Langsung ke konten utama

EMPAT SIFAT YANG HARUS DIMILIKI UMAT ISLAM




Oleh
Hendra Gunawan, MA
Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan

Allah SWT menciptakan struktur kepribadian manusia dalam bentuk potensial, tidak secara otomatis bernilai baik ataupun buruk sebelum manusia berusaha mengaktualisasikannya tergantung pilihan manusia itu sendiri. Sekalipun dalam proses memilih potensi tersebut sering dipengaruhi variabel-variabel tertentu termasuk lingkungan. Maka tampilan pribadi yang dimiliki seorang insan manusia masing-masing berbeda, bisa berkembang menjadi pribadi yang mulia seperti malaikat dan bisa juga berkembang manjadi pribadi yang hina seperti syetan tergantung kepada pilihan seorang insan manusia. Bahkan apabila seorang insan manusia tidak dapat dikendalikan hawa nafsunya, dapat membuat ia terjerembat pada akhlak yang buruk seperti binatang, bisa lebih serakah dari kera, lebih jahat dari nyamuk yang suka mengganggu dan mencari makan dengan menyakiti sehingga eksistensinya tidak disukai oleh semua orang.

Baik dan buruknya, seorang insan manusia di dunia ini bukanlah hasil proses evolusi alam melainkan pilihannya sendiri. Sebab manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari agama sebagai tolak ukur atau rujukan perilaku seorang insan manusia. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya) suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah (berinisiatif merekayasa) dirinya sendiri”.
Untuk sampai ke sana, seorang Muslim tidak boleh lepas dari al-Qur’an yang tidak hanya berdimensi teologi semata tetapi juga berdimensi moral, mengatur hubungan antara manusia dan manusia, manusia dengan Allah SWT, dan juga mengatur tentang hubungan antara manusia dengan alam. Maka karakter Muslim yang baik tidak cukup dengan memiliki sifat baik terhadap dirinya saja, namun harus memiliki sifat yang baik terhadap orang lain, alam sekitar, dan terhadap Allah SWT.

1.    Memiliki Sifat Pribadi yang Baik
Dalam al-Qur’an surah al-Furqan ayat 63, Allah SWT menjelaskan, hamba-hamba Allah SWT yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati. Secara individu, ayat ini menunjukkan bahwa salah satu ciri Muslim yang baik adalah memiliki sifat rentah hati, dimana ia berjalan dimuka bumi Allah SWT ini dengan rendah hati, sopan, tidak sombong, dan tidak angkuh. Mulutnya dalam berkata selalu berbicara dengan perkataan yang baik dan lemah lembut seperti Rasulullah SAW tidak ceplas ceplos dan suka senyum, sampai-sampai Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat disebutkan, sesungguhnya senyum kepada saudaramu bernilai sedekah.

2.    Memilki Sifat yang Baik Kepada Setiap Insan Manusia
Dalam al-Qur’an surah Ali Imran ayat 134, Allah SWT berfirman “... Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan...”. Kata kebajikan pada ayat di atas, mencerminkan pribadi Muslim yang baik salah satunya terkandung dalam akhlak seseorang, yaitu insan yang mampu menjalani hubungan dengan baik antara sesama manusia, tidak mau melakukan perbuatan keji tetapi gemar melakukan perbuatan yang terpuji. Mereka bergaul dengan penuh sopan santun, menghormati yang tua, suka membantu, dan menolong sesama.
Berakhlak karimah (mulia atau terpuji), berarti bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam sehingga disenangi manusia dan dicintai Rasululah SAW, sebagaimana beliau pernah bersabda, sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara kalian dan paling dekat tempatnya pada hari kiamat dariku adalah orang yang baik budi pekertinya diantara kalian. Dan dalam riwayat Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW pun menegaskan, sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.
Persepsi masyarakat, bahwa pribadi Muslim yang baik hanya tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada diri seorang Muslim. Bukankah tujuan diutusnya Rasulullah SAW adalah menjadi rahmat bagi sekalian alam, maka seseorang Muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok yang selalu dapat memberi rahmat (kebahagiaan) tidak hanya kepada siapa tetapi juga kepada apapun di lingkungannya. Tidak hanya taat mejalankan ajaran agama tetapi berjiwa sosial, ramah, peka, suka silatuhrahmi, gotong royong, dan membantu jiren tetangga, dan lewat ilmu pengetahuannya selalu menjadi penerangan pada orang-orang disekelilingnya layaknya matahari.
Termasuk kepada non Muslim, kita juga harus berbuat baik sebab kita semua insan manusia merupakan keluarga besar yang berasal dari satu keturunan nabi Adam AS dan Hawa yang dijadikan Allah SWT bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.

3.    Memiliki Sifat yang Baik Kepada Lingkungan
Dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ...”. Ayat ini, mengindikasikan bahwa manusia diciptakan Allah SWT di bumi sebagai khalifah, sehingga berkewajiban untuk menjaga keseimbangan alam semesta termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung, sungai dan lain sebagainya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup insan manusia dapat terjaga.
Rasulullah SWT telah memberikan contoh kepada kita, dimana beliau pernah melarang tentara Islam merusak bangunan, tanaman  saat berperang. Bahkan dalam satu riwayat dikisahkan tentang seorang wanita yang diselamatkan dari siksa api neraka karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Maka seyogianya, seorang Muslim yang baik mau melakukan ilegal logging (penebangan pohon secara liar) dan lain sebagainya.


4.    Memiliki Sifat yang Baik Kepada Allah SWT
Bersifat baik kepada Allah SWT, artinya bersikap taat atau takwa kepada-Nya yaitu dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya menuju predikat insan yang mulia di sisi-Nya sebagaimana ditegaskan dalam surah al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu“.
Menurut para ulama, orang-orang yang bertakwa adalah seorang insan manusia yang selalu taat beribada kepada Allah SWT, menunaikan semua perintah-Nya mulai shalat, puasa, bersedekah, dan juga senantiasa bertasbih memuji Allah SWT yang Maha Agung untuk mendekatkan diri kepada-Nya,

Penutup
Dalam kehidupan setiap insan manusia, mempunyai dua kecenderungan yaitu positif (baik) dan negatif (buruk), dimana dua kutub kekuatan ini saling mempengaruhi untuk mendorong sesorang insan manusia berperilaku yang normatif (merujuk akal fikiran) atau inpulsif (merujuk hawa nafsu), maka manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan pada situasi konflik antara baik dan buruk. Ibarat nahkoda dalam perjalanan hidup insan manusia, dimana akal selalu mengarahkan kepada kemualiaan (surga) dan hawa nafsu mengarahkan kepada kehinaan (neraka).
Manusia diberikan Allah SWT, kebebasan untuk memilih jalan hidup yang sesuai dengan ajaran agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Oleh karena itu, mari kita biasakan membaca al-Qur’an dan mengaplikasikan isinya dalam kehidupan sehari-hari guna mewujudkan karakter yang baik sesuai dengan petunjuk Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...