluhan yang dialami anggota WDC seperti masalah keuangan, tempat kegiatan, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.
Ia juga mengungkapkan tentang kekhawatiran nasib WDC ke depan setelah Illiza mengakhiri jabatannya sebagai walikota di awal Juli nanti. Karena selama ini, mulai dari menjabat wakil walikota hingga menjadi walikota sekarang, Illiza sangat aktif dan peduli terhadap peran dan kegiatan perempuan di kota ini.
“WDC lahir pada tahun 2007 dari hasil Musrenbang. Dan saat itu juga dalam masa rehab-rekon. Lembaga BRR mecetuskan WDC di setiap kabupaten dan kota di Aceh sebagai bentuk kepedulian terhadap perempuan. Namun seiring waktu berjalan, organisasi ini satu persatu hilang dan kantornya dialihfungsikan akibat kebijakan pemerintah daerah setempat, hanya Banda Aceh yang tersisa. Jadi kami khawatir pada pemerintahan selanjutnya apakah kami tetap bertahan?” ungkap Surraya.
Menjawab hal tersebut, Illiza mengatakan akan terus berusaha membantu segala kegiatan WDC di sisa masa jabatannya karena dari dulu ia sangat mendukung keeksisan perempuan di kota Banda Aceh ini. Setelah itu kebijakan akan dilanjutkan oleh Zainal Arifin di periode selanjutnya yang juga menduduki posisi wakil walikota bersama walikota terpilih.
“Apabila pergerakan perempuan dihambat, maka pembangunan juga terhambat,” ungkap Illiza.
Menjawab kekhawatiran para perempuan dari WDC tersebut, Wakil Walikota Banda Aceh Zainal Arifin yang juga menegaskan tidak mungkin mengabaikan peran perempuan, apalagi ia pernah menjabat sebagai kepala bidang pemberdayaan perempuan pertama dalam kepengurusan partai PAN. “istri saya juga aktif dalam kegiatan perempuan dan pernah menjadi bendahara ibu Surraya yang saat itu menjabat sebagai ketua pemberdayaan perempuan dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Aceh Besar,” ujar Zainal. (Hfz)
Komentar
Posting Komentar