Langsung ke konten utama

Wajah Lain Takengon, Beragam Kesenian dan Budaya





Sebagai negeri penghasil kopi terbaik di Indonesia. Kabupaten Aceh Tengah tidak hanya sekadar menyuguhkan soal hasil alam mereka. Daerah yang terletak di dataran tinggi gayo ini menyimpan cukup banyak cerita ragam budaya, dan keseniannya. Seperti tarian Sining, kesenian tradisional ini akan ditampilkan perdana dalam pagelaran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII.

Tarian Sining akan ditampilkan untuk pertama kalinya di hadapan masyarakat Aceh, Selasa (14/8/2018) malam, di panggung utama PKA VII, taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Kesenian ini merupakan sesuatu hal baru dari Aceh Tengah yang belum pernah ditampilkan.

“Tarian ini baru kita hadirkan sejak Januari 2018 lalu. Kita akan menghadirkan sesuatu yang baru dari daerah dataran tinggi kepada seluruh masyrakat Aceh malam nanti,” kata Uswatuddin, Ketua Kontingen Aceh Tengah.

Dikatakannya, tarian Sining telah memperoleh sertifikat dari Kementerian Hukum dan Ham dan diakui menjadi warisan budaya tak benda. Uswatuddin menjelaskan, tarian ini belum pernah ditampilkan sebelumnya. Dimainkan oleh dua orang lelaki di mana seorang penari akan menari di atas bara. Tarian ini jauh berbeda dengan tari guel.

“Kesenian ini belum pernah kita tampilkan sebelumnya. Tarian ini berbeda dengan tari guel, karena penarinya cuma laki-laki 2 orang. Satu di atas bara dan satu di bawahnya,” ujar Uswatuddin.

“Tarian ini adalah kesenian untuk penyambutan tamu juga sebenarnya. Namun ia menceritakan tentang burung malam. Dimainkan di atas bara serta udah diakui dan diliti oleh kementerian. Ini adalah sesuatu yang baru bagi Aceh Tengah,” tambahnya.

Disamping itu, selama berlangsung PKA VII, Uswatuddin mengaku anjungan mereka mendapatanimo masyarakat yang luar biasa. Banyak dari pengunjung penasaran tentang adat, budaya, bahkan ingin belajar bahasa gayo.

“Mulai dari hari pertama hingga saat ini atmosfir kita dapatkan, kami melihat pengunjung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang Gayo itu sendiri. Karena memang selain menghadirkan replika manusia purbakala, kita juga menghadirkan ada juga aksara gayo,” kata Uswatuddin, yang juga merupakan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...