Langsung ke konten utama

Harapan Kita Untuk Aceh Yang Lebih Baik



Oleh  : Syarifah Ulfa Julita
Mahasiswi Prodi Perbankan Syariah, FEBI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Hal ini memang sering menjadi berita, malah terlalu sering menjadi buah bibir setiap orang, biarpun tidak semua orang yang peduli terhadapnya. Bahkan ada orang tidak tahu sama sekali. Apa sih yang menjadi penyebab Aceh ini sangat rendah di dalam segala bidang?  Baik itu bidang sistem pemerintahan, kebersihan, sampai hal kebersihan membuat Aceh ini menduduki rating terendah dari wilayah Indonesia lainnya. Sebagai mana yang orang tahu Aceh ini adalah wilayah syariah. Yang pasti dalam hal kebersihan harusnya tidak lagi menjadi permasalahan, bukan?  Karena sebagaimana yang kita ketahui kebersihan adalah sebagian dari iman. Tetapi  apa buktinya? Ke mana-mana yang kita temukan itu adalah sampah. Jujur saat pertama sekali  keluar negeri bulan kemarin, bukannya ingin membandingkan Aceh dengan Negara lain, tetapi langsung hati  berkata “waah”, kecewa yaa !”  Kenapa bisa tidak ada yang membuang sampah sembarangan di sini, Kapan tanah kelahiran saya, Aceh  yang harusnya saya banggakan ini bersih?. Bukan hanya itu saja yang  mengecewakan, tentang ketaatan peraturan lalu lintas itu juga saya acungkan jempol untuk Negara tersebut. Mereka sangat menghormati para pejalan kaki, dan mau bersabar saat pejalan kaki itu menyeberang jalan.
Yang ingin saya tanyakan kepada masyarakat atau pun pembaca, apa yang menyebabkan hal itu terjadi?. Kita tahu Negara Indonesia dikenal sebagai penduduk dengan sosialnya paling tinggi, atau teramah dengan sesamanya, Apakan itu kesalahan dari pemerintah Aceh, kesalahan dari orang tua yang mendidik anak-anaknya ,kesalahan dari pribadi masing-masing seseorang yang sudah tahu peraturan, tetapi berpura-pura tidak tahu atau ketidakpedulian?  
Menurut saya dari persoalan di atas,yang menjadi faktor utamanya adalah ketidakpedulian dari masyarakat Aceh sendiri. Banyak masyarakat hanya berkoar-koar saja, tetapi tidak ada tindakan nyata. Mentang-mentang “Medsos” sekarang ini merajalela dan membebaskan untuk mengungkapkan pendapat,berkomentar, tetapi mengapa aplikasi pembuktiannya tidak ada. Seharusnya kita sebagai generasi muda ini harus dapat mengubah atau mengajak semua kalangan, baik tua maupun muda untuk turun tangan langsung dalam mengaplikasikan gerakan perubahan. Dimulai dari lingkungan rumah sendiri hingga sampai ke pelosok Aceh. 
Dimulai dari sistem pemerintahan Aceh dibentuk berdasarkan Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Tapi buktinya apakah sudah bersifat istimewa dan dilayani sangat baik oleh pemerintah pusat? Dalam hal peraturan Syari’at Islam, saya lihat belum sepenuhnya berjalan dengan baik, biarpun kita tahu adanya Satpol PP atau WH yang tugasnya mengawasi atau memantau kegiatan masyarakat Aceh, tetapi terdapat kekurangan, yaitu saat jam melaksanakan ibadah shalat, terutama maghrib, banyak sekali warung atau café yang masih buka. Pengunjung pun tidak merasakan apapun, tidak ada niat untuk meninggalkan warung.  Malahan semakin ramai.
Kekurangan lainnya  keterlambatan dalam pelayanan masyarakat, contohnya pelayanan di bidang kesehatan, pengalaman yang saya rasakan. Waktu itu saya ingin membuat surat rujukan, tetapi terlalu diperhambat dalam proses pembuatannya, sehingga orang yang sakit malah bertambah sakit.
Dalam hal pendidikan, bagi penduduk kota kita lihat sudah berkembang, tetapi coba kita pantau ke pelosok desa, para masyarakat awam sungguh benar-benar tidak mengerti dengan sistem pendidikan yang kita hadapi sekarang. Sebagai contoh dalam hal beasiswa, bidik misi. Masyarakat kampung tidak mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkan hal tersebut. Bagi sebagian orang memang sudah mengerti, tetapi bukan menjelaskan kepada mereka yang belum mengerti. Malah menyulitkan pemahaman mereka.  Dari hal yang mudah menjadi sangat sulit untuk mereka laksanakan. Hal ini sudah saya dengar sendiri dari kampung saya, di Sigli, saat saya menjelaskan sedikit tentang bidik misi , mereka terkejut, mereka tidak mengetahui apa itu bidikmisi. Dan ada yang menganggap bidik misi itu diperuntukan hanya kepada siswa yang mempunyai prestasi tinggi, bagi siswa yang menang dalam suatu perlombaan dan itu membuat para orang tua di sana memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, atau universitas. Hal itu dikarenakan anak mereka tidak mempunyai prestasi yang mencukupi dan tidak pernah mengikuti lomba apapun. Bukankah ini hal yang sangat lucu? Sangat mengherankan, bukan? Dengan kecanggihan teknologi sekarang, apa mungkin hal itu membuat mereka tidak mengerti?. Kesimpulan yang dapat saya ambil mengapa orang yang telah menempuh pendidikan di kota,tetapi tidak menjelaskan hal tersebut kepada orang di kampungnya. Hal itu dikarenakan mereka takut akan tersaingi apabila yang lain menempuh pendidikan yang tinggi sama seperti mereka.
Harapan terbesar yang sangat saya harapkan, biarpun terkadang masih berfikir apakah mungkin harapan ini akan terwujud, yaitu dapat mengubah semua hal yang telah mendarah daging bagi kita, sehingga itu menyebabkan hal buruk terhadap Aceh ini sendiri. Dapat mengubah sifat masyarakat untuk lebih memperhatikan lingkungan mereka, dengan lebih menjaga kebersihan, menaati peraturan. Ya, tidak membuat hal yang tidak penting, sehingga berefek buruk kepada mereka sendiri. Juga dapat mengubah sistem pemerintahan Aceh ini, terutama menyadarkan para pemimpin Aceh agar ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Tidak hanya duduk sebagai pemimpin, tetapi tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Kita berharap agar mereka dapat memberi pelayanan kepada seluruh masyarakat hingga ke pelosok daerah, terutama bidang kesehatan. Kita sangat berharap para pegawai di bidang kesehatan tidak mempersulit sistem pelayanannya, agar lebih mengutamakan pasien yang sedang sakit terlebih dahulu dari pada mengutamakan surat-surat pengurusan perawatan, sehingga memperburuk kondisi pasien yang sakit. Apa salahnya jika kita mengikuti gaya atau peraturan yang orang luar negeri terapkan, bukankah itu akan membawa efek positif bagi kita ke depannya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber