Langsung ke konten utama

Enam Cara Menjadikan Menulis Sebagai Tradisi



Oleh Tabrani Yunis

Ketika ditanyakan “ apa hobi anda?” Maka, Sering kita mendengar atau menemukan jawabannya, hobi saya menulis. Artinya, ia tersebut punya kesukaan untuk menulis. Bisa sekadar suka, bisa pula memang suka. Namun, kalau hanya suka, belum tentu menjadikan menulis sebagai sebuah tradisi. Apalagi kalau menulis hanya sekali, lalu berhenti dan suka lagi. Itu pun karena ada sesuatu yang disuka. Yang begini,  kita sebut sebagai aktivitas menulis karena suka, bukan sebagai sebuah tradisi atau kebiasaan yang menjadi kebutuhan. Sehingga, seperti disebutkan di atas, kegiatan menulis dilakukan hanya kapan suka, bukan sebagai kebiasaan atau tradisi. Bukan pula sebagai sebuah kebutuhan hidup. 

Idealnya menulis itu menjadi sebagai  sebuah kebiasaan atau tradisi dalam hidup, menjadi kebutuhan hidup, karena sebagai manusia yang baik dan berguna adalah manusia yang pembelajar. Manusia pembelajar memiliki kebutuhan membaca dan menulis, mengekspresikan diri dengan menulis. Biasanya, bagi orang yang sudah terbiasa menulis, akan sering merasa lapar terhadap tulisan dan selalu ingin berbagi ilmu.

Nah,  ingin menjadikan aktivitas menulis sebagai sebuah tradisi? Tentu tidaklah terlalu sulit. Yang penting punya kemauan untuk menulis. Berikut merupakan beberapa langkah mudah dan sederhana untuk menjadikan aktivitas menulis sebagai sebuah tradisi.

1.    Tumbuhkan rasa suka

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa suka terhadap kegiatan menulis. Cara untuk menumbuhkan rasa suka tersebut cukup mudah. Ya, rajin-rajinlah membaca tulisan orang lain. Semakin sering kita membaca tulisan orang lain tersebut, semakin sering kita menemukan hal-hal yang memancing rasa penasaran untuk memberikan tanggapan terhadap tulisan tersebut, secara tertulis. Ingatlah bahwa, ketika kita mulai terpancing, itu artinya rasa suka sudah muncul. Cara kedua, bergaulah dengan orang-orang yang suka dan aktif menulis.  Amati apa yang membuat ia melakukan kegiatan menulis. Sekali-kali, lihat juga apa keuntungan yang ia peroleh dari kegiatan menulis. Salah satu yang menguntungkan itu ia sebagao penulis, banyak dikenal oleh orang-orang. Dikenal lewat tulisannya. Tak dapat dipungkiri pula, seorang penulis yang sering menulis akan banyak dikenal oleh orang karena tulisannya. Nah, apabila kita tahu begitu banyak untung, kita pun akan semakin suka menulis. Apalagi kegiatan menulis itu memang banyak untungnya.

2.     Tumbuhkan Rasa  pada aktivitas menulis.

Langkah kedua ini, merupakan langkah yang lebih dalam dibandingkan rasa suka. Setelah rasa suka muncul, agar lebih melekat dan mendorong kita akan terlibat dalam kegiatan menulis. Biasanya, kalau sudah jatuh cinta, kemauan dan semangat untuk menulis akan semakin besar. Bahkan bila menulis yang selama ini dirasakan susah, dengan rasa cinta yang begitu besar, akan mendorong kita untuk terus belajar menulis tulisan-tulisan yang berkualitas. Tak dapat dipungkiri bahwa semua akan menjadi sangat mudah. Begitu besarnya daya dorong  cinta tersebut. Bukankah dalam banyak lirik lagu-lagu cinta, ketika jatuh cinta itu, hati pasti berbunga-bunga, ingin selalu bertemu dan sebagainya. Para pembaca pasti ingat dengan lagu “jatuh cinta, berjuta rasanya”.  Lebih dahsyat lagi, bila kita sudah merasa cinta terhadap kegiatan menulis, di situlah kita bisa membaca gejala perubahan yang terjadi pada kita. Misalnya,  selalu ingin menulis. Selalu berusaha mencari ide-ide yang menarik untuk ditulis. Nah, kalau sudah jatuh cinta, kita akan menulis setiap hari. 

3.    Sediakan waktu untuk menulis setiap hari

Seperti kita merawat cinta yang sudah terjalin, kita akan selalu bersama dengan orang yang kita cintai. Kita juga akan selalu ingin bersama, sehingga kita harus bisa mengatur waktu. Kita harus menyediakan waktu yang cukup agar selalu harmonis. Begitu pula halnya dengan upaya merawat cinta menulis tersebut. Agar aktivitas menulis menjadi kegiatan sehari-hari, atau menjadi kebiasaan atau tradisi, maka setiap hari harus disediakan waktu khusus untuk menulis. Misalnya, sedikan waktu hasib salat subuh setiap pagi untuk menulis sebuah artikel atau cerita, cerpen, maupun sebuah puisi. Bisa bayangkan, berapa banyak karya tulis yang akan lahir, apabila setiap hari menulis, jika menulis menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi? Banyak bukan? Tentu saja banyak. Menulis pun menjadi semakin mudah.

4.    Publikasikan dan share

Nah, ketika kita sudah bisa dan lancar menulis, kita pasti ingin agar tulisan-tulisan yang kita tulis tersebut bisa dan mau dibaca oleh banyak orang. Sebab, semakin banyak orang yang membaca tulisan-tulisan kita, makan akan semakin banyak manfaat dari tulisan-tulisan yang kita tulis. Misalnya, akan semakin banyak orang yang mengenal kita dan karya-karya kita. Dengan demikian, menulis tersebut membuat penulisnya menjadi terkenal. Tentu saja, ketika kita menulis tersebut hal yang ingin kita peroleh adalah kepuasan batin, sebagai bentuk aktualisasi diri. Oleh sebab itu, agar banyak orang yang membaca tulisan kita, jangan simpan tulisan-tulisan tersebut di dalam file, tetapi mulailah mengirimkan tulisan-tulisan tersebut ke media massa, seperti surat kabar, majalah dan bahkan kini di media online. Selain itu, kita juga bisa membuat blog sendiri.

Karena sekarang adalah era digital, dimana dengan adanya fasilitas internet, kita sangat mudah dan murah untuk berbagi, maka, tulisan-tulisan kita yang dimuat di berbagai website atau portal, blog dan bahkan Vlog, langkah yang menguntungkan adalah dengan cara membagikan atau share tulusan kita yang sudah dimuat di media onlibe tersebut. Ingatlah, bahwa tulisan-tulisan yang kita kirmkan ke media massa tersebut selama ini sudah menjadi sumber rezeki bagi para penulis. Jadi, jangan takut mengirimkan karya tulis kita ke media. Karena menulis di media tersebut sangat besar manfaatnya. Tidak percaya? Silakan tanyakan kepada para penulis, baik yang sudah terkenal, maupun yang masih berada di papan bawah.

5.    Jangan malas membaca dan mengamati
Kegiatan menulis yang mentradisi adalah menulis yang tidak meninggalkan budaya membaca dan mengamati. Agar kita bisa selalu memiliki ide atau gagasan menulis, kita harus rajin membaca dan juga rajin mengamati segala fenomena dan realitas di sekitar kita dan di ruang-ruang atau tempat-tempat lain. Biasanya ketika kita rajin membaca dan mengamati, kita sering mendapatkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru dari bacaan dan amatan kita. Bukankah kita sering mendengar pameo, jauh berjalan, banyak dilihat, lama hidup, banyak dirasa. Semua ini bisa diramu menjadi tulisan-tulisan menarik. Banyak membaca dan mengamati, selain bisa membantu memberikan ide-ide atau gagasan-gagasan baru, kebiasan membaca dan mengamati juga akan membawa pengaruh besar pada kualitas tulisan yang kita tulis. Oleh sebab itu, bila ingin menjadi penulis yang bertradisi, jangan malas membaca dan mengamati.

6.    Nikmati hasil Menulis
Menulis itu membawa nikmat. Sangat banyak nikmat yang bisa dinikmati dari aktivitas menulis, seperti juga sudah disebutkan di atas tentang beberapa manfaat menulis tersebut. Karena sesuai dengan judul tulisan di atas, agar kegiatan menulis menjadi sebuah tradisi, kita selayaknya menikmati hasil dari tulisan-tulisan yang kita tulis, baik nikmat finansial, maupun nikmat kepuasan batin. Kepuasan akan nikmat tersebut bisa kita rasakan pada setiap kali tulisan kita dibaca banyak orang dan juga ketika tulisan-tulisan kita membuat kita tenar. Ketika kita tenar dan dikenal oleh banyak orang, maka kita akan mudah menikmati hasil tulisan kita dalam berbagai bentuk. Karena menulis banyak membawa nikmat, maka jangan lupa bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kita kemampuan untuk terbiasa menulis. Menulis sebagai tradisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...