Langsung ke konten utama

Si Manis-Pedas, Rujak Pak Fahrizal





Oleh Rauzatul Jannah
Mahasiswi  Jurusan :  S1 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Setelah mendapat pencerahan tentang wirausaha, saat kuliah bersama Pak Tabrani Yunis, pada kali ini kami diberi kesempatan untuk mewawancarai salah satu pelaku usaha kecil  di Banda Aceh atau Aceh Besar.  Aku berhasil mewawancarai seorang pedagang rujak di Cadek-Kajhu, Aceh Besar
Mungkin sekarang ini  kita sudah tak asing lagi dengan persoalan makanan rujak. Siapa yang tidak kenal  dengan olahan buah-buahan yang dipotong kecil-kecil dan diberi bumbu kacang dan gula merah dengan rasa manis dan pedas itu. Apalagi citra rasa yang manis-pedas sangat diminati oleh orang-orang Aceh. Khususnya mahasiswa dan anak sekolahan yang sangat gemar dengan olahan rujak. Bukan hanya mahasiswa dan anak sekolah, bahkan ibu-ibu pun tidak ingin ketinggalan dengan citra rasa manis-pedasnya rujak. Selain rasanya pedas-manis, rujak juga bisa membuat tubuh kita segar dengan bermacam olahan buah-buahan tersebut.
Terutama aku, sudah mendatangi salah satu gerobak penjual "rujak colek-rujak manis alami" yang penjualnya bernama Bapak Fahrizal, bertepatan di Cadek. Aku melihat banyak pembeli yang mampir di gerobak Pak Fahrizal. Maka, dengan rasa penasarannya aku datang. Saat itu sebelum aku menanyakan beberapa hal atau pertanyaan, aku ingin mencicipi dulu olahan rujak dari Bapak tersebut. Setelah mencicipi rujak Bapak Fahrizal itu, rasanya memang sangat enak dan tak kalah menarik dari rujak lainnya dengan olahan bumbunya dan takarannya yang pas, seperti gula dan asam jawa ditambah beberapa cabai supaya pedas dan itu menjadi salah satu camilan kesukaanku. .
       Tak lama setelah mencicipi rujak tersebut, aku mulai menanyakan beberapa hal atau pertanyaan kepada bapak itu tentang usaha yang sedang dijalankannya itu. Setelah Aku menanyakan beberapa pertanyaan, aku menemukan banyak pelajaran penting dari Pak Fahrizal. Aku ingin tahu, apa yang menjadi latar belakang ia membuka usaha itu.
         Ternyata yang melatarbelakangi beliau itu membuka usaha jual rujak adalah sebagai usaha tambahan atau sampingannya. Ia punya usaha toko sembako. Ini dilakukan agar ia mempunyai uang tambahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Menurut Pak Fahrizal, usaha yang dia buka ini tidak tergantung  dengan orang lain. Untuk mendapatkan ide usaha ini pun, tidak diusulkan oleh orang lain, melainkan keinginannya sendiri. Menurutnya berjualan rujak itu tidak ribet, selain hanya membuat bumbunya. Ia juga hanya membeli buah-buahan saja di pasar. Hanya bagaimana cara pengolahannya saja agar berbeda dengan rujak lainnya. Melihat kesuksesan dalam jualan rujak, ia berkeinginan untuk meluaskan atau membuka usaha jual rujak itu. Ternyata ia mempunyai empat cabang gerobak lagi di berbagai daerah khususnya di Banda Aceh. Dengan tetap mengembangkan ciri khas cemilan rujak Aceh yang manis-pedas itu.😉
         Nah, apa yang membuat rujak racikan beliau disukai orang, ternyata  cara atau strategi yang beliau lakukan adalah membuat resep bumbu yang bagus dengan ciri khas tersendiri. Ia memesan khusus gula Merah dari Bener Meriah lalu mengolahnya sendiri. Begitu juga dengan buah. Ia  membeli di pagi hari. Jadi buahnya selalu baru dan segar. Dengan itu camilan tersebut mempunyai nilai dan kualitas yang tinggi, sehingga dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
       Tidak hanya dari segi bahan saja, tetapi juga harus memiliki keahlian dalam mengolahnya dengan bagus. Bahkan  penyajiannya juga dilakukan dengan secara cepat, agar si pembeli tidak merasa bosan untuk menunggu olahan rujak. Apalagi jika pembelinya banyak, tentunya harus pandai-pandai dalam mengolah. Selain itu, sikap ramah juga ikut berperan. Oleh sebab itu. Keramahan juga harus diutamakan, karena jika itu tidak ada pembeli merasa tidak nyaman. Tentu saja untuk keahlian itu sudah ada pada Pak Fahrizal yang sudah cukup mahir dalam mengolah dengan cepat.
         Namun demikian, beliau juga mengatakan ada beberapa kendala dalam berjualan, seperti membeli buah yang jaraknya agak jauh. Ia harus ke Lambaro dan juga kadang-kadang lumayan susah untuk mendapatkan buah-buahannya karena buah-buahan tersebut dari Berastagi. Kalau beliau beli buah di toko kecil, harganya lebih mahal. Jadi beliau juga harus mempertimbangkan hal itu. Cara beliau mengatasi hal tersebut adalah menelpon kawan yang menjual buah di Pangkalan Lambaro dengan memesan terlebih dahulu buah-buahannya untuk beliau. Jadi buahan tersebut tersisihkan dan selalu ada untuknya. Kadang kala karena terlalu jauh, beliau menyuruh kawannya untuk mengantar buah tersebut. Jadi beliau tidak merasa terbebani dengan hal tersebut.
 Wah,  cukup menarik juga. Apalagi kalau beliau membuka beberapa kedai rujak di berbagai daerah Banda Aceh. Pastinya akan mendapatkan keuntungan lebih besar lagi, karena dengan kedai yang lumayan besar itu akan menarik pelanggan untuk mampir dan bisa langsung dibuat brosur promosi untuk masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber