Langsung ke konten utama

PAH Cetuskan Gerakan Politik Hijau



Banda Aceh - Segenap kekayaan yang di kandung bumi Aceh belum dapat dimanfaatkan secara bijak untuk kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat dan lingkungan. Selain itu, eksploitasi sumber daya alam bahkan sering kali bersamaan dengan perusakan dari alam dan lingkungan hidup.

Kondisi ini telah berlangsung lama dan belum ada keseriusan para pihak untuk memastikan pemanfaatan sumber daya alam Aceh secara bijak dengan prinsip keberlanjutan dan semata-semata untuk kesejahteraan yang berkeadilan.

Begitu ungkap Presiden Partai Atjeh Hijau (PAH) Zahrul dalam pidato politiknya pada acara pembukaan “Duek Pakat Raya” atau kongres perdana PAH yang digelar di Aula Hotel Lading, Banda Aceh, Sabtu (20/5/2017).

“Praktik yang berlaku dan keterusan adalah penjarahan sumber daya alam secara membabi buta termasuk dengan cara merusak lingkungan, oleh dan untuk kepentingan tertentu khususnya pemodal,” tegas salah satu pendiri dan deklator PAH ini.

Menurutnya, pemerintah dengan segala perangkat sampai saat ini belum mampu mengurus pemanfaatan sumber daya alam untuk keadilan dan memastikan keberlanjutan serta menghindari praktik merusak lingkungan tatkala eksploitasi SDA berlangsung.

“Beranjak dari kondisi tersebut, kami kaum hijau di Aceh sadar dan karena itu mengikhtiarkan suatu gerakan yang seterusnya dilembagakan dalam politik dan selanjutnya disebut politik hijau,” kata Zahrul.

Gerakan dan politik hijau ini, sambungnya, ditujukan sebagai alat dan cara untuk memastikan terselenggaranya kehidupan yang baik melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijak dan terbatas, serta hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan memperhatikan keberlanjutan serta keseimbangan alam dan lingkungan hidup.

Ia menambahkan, keniscayaan nilai dan cita-cita luhur para pendiri negeri hanya dapat diperoleh melalui praktik politik yang mampu melampaui perbedaan, mengutamakan pembangunan etika, minus nafsu berkuasa, mengontrol dan mendominasi semata. “Dan yang paling utama adalah menempatkan kedaulatan rakyat di atas segalanya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang berlandaskan prinsip keseimbangan dan kelestarian.”

“Bersama mereka yang tertindas serta melalui solidaritas kesadaran semesta, dengan ini kaum hijau Aceh berikhtiar mewujudkan tata dunia baru yang sehat, lestari, adil dan beradab melalui pendekatan kerakyatan yang berani, bersatu dan berdaulau,” ungkap Zahrul di hadapan sejumlah pimpinan Parpol yang hadir, termasuk perwakilan dari Partai Hijau Indonesia (PHI) dan Partai Hijau Jepang.

Kongres perdana PAH diikuti oleh 150 peserta yang terdiri dari para penerima mandataris PAH dari 23 kabupaten/kota se-Aceh, termasuk sejumlah peninjau dari berbagai kalangan. Kongres Parlok berhaluan hijau ini dibuka oleh Sekretaris Setnas KPH Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Agus Setyarso. (Ark)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...