Langsung ke konten utama

Konselor Ideal di Era Millenial


dok. Pribadi

Oleh Sherlina
Mahasiswi Prodi Bimbingan Konseling, Fakultas Tarbiyah, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Di era milenial sekarang ini, Guru bimbingan dan konseling dihadapkan pada perbedaan karakteristik peserta didiknya. Perbedaan mulai jenis masalah hingga cara menyelesaikan. Cara penanganannya pun harus berbeda. Terlebih generasi milenial cenderung lebih akrab dengan perkembangan teknologi.Menjadi guru bimbingan dan konseling zaman sekarang dituntut mengimbangi tak hanya menguasai ilmu konseling, tetapi juga membuka pikiran lebih luas dalam bidang teknologi dan hal terkait lainnya. Pasalnya, kini anak didik generasi milenial memperoleh informasi dari berbagai sumber dan membuat pandangan mereka menjadi tidak terbatas.

Dulu, guru menjadi satu sumber informasi dalam hal ilmu pengetahuan. Kini, berbagai informasi bisa saja ditelan oleh siswa dan mereka berpikiran lebih terbuka.Karena itu, sudah menjadi tugas konselor untuk membangun kedewasaan anak didik dengan menganalisis serta mengintensifkan berbagai jenis informasi, dan kemudian memberikan pemahaman kepada mereka

Jika dulu ketika dipanggil guru bimbingan dan konselingpasti pasti merasa ada masalah,kini sudah semestinya ruang bimbingan dan konseling menjadi ruang yang ramah siswa. Guru bimbingan dan konseling harus mampu mengarahkan peserta didik pada kepribadian yang baik, serta memberikan rasa nyaman ketika berkonsultasi. Konselor perlu mendampingi siswa lebih intensif agar potensi generasi milenial bisa dikembangkan lebih optimal. Generasi Z itu merupakan digital natives yang lahir pada sekitar 1995 sampai 2000.”Generasi ini memiliki kepercayaan diri untuk sukses, cenderung berperilaku praktis dan ingin bebas"

Ada pertanyaan menarik dariDosen saya yaitu pak Tabrani Yunismengenai karakteristik konselor yang idealdi era milenial sekarang ini. Hal ini membuat penulis tertarik untuk membahas bagaimana pribadi atau karakteristik ideal dari seorang konselor sebagai tenaga profesional. Salah satu cara yang dapat dilakukan konselor agar dapat diterima oleh siswa generasi millenial adalah dengan mengembangkan resiliensi yang ada pada dirinya. Resiliensi adalah kemampuan seseorang agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya agar dapat mengatasi berbaigai permasalahan internal maupun eksternal. Resiliensi tersebut yang dapat menambah kompetensi konselor dalam memahami masalah-masalah siswa. Orang yang memiliki resiliensi tinggi dapat mengatasi masalah dengan mudah. Karena tidak terpaku pada zaman dahulu (konvensional). 

Dengan kompetensi baru, siswa dapat menerima arahan dari konselor karena dapat mengimbangi pemikiran siswa generasi millenial tersebut. Namun konselor tetap harus memperhatikan nilai dan norma yang harus digunakan dalam membina dan membimbing siswa agar tidak salah jalan. Konselor yang ramah, kekinian, mengerti trend anak muda dan memahami teknologi, namun tetap berpegang teguh pada nilai dan norma dirinya, akan hadir sebagai konselor yang menyenangkan. Dan pada akhirnya tidak ada lagi yang namanya polisi sekolah, namun digantikan dengan sahabat para siswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...