Langsung ke konten utama

12 Finalis Duta Wisata Bireuen 2019 Menjalani Rangkaian Seleksi



Pemilihan duta Wisata Kabupaten Bireuen 2019 telah selesai memasuki tahap seleksi finalis. Sebanyak 12 finalis terpilih setelah melalui beberapa rangkaian seleksi seperti tes narkoba, tes tulis dan wawancara yang meliputi agama, wawasan, komitmen, motivasi, serta bahasa inggris. Finalis yang terpilih berasal dari berbagai latar belakang dengan prestasi yang luar biasa. Ke-12 finalis tersebut yakni Finalis Agam: Muhammad Ichlasul Amal, Muhammad Achdan Tharis, Anwar Mizan, Muhammad Juanda Aris, Firdaus dan Chandra, serta finalis Inong: Cut Rizka Kamila, Syarifah Raihan, Eka Nazila, Fadilla Izzati, Mulyani dan Farisah Nabila. 

Dikatakan oleh Fahmi, Ketua Ikatan Duta Wisata Bireuen (IDWB) bahwa semua finalis sudah memenuhi kriteria untuk menjadi seorang Duta Wisata Bireuen. “Tahun ini pendaftar Duta Wisata Bireuen memiliki kualitas yang baik, namun tentunya harus ada yang gugur karena kami hanya memiilih 12 yang terbaik. Jikapun ada kekurangan, tidak ada manusia yang sempurna dan kita juga tidak bisa memunafikan potensi lain yang dimiliki oleh finalis”Ditambahkannya, “Finalis yang telah terpilih tidak hanya berwawasan luas namun juga dinilai memiliki etika yang baik dalam proses penjurian karena menurut saya orang yang beretika sudah pasti pintar tetapi orang yang pintar belum tentu beretika”. 

Selanjutnya finalis terpilih menjalani photoshoot serta beberapa rangkaian kegiatan lainnya dalam masa karantina sampai final nanti untuk memilih juara, wakil serta kategori. Pada tahun ini Duta Wisata Kabupaten Bireuen yang terpilih akan kembali dikirim ke tingkat provinsi seperti di tahun-tahun sebelumnya. Oleh karenanya seleksi di tingkat Kabupaten akan sangat kompetitif untuk menjaring duta terbaik yang akan membawa nama harum Kabupaten Bireuen.
“Kami sudah berusaha untuk menyeleksi finalis secara profesional dan jujur karena kita menginginkan duta yang bisa merepresentasikan Bireuen dengan baik” tutup Fahmi. 

Penulis:
Mulkan Kautsar (085260454906)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...