Langsung ke konten utama

Melestarikan Permainan Gasing Melalui Perlombaan Rakyat PKA



Banda Aceh - Gasing merupakan salah satu permainan tradisional yang sudah ada sejak dahulu di Indonesia, termasuk di Aceh. 
Permainan ini dulunya mudah dijumpai karena banyak dimainkan oleh anak-anak. Namun seiring perkembangan zaman, permainan yang dominan digandrungi oleh laki-laki ini, berlahan memudar. Bahkan bisa dikatakan hampir tidak lagi dimainkan sama sekali.
Melestarikan budaya berupa permainan tradisional, panitia Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) mencoba menghidupkan kembali sejumlah permainan rakyat. Salah satunya, permainan gasing.
"Permainan tradisional dalam PKA ini ada 5 cabang kegiatan yang diperlombakan, salah satunya permainan rakyat, berupa gasing," kata Koordinator Permainan Rakyat, Suhirman, saat dijumpai di lokasi, Jumat (10/8).
Meski Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten kota, namun dia mengatakan, perlombaan ini hanya diikuti oleh 16 daerah saja. Sebab, ia mengaku, bahwa permainan ini memang sudah hampir tidak ada lagi dimainkan oleh masyarakat. 
Selain itu, kemajuan teknologi berupa game online juga menyebabkan permainan ini mulai ditinggalkan.
"Jadi itulah, yang kita perlombakan untuk menghidupkan kembali permainan rakyat yang ada di daerah kita, terutama Aceh," ujar Suhirman.
Dalam perlombaan yang digelar di Lapangan Tugu Kopelma Darussalam tersebut, panitia hanya membolehkan pelajar sebagai peserta, tepatnya mereka berusia 13-17 tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...