Oleh: Reti Sufarni
Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
Banyak mahasiswa pada mulanya tidak pernah tahu mengapa mereka
memilih sebuah jurusan di sebuah fakultas yang ada di sebuah Universitas. Kita
bisa tanya pada mahasiswa yang kini sedang belajar di sana. Misalnya, mahasiswa
yang sedang belajar Prodi Sosiologi Agama.
Cobalah tanyakan kepada mereka, mengapa mereka dulu, setamat SMA memilih
kuliah di Prodi Sosiologi agama. Kita akan menemukan banyak jawaban yang justru
tidak tahu dan tidak paham. Bukan tidak mungkin ada yang mengira bahwa Prodi Sosiologi
Agama ini ialah jurusan keguruan yang ada di fakultas Tarbiyah yang menjurus
pada bidang keguruan. Jadi aneh sekali bukan? Padahal jurusan ini adalah jurusan yang
mengajarkan mahasiswanya dengan ilmu yang berkaitan antara masyarakat dan agama
serta filsafat yang bukan untuk menjadi guru seperti di Tarbiyah.
Bahkan, penulis sendiri pun dulu tidak pernah mengetahui bagaimana
dan seperti apa Sosiologi Agama itu. Oleh sebab itu, pengalaman ini perlu kita
bagikan. Berawal kala masih duduk di bangku kelas 3 SMA, hari-hari di sekolah
begitu menyenangkan dan sangat menggembirakan karena begitu banyak kenangan
yang tak terlupakan. Penulis sangat
menyukai bidang sosiologi yang mengajarkan tentang kemasyarakatan, tindakan
sosial dan ilmu-ilmu perpolitikan. Dimana para tokoh-tokoh sosiologi ini sangat
saya sukai seperti Emile Durkheim, Karl Marx, Max Weber dan para tokoh sosiologi
lainnya
Penulis teringat kala itu, yang awalnya penulis dan teman-teman diberikan
dua pilihan jurusan yang berbeda yaitu IPA dan IPS. Awalnya bingung jurusan apa yang benar-benar
diminati dan dipilih. Inilah puncak
kebingungan yang mulai terkuak, apa yang harus saya pilih, jurusan IPA atau IPS? Penulis
mulai bingung dan berfikir untuk memilih pilihan apa yang tepat
untuk ke depannya. Keesokan harinya guru
mengumpulkan kami di kelas untuk
mengarahkan kami memilih jurusan. Penulis pun memilih IPS. Alasannya, karena
jurusan ini sangat penulis sukai sebab menjurus ke bidang masyarakat. Kini
jurusan telah dipilih yaitu jurusan IPS, penulis sangat senang dengan hasil
keputusan ini. Maka, ketika lulus SMA, pilihannya adalah melanjutkan
pendidikan, yang sering disebut kuliah itu. Saat itulah mulai muncul pertanyaan
seperti mau memilih jurusan apa? Kuliah di mana?
Saat itu penulis tidak seberuntung teman-teman lainnya yang telah
mendaftar di Perguruan Tinggi pilihan mereka. Penulis iri dengan keberangkatan
mereka. Mengapa penulis tidak seperti mereka yang berangkat untuk kuliah?”. Betapa
sedihnya hati karena tidak kuliah seperti mereka. Namun, saat itu, penulis
memilih untuk bekerja. Ya, bekerja di salah satu konter ponsel kecil. Namun,
hanya bisa berjalan selama dua minggu. Saat itu, sering terbetik di benak, seperti
apa masa depan yang akan saya rasakan nantinya?
Keinginan untuk berangkat
kuliah ke Banda Aceh begitu besar. Maka,
saat itu, penulis bertanya kepada abang sepupu yang ada di Banda Aceh. Ia tengah menyusun skripsinya dan kuliah di Serambi Mekkah mengambil jurusan
Pendidikan Agama Islam. Penulis bertanya padanya, kalau masih ada waktu untuk
mendaftar. Jawabannya ada, tetapi tinggal beberapa hari lagi. Hati terasa
sangat senang, karena waktu pendaftaran, masih tinggal beberapa hari lagi,
tanpa pikir panjang,
Penulis meminta bantu kepada abang agar didaftarkan di UIN Ar-
Raniry. Saat itu ada dua pilihan jurusan. Tanpa pikir panjang dan bertanya lagi, penulis menjatuhkan
pilihan pada pilihan pertama yaitu sosiologi dan kedua sejarah. Terus terang penulis tidak tahu kalau kedua
jurusan itu adalah umum, bukan jurusan
di Tarbiyah atau keguruan. Ya, tidak pernah terpikir sekali pun jika jurusan
yang dipilih adalah jurusan yang
berkaitan dengan filsafat yang menyangkut dengan agama. Bukan hanya penulis
yang tidak tahu, tetapi juga kedua orang tua
terkejut. Namun, kini mereka setuju dengan tekat bulat penulis untuk
merantau dan kuliah di Banda Aceh. Akhirnya, minta izin di tempat bekerja untuk berhenti dengan alasan ingin berangkat
untuk kuliah. Pemilik counter ponsel itu mengizinkan untuk keluar dari tempat pekerjaan itu,
setelah bekerja selama 2 minggu dengan gaji kurang lebih Rp. 300.000,-. Namun, sangat bersyukur bisa menghasilkan uang dengan hasil keringat sendiri. Penulis pun meninggalkan kampung
halaman.
Setiba di Kota Banda Aceh hati pun terasa sangat senang untuk mengikuti
ujian selama 3 hari berturut-turut dengan kepercayaan diri yang tinggi. Alhamdulillah
ternyata usaha tidak menghianati hasil. Pengumuman di internet menyatakan lulus.
Ya, lulus di jurusan sosiologi agama. Namun kaget, karena kata sosiologinya
ditambah dengan kata agama. Lalu mencoba mencari tahu, dengan bertanya
saya kepada Kakak. Seperti dugaan
ternyata jurusan itu lebih kepada filsafat yang berada di fakultas Usuluddin. Tapi
tidak mengapa. penulis merasa bahwa mungkin ini adalah jalan bagi penulis untuk
menuju kesuksesan ke depannya.
Hari-hari pun mulai dilalui dengan keteguhan hati yang kuat, saat
itu penulis menyelesaikan persyaratan untuk masuk ke Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry. Kini sudah menjadi salah satu mahasiswa di fakultas Ushuluddin dan
Filsafat. Walaupun pada saat masuk terkejut, namun kemudian karena sudah
dilalui dengan sungguh-sungguh, hati tetap sangat senang dan bahagia. Apalagi bisa
bertemu dengan teman-teman baru, suasana baru, pemandangan baru dan tempat
tinggal yang baru pula. Ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagi
penulis. Maka, tidak ada pilihan lain selain memulai hari-hari menjadi mahasiswa aktif. Alhamdulillah kini
sudah semakin mengenal dan mendalami
Sosiologi Agama. Akhirnya, sama sekali tidak salah pilih, melainkan sangat beruntung menjadi salah satu mahasiswa
Sosiologi Agama. Jadi, apa pun pilihan yang telah kita pilih bukan berarti
sebuah kesalahan dan penyesalan dalam diri kita, melainkan sebuah jalan untuk
sebuah kesuksesan.
Komentar
Posting Komentar