Dok. Pribadi
Oleh: Roza Aprilia Mahasiswi Fakultas Syari'ah dan Hukum,Jurusan Hokum Ekonomi Syariah, Semester IV, UIN Arr-Raniry, Darussalam, Banda Aceh
Dia seorang anak tunggal yang terlahir dari keluarga sederhana yang bernama Faras. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Keseharian ayahnya hanya bekerja sebagai buruh dan pekerjaan itu pun tidak tetap. dan terkadang ayahnya pun tidak bekerja. Melihat keadaan suaminya yang seperti itu, maka ibunya mengambil langkah untuk membantu kebutuhan hidup sehari-harinya dengan bekerja menyeterika di rumah tetangga. Mereka sudah terbiasa hidup dengan uang seadanya, bahkan sesekali mereka hanya makan nasi garam dengan tetesan air mata. Mereka pun sudah terbiasa hidup seperti itu dengan tegar dan sabar. Dengan keadaan keluarganya yang seperti ini Faras pun tidak putus asa, dia merasa bersyukur telah memiliki orang tua yang menyayanginya dan berjuang semampu mungkin untuk masa depannya.
Faras seorang mahasiswi yang sekarang ini sudah menempuh di semester III. Dengan merasakan kehidupan seperti itu, dia pun tak ada rasa kecewa dalam menjalani hidup. Faras pun sangat berbakat dalam hal keterampilan, banyak yang sudah ia lakukan demi kebutuhan dan keperluan sehari-harinya. Iya, memang terdapat jiwa entrepreneur di dalam dirinya. Dengan bakatnya yang dia miliki, ia selalu melakukan pekerjaan sampingan selagi ia kuliah. Dia pintar menyulam dan merajut, rajutan yang dibuatnya sangatlah indah. Banyak sekali hasil rajutan dan sulamnya yang sudah ia jual pada teman-teman sekuliahannya bahkan pada dosen. Dia merajut berbagai macam model seperti kotak pensil, tas dan bros. Sekarang bakat yang dia miliki itu telah melekat dan menumbuhkan hasil bagi dirnya.
Terkadang kehidupan yang pahit itu bisa menginspirasikan jiwa untuk melakukan hal yang positif, itulah yang dilakukan oleh Faras. tidak hanya itu, Faras bisa dikatakan seorang pekerja keras demi mengurangi beban orang tuanya. Dia berusaha sedikit demi sedikit belajar mandiri untuk kebutuhannya. Dia bertekad untuk tidak membebani orang tua dengan skill yang dimilikinya. Kebetulan dia mengambil matakuliah kewirausahaan di semester III, itu seperti wadah dimana ada peluang besar bagi dirinya untuk memperbanyak ilmu dan mempraktikkan sesuatu hal. Dimatakuliah itu dia rasakan bagaimana cara berjualan di pasar-pasar, dan dari pengalaman itulah dia mencoba untuk berjualan di bulan puasa. Bahkan hasilnya pun sangat memuaskan bagi dirinya yang telah berusaha untuk mencoba pengalaman yang baru. Tidak sampai disana saja, dia tidak berhenti untuk melakukan sesuatu hal yang dapat menghasilkan uang. Berawal dari suka mencatat pada saat perkuliahan, faras pun berinisiatif untuk membuka jasa tulis bagi teman-teman yang membutuhkannya. Dan itu terus berjalan sampai sekarang ini, dan nama dia pun telah terkenal sebagai ‘Faras si jasa tulis’ bukan hanya di jurusannya saja tetapi pada Fakultas lain, bahkan di Universitas lain.
Banyak yang telah dia terima dari jasa tulisnya seperti, menerima jasa tulis catatan pelajaran, tugas, resume serta makalah. Namun hal yang dilakukannya itu banyak cibiran dari orang lain, tetapi itu tidak berpengaruh bagi dirinya. Memang benar pekerjaan yang dia lakukan itu secara tidak langsung akan membuat orang lain menjadi malas. Tetapi dalam pikiran Faras tidak seperti itu, dia hanya mengambil sisi positifnya saja bahwa pekerjaannya itu halal dan apalagi dia suka mencatat bahkan banyak ilmu pengetahuan yang dia dapat, karena otomatis dia banyak membaca dari tugas-tugas orang lain. Selagi itu bermanfaat buat kita dan oarng lain, maka lakukanlah dengan sebaiknya.
Dia juga melihat bahwa ada kehidupan orang lain di luar sana yang lebih susah dari dirinya. Di sana lah dia berfikir bahwa hidup sederhana seperti inilah yang sangat ia syukuri. Bahkan di luar sana masih banyak orang yang tidak bersyukur dengan apa yang di milikinya, ada yang benci dengan hidup susah, ada yang membentak orang tuanya, mencuri dan ada yang iri dengan kehidupan orang lain sampai melakukan hal-hal yang tidak patut untuk dicontohi. Sebenarnya kehidupan yang pahit itu belum tentu pahit dan tidak selamanya pahit. Jika kita menjalaninya serta melakukan dengan hal-hal yang baik maka hidup ini pun terasa damai dan ternikmati sendiri.
Dari kehidupan keluarganya yang seperti itu tidak sama sekali membuat Faras terpuruk, tapi pernah sesekali dia merasa sedih. Hal itu bukan karena dia tidak ikhlas dengan kehidupan yang dijalaninya, tetapi dia sedih melihat orang tuanya yang banting tulang berjuang untuk kebahagiaan keluarga serta pendidikan yang dia ditempuh saat ini. Itulah yang membuat dia tidak patah semangat dalam menempuh pendidikannya. Dia belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak ingin mengecewakan orangtuanya. Justru di kehidupan yang dia jalani sekarang ini mengubah pribadinya yang lebih mandiri, gigih, rajin serta sabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Banyak orang miskin di dunia ini dan anaknya itu semua sukses-sukses. Hal itu pasti pengaruh dari usaha, doa dan dorongan orang tua buat anaknya. Tidak hanya itu, didikan yang baik dari orang tua juga sangat berpengaruh dari cerminan kepribadian seseorang. Maka dari itulah jangan patah semangat dan terus berjuang demi kebahagian orang tua, karena kebahagian orang tua juga kebahagiaan anaknya. Melihat orang tua bahagia itu salah satu impian terbesar dari setiap anak.
Komentar
Posting Komentar