Oleh
Hendra Gunawan, MA
Dosen Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan
Allah SWT
menciptakan struktur kepribadian manusia dalam bentuk potensial, tidak secara
otomatis bernilai baik ataupun buruk sebelum manusia berusaha
mengaktualisasikannya tergantung pilihan manusia itu sendiri. Sekalipun dalam proses memilih potensi tersebut sering dipengaruhi variabel-variabel
tertentu termasuk lingkungan. Maka tampilan
pribadi yang dimiliki seorang insan manusia masing-masing berbeda, bisa berkembang menjadi pribadi
yang mulia seperti malaikat dan bisa juga berkembang manjadi pribadi yang hina seperti
syetan tergantung kepada pilihan seorang insan manusia. Bahkan apabila seorang insan manusia tidak
dapat dikendalikan hawa nafsunya, dapat membuat ia terjerembat pada akhlak yang
buruk seperti binatang, bisa lebih serakah dari kera, lebih jahat dari nyamuk yang
suka mengganggu dan mencari makan dengan menyakiti sehingga eksistensinya tidak
disukai oleh semua orang.
Baik dan buruknya, seorang insan manusia di dunia ini
bukanlah hasil proses evolusi alam melainkan pilihannya sendiri. Sebab manusia
mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari
agama sebagai tolak ukur atau rujukan perilaku seorang insan manusia. Hal ini
sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, “Sesungguhnya
Allah SWT tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya) suatu kaum,
sehingga mereka sendiri mengubah (berinisiatif merekayasa) dirinya sendiri”.
Untuk sampai ke sana, seorang
Muslim tidak boleh lepas dari al-Qur’an yang tidak hanya berdimensi teologi semata
tetapi juga berdimensi moral, mengatur
hubungan antara manusia dan manusia, manusia dengan Allah SWT, dan juga
mengatur tentang hubungan antara manusia dengan alam. Maka karakter Muslim yang baik tidak cukup dengan
memiliki sifat baik terhadap dirinya saja, namun harus memiliki sifat yang baik
terhadap orang lain, alam sekitar, dan terhadap Allah SWT.
1. Memiliki Sifat Pribadi yang Baik
Dalam al-Qur’an
surah al-Furqan ayat 63, Allah SWT menjelaskan, hamba-hamba Allah SWT yang Maha
Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati. Secara
individu, ayat ini menunjukkan bahwa salah satu ciri Muslim yang baik adalah
memiliki sifat rentah hati, dimana ia berjalan dimuka bumi Allah SWT ini dengan
rendah hati, sopan, tidak sombong, dan tidak angkuh. Mulutnya dalam
berkata selalu berbicara dengan perkataan yang baik dan lemah lembut seperti
Rasulullah SAW tidak ceplas ceplos dan suka senyum, sampai-sampai Rasulullah SAW
dalam sebuah riwayat disebutkan, sesungguhnya senyum kepada saudaramu bernilai
sedekah.
2. Memilki Sifat yang Baik Kepada Setiap Insan
Manusia
Dalam al-Qur’an
surah Ali Imran ayat 134, Allah SWT berfirman “... Allah SWT menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan...”. Kata kebajikan pada ayat di atas,
mencerminkan pribadi Muslim yang baik salah satunya terkandung dalam akhlak seseorang,
yaitu insan yang mampu menjalani hubungan dengan baik antara sesama manusia,
tidak mau melakukan perbuatan keji tetapi gemar melakukan perbuatan yang
terpuji. Mereka bergaul dengan penuh sopan santun, menghormati yang tua, suka membantu,
dan menolong sesama.
Berakhlak karimah (mulia atau
terpuji), berarti bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam
sehingga disenangi manusia dan dicintai Rasululah SAW, sebagaimana beliau
pernah bersabda, sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara kalian dan
paling dekat tempatnya pada hari kiamat dariku adalah orang yang baik budi
pekertinya diantara kalian. Dan dalam riwayat Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW
pun menegaskan, sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.
Persepsi masyarakat, bahwa pribadi Muslim yang baik hanya
tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah.
Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus
melekat pada diri seorang Muslim. Bukankah tujuan diutusnya Rasulullah SAW adalah menjadi rahmat bagi sekalian alam, maka seseorang Muslim seharusnya memiliki
kepribadian sebagai sosok yang selalu dapat memberi rahmat (kebahagiaan) tidak
hanya kepada siapa tetapi juga kepada apapun di lingkungannya. Tidak hanya taat
mejalankan ajaran agama tetapi berjiwa sosial, ramah, peka, suka silatuhrahmi, gotong royong, dan membantu jiren tetangga, dan lewat
ilmu pengetahuannya selalu menjadi penerangan pada orang-orang disekelilingnya
layaknya matahari.
Termasuk kepada non
Muslim, kita juga harus berbuat baik sebab kita semua
insan manusia merupakan keluarga besar yang berasal dari satu keturunan nabi
Adam AS dan Hawa yang dijadikan Allah SWT bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.
3. Memiliki Sifat yang Baik Kepada Lingkungan
Dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ...”. Ayat ini, mengindikasikan bahwa manusia diciptakan Allah SWT di
bumi sebagai khalifah, sehingga berkewajiban untuk menjaga keseimbangan alam semesta
termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan, gunung, sungai dan lain sebagainya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup insan manusia dapat terjaga.
Rasulullah SWT telah
memberikan contoh kepada kita, dimana beliau pernah melarang tentara Islam
merusak bangunan, tanaman saat
berperang. Bahkan dalam satu riwayat dikisahkan tentang seorang wanita yang
diselamatkan dari siksa api neraka karena memberi minum seekor anjing yang
kehausan. Maka seyogianya, seorang Muslim yang baik mau melakukan ilegal logging
(penebangan pohon secara liar) dan lain sebagainya.
4. Memiliki Sifat yang Baik Kepada Allah SWT
Bersifat baik kepada Allah SWT,
artinya bersikap taat atau takwa kepada-Nya yaitu dengan melaksanakan semua
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya menuju predikat insan yang mulia
di sisi-Nya sebagaimana ditegaskan dalam surah al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa
diantara kamu“.
Menurut para
ulama, orang-orang yang bertakwa adalah seorang insan manusia yang selalu taat
beribada kepada Allah SWT, menunaikan semua perintah-Nya mulai shalat, puasa, bersedekah,
dan juga senantiasa bertasbih memuji Allah SWT yang Maha Agung untuk
mendekatkan diri kepada-Nya,
Penutup
Dalam kehidupan setiap insan manusia, mempunyai dua
kecenderungan yaitu positif (baik) dan negatif (buruk), dimana dua kutub
kekuatan ini saling mempengaruhi untuk mendorong sesorang insan manusia berperilaku
yang normatif (merujuk akal fikiran) atau inpulsif (merujuk hawa
nafsu), maka manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan pada situasi konflik
antara baik dan buruk. Ibarat nahkoda dalam perjalanan hidup insan manusia,
dimana akal selalu mengarahkan kepada kemualiaan (surga) dan hawa nafsu
mengarahkan kepada kehinaan (neraka).
Manusia diberikan Allah SWT, kebebasan untuk memilih
jalan hidup yang sesuai dengan ajaran agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Oleh
karena itu, mari kita biasakan membaca al-Qur’an dan mengaplikasikan isinya dalam
kehidupan sehari-hari guna mewujudkan karakter yang baik sesuai dengan petunjuk
Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar