Langsung ke konten utama

Analisis Kebijakan Kesehatan Aceh


Oleh dr. Herianti

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, Indonesia menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah yang ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases) seperti HIV/AIDS, avian influenza, flu babi dan penyakit nipah. Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, termasuk Aceh.
Kondisi kesehatan masyarakat Aceh dalam lima tahun terakhir mengalami kemajuan yang signifikan ditinjau dari beberapa indikator. Namun demikian tidak dinafikan juga beberapa indikator lainnya masih menunjukkan capaian yang masih rendah.

Masyarakat Aceh saat ini dihadapkan pada kondisi beban ganda ( double burden), baik terkait penyakit maupun masalah gizinya. Hal ini dikarenakan pada saat yang bersamaan menghadapi permasalahan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Aceh juga dihadapkan pada persoalan beban gizi ganda ( double burden malnutritiondimana Aceh masih memiliki prevalensi yang sama tingginya antara kekurangan gizi dengan kelebihan gizi pada berbagai siklus kehidupan.

Untuk memberi gambaran terhadap pernyataan di atas beberapa indikator utama yang digunakan antara lain angka Usia Harapan Hidup ( UHH ), Angka Kesakitan, Angka Kematian Ibu ( AKI ), Angka Kematian Neonatus ( AKN ), Angka Kematian Bayi ( AKB), Angka Kematian Balita ( AKABA), Cakupan balita Gizi Buruk dan Persentase Stunting.


KAJIAN

Menurut Menteri Kesehatan RI ( Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K)) umur harapan hidup Indonesia dari tahun 1990 sampai 2017 mengalami peningkatan yakni 71,5 persen. Namun untuk Aceh, usia harapan hidup masih memprihatinkan karena di bawah presentase nasional, yakni 67,8 persen. Hal tersebut disampaikan saat menghadiri acara Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Senin (4/3/2019). Kondisi ini harus menjadi perhatian serius dari Pemerintah Aceh melalui lembaga penyelenggara kesehatan di Aceh serta pihak- pihak terkait lainnya.

Upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan masyarakat harus dilakukan secara terencana dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan dan mutu fasilitas kesehatan masyarakat. Indikator capaian kinerja dalam upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan masyarakat tidak dilihat pada tingginya Angka Kesakitan Masyarakat yang ditangani di sentra-sentra pelayanan kesehatan, akan tetapi dinilai pada penurunan jumlah orang yang berobat.

Untuk itu diperlukan adanya rapat-rapat koordinasi teknis pelayanan kesehatan dan rujukan dengan Dinas Kesehatan dan Penyelenggara Penanganan kesehatan di Kabupaten/Kota. Selain itu juga diperlukan adanya pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana di rumah sakit dan puskesmas serta jaringannya.

Untuk menekan Angka Kematian Ibu ( AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB) sangat diperlukan adanya program penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu. Beberapa langkah yang patut dilakukan untuk ini antara lain Penguatan Manual Rujukan Maternal dan Neonatal, pertemuan-pertemuan berkala dalam upaya meningkatkan kesehatan keluarga di Kabupaten/Kota, meningkatkan kegiatan fasilitasi kader dalam pendampingan ibu hamil ( peer to peerpeningkatan cakupan K4 (kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan) dan persalinan faskes tingkat Kabupaten/Kota dan kecamatan lokus dan pelatihan asuhan persalinan normal bagi bidan koordinator. Selain itu juga diperlukan adanya semacam orientasi audit maternal neonatal dan yang sangat membantu kesehatan bagi ibu hamil dan bayi agar di setiap Gampong diupayakan rumah singgah bersalin, sehingga mudah dikontrol perkembangan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Dalam upaya mencegah gizi buruk dan persentase stuntingdiperlukan adanya upaya perbaikan gizi masyarakat, terutama pada kelompok sasaran rentan antara lain ibu hamil, ibu menyusui dan anak balita di Kabupaten/ Kota dan kecamatan sampai ke gampong- gampong. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : Pertama, pengadaan makanan tambahan untuk balita ( wasting dan stunting).Kedua,Pengadaan Makanan Tambahan untuk ibu hamil Kekurangan Energi Kronik ( KEK) dan ke tiga, Pengadaan Makanan Pendamping Asi ( MP - ASI ) untuk usian 6 - 24 bulan. Upaya-upaya tersebut nantinya akan sangat berdampak pada penurunan prevalensi balita gizi buruk , penurunan angka stuntingdan prevalensi ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Dalam rangka perbaikan gizi masyarakat untuk ke depan, diperlukan adanya langkah yang terencana, diantaranya : Pertama, perlu adanya maping data bayi dan balita dengan penggunaan aplikasi data dan pelaporan gizi berbasis elektronik ( e- PPGBM) di seluruh kecamatan. Kedua, perlu adanya upaya yang serius untuk menjamin tersedianya tambahan makanan dan vitamin bagi balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan anak sekolah di seluruh kecamatan. Ketiga, perlu adanya penanggulangan terhadap Kurang Energi Protein ( KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium ( GAKY), dan kurang vitamin. Ke empat, perlu adanya upaya sadar untuk pencapaian keluarga sadar gizi, sehingga tercapainya cakupan Inisiasi Menyusui Dini ( IMD) dan ASI eksklusif.

Sesungguhnya masih banyak sisi yang harus dilihat dan dicermati dalam peningkatan kualitas kesehatan di Aceh, namun mengingat tinjauannya sangat luas maka untuk kesempatan ini dibatasi pada beberapa hal saja sehingga dapat memberikan gambaran untuk rencana perbaikan kebijakan kesehatan ke depan.

*dr. Herianti., Dokter Penanggung Jawab Klinik Asy-Syifa Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dan Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Email : dr_herianti@yahoo.co.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Tahun Baru, Semangat Baru

Assalamualaikum sahabat Popot dan Nyanyak yang dirahmati Allah. Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat, kritis dan cerdas serta senantiasa dalam lindungan Allah. Alhamdulilah hari Senin, tanggal 1 Januari 2024 lalu kita sudah masuk ke tahun baru. Kita sudah meninggalkan Tahun 2023. Tentu ada    banyak cerita, peristiwa yang terjadi dan kita alami di tahun 2023 yang menjadi catatan sejarah hidup kita. Cerita    suka dan duka yang tak terlupakan. Bisa jadi ada hal yang kita rencanakan untuk diwujudkan pada tahun 2023 lalu yang belum terwujud dan juga ada hal yang tidak tercapai, maka di tahun 2024 ini masih bisa untuk diwujudkan.  Nah, sahabat Popot dan Nyanyak yang berbahagia, Apa saja yang belum sahabat wujudkan di tahun 2023 yang lalu? Apa pula yang menjadi kelemahan atau kekurangan yang ada dalam diri selama 2023 yang lalu?    Bagaimana sikap sahabat semua? Malaskah? Atau sudah rakın, tapi belum berhasil?  Lalu, kini ketika kita sudah betad...

Sembilan Aktivitas Pengisi Liburan Anda Yang Sangat Menarik

Oleh Dian Balkis Mahasiswi  Jurusan Perbankan Syariah, FEBI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh Assalamualaikum pembaca Bertemu kembali bersama saya Dian Balkis. Senang sekali dapat berbagi cerita  pada kesempatan ini. Oke saya akan sedikit bercerita tentang kegiatan setelah berlalunya semester 5. Bagi pembaca yang masih kuliah, pasti akan mengalami liburan semester. Ada sebagian mahasiswa yang senang libur semester, ada juga yang tidak senang karena berbagai alasan. Bagi mahasiswa yang bukan perantau, liburan semester bukan moment-moment yang dinantikan, tetapi jika bagi mahasiswa perantau, libur semester merupakan moment yang sangat dinantikan, karena mereka sangat ingin pulang kampung dan bertemu dengan keluarga. Sebagian mahasiswa libur semester ini menjadi hal yang sangat membosankan, apalagi mahasiswa rantauan yang pulang kampung. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan di rumah, sehingga dapat membuat mereka suntuk dan bosan. Seharusnya ada kegiat...