Langsung ke konten utama

Anak-Anak Palestina, Anak-Anak Luar Biasa

dok. ACT
Oleh Nurmila Rusda
Berdomisili di Langsa, Aceh

Anak Palestina adalah anak-anak yang paling tidak beruntung di dunia ini. Mengapa mereka menjadi anak yang paling tidak beruntung? Dikatakan demikian, karena pada dasarnya anak-anak di mana pun mereka berada, hakikatnya mereka tetaplah anak-anak. Mereka selalu punya keinginan untuk menghabiskan waktu dengan bermain dan mendapatkan kasih sayang dari siapa pun, terutama keluarga dan kedua orang tuanya. Begitu pula dengan anak Palestina yang lahir dan dibesarkan di daerah yang terlibat langsung dengan konflik berkepanjangan. Kondisi anak-anak Palestina sangat berbeda dengan anak lainnya. Umumnya mereka harus berhadapan langsung dengan hal-hal yang seharusnya tidak mereka dapatkan dan mereka lakukan pada usia mereka. Sedari mereka kecil, mereka sudah disuguhkan pemandangan yang sangat menyedihkan. Mereka menjadi saksi kekejaman yang terjadi, mereka menyaksikan bagaimana orang tua mereka disiksa dan bahkan diculik di depan mata mereka. Terkadang, orang tua mereka terpaksa meninggalkan anak-anak mereka untuk berjihad melawan ketidakadilan. Akibatnya banyak anak yatim-piatu yang tidak sempat mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua sejak mereka lahir. Dan pada akhirnya mereka hidup dengan cara mereka sendiri yang sangat menyedihkan. 

Selain kehidupan yang menyedihkan, anak yatim-piatu Palestina maupun yang tidak, juga belum pernah mendapatkan pendidikan yang layak. Pembodohan pada anak Palestina sepertinya memang dijadikan salah satu cara untuk menghancurkan generasi Palestina. Mereka tidak pernah merasakan bangku sekolah yang sesungguhnya, sekolah-sekolah yang dibangun seadanya pun dihancurkan oleh para zionis. Hal ini mengakibatkan keterbelakangan pengetahuan pada anak Palestina, bahkan mereka juga tidak mengenal huruf dengan baik. Biasanya Pendidikan yang mereka dapat hanya dari daerah tenda pengungsian yang dibangun oleh para relawan dari berbagai negara. Pendidikan yang diberi di tempat pengungsian, bukanlah sepenuhnya pelajaran seperti di sekolah-sekolah, namun kebanyakan anak Palestina membutuhkan pemulihan pada kejiwaan mereka. Seperti yang kita tahu bahwa penderitaan anak Palestina bukan hanya fisik mereka, namun kejiwaan mereka juga diserang dengan berbagai hal yang menyedihkan. Kejiwaan anak Palestina bukan hanya disebabkan oleh kekerasan yang mereka saksikan, mereka juga kerap menjadi objek penyiksaan oleh tentara Israel. 

Anak-anak yang menjadi sasaran penyiksaan adalah anak yang bertindak melawan para tentara Israel. Mereka mencoba melawan tentara dengan benda-benda seadanya seperti batu. Mereka melempari batu ke tentara Israel , yang menyebabkan mereka kerap diculik dan disiksa oleh tentara Israel. Namun karena hal ini tentara Israel menganggap semua anak adalah sama, semua anak adalah yang melempari mereka dengan batu. Akibatnya anak-anak yang tidak bersalah juga akan ditangkap oleh tentara Israel. Terkadang tak peduli di mana pun mereka menemui anak-anak, mereka akan menangkap anak tersebut, mereka juga tak segan-segan mengambil anak-anak di rumah pada malam hari. Mereka membawa anak tersebut dan disekap di dalam penjara tanpa makan dan minum. Di dalam penjara mereka memperlakukan anak-anak dengan sangat buruk.

Menurut informasi dari Media Gerakan Buruh untuk membela anak Palestina pada tahun 2017 menyatakan bahwa lebih dari 12.000 anak Palestina ditangkap oleh Israel sejak tahun 2000. Selain itu lebih dari 80% anak-anak yang dipenjara mendapatkan kekerasan fisik selama penahanan dan interogasi. Di dalam penjara mereka mendapat perlakuan yang sangat buruk. Tangan mereka diikat sehingga mereka tidak bisa bergerak atau tidur seperti biasanya. Saat mereka dibawa untuk diinterogasi mata mereka pun ditutupi dan tangan diikat atau diborgol. Saat di introgasi terkadang mereka dipaksa mengakui kesalahan yang tidak mereka lakukan. Karena pada dasarnya anak-anak yang dipenjara itu bukanlah sepenuhnya anak-anak yang memiliki kesalahan, terkadang tanpa sebab yang jelas tentara Israel menangkap anak tersebut sebagai tersangka yang melakukan pelemparan batu terhadap tentara Israel. Sungguh tidak adil rasanya bagi anak Palestina. Tentara Israel sudah merampas segala kebahagiaan anak Palestina, lalu ketika anak Palestina membalas dengan satu lemparan batu yang tidak seberapa, dibandingkan dengan kekuatan bom yang mereka jatuhkan, mereka merasa kesakitan dengan lemparan batu tersebut. Pada akhirnya tentara Israel menetapkan hukum baru atas tindakan anak-anak yang suka melempari mereka dengan batu, yaitu melegalkan penahanan anak-anak di bawah usia 14 tahun. Ini membuat tentara Israel dengan sesuka hati membantai anak-anak tanpa alasan yang jelas dan yang bersalah atau tidak bersalah.

Hingga saat ini tampaknya penderitaan anak-anak Palestina belum akan berakhir. Beberapa saat yang lalu Presiden Amerika Donald Trump membuat pernyataan Yerusalem menjadi ibu kota Israel yang sebelumnya di Aviv. Pernyataan yang dilakukan Trump akan memulai babak baru konflik di Palestina. Artinya penderitaan anak-anak Palestina akan terus berlanjut. Anak Palestina akan terus kehilangan masa kecil dan masa tuanya. Mereka tidak akan pernah merasakan kedamaian selama hidupnya dan mereka akan terus menyaksikan kekejaman Israel. Itu menjadi pemandangan yang akan terus dilihat dan dirasakan oleh anak Palestina selama mereka hidup. Oleh sebab itu anak – anak Palestina adalah anak yang luar biasa, yang mampu bertahan dalam kondisi kehidupan yang sangat menyedihkan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...