Oleh Ratna
Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, UIN Ar- Raniry, Darussalam, Banda Aceh
Orang yang awam masih menganggap bahwa bimbingan dan konseling itu, identik dengan polisi sekolah. Ada pula yang melihatnya sebagai pihak atau guru yang hanya mengurusi anak yang nakal saja. Anggapan ini yang kemudian muncul di benak para orang tua, terutama orang tua yang tidak mempunyai latar belakang pendidik (Guru) bahwa profesi Bimbingan dan Konseling profesi yang tidak mempunyai masa depan. Ini jelas keliru. Bagi masyarakat yang mengerti akan eksistensi BK tersebut, maka anggapan semacam itu tidak pernah muncul. Bagi orang tua yang mengerti akan berkata bahwa Bimbingan dan Konseling adalah sahabat siswa, pembela dan pendukung siswa.
Menurut Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed, Guru besar Bimbingan dan Konseling dari Universitas Padang, bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh tenaga ahli (konselor/ guru BK) kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik yang dilakukan secara tatap muka. Jadi bukan sebaliknya menjadi yang ditakutkan. Apalagi di era milenial ini, bimbingan dan Konseling memang sudah sangat lazim terdengari. Bimbingan dan Konseling yang sering disebut dengan BK semakin sangat dibutuhkan di kalangan dunia pendidikan dan juga masyarakat kita. Mengapa demikian?
Ya, hampir tidak ada masyarakat yang tidak mengalami masalah dalam hidupnya. Dengan kata lain semua orang pasti mempunyai masalah, entah masalah itu kecil atau sangat rumit. Namun ada orang yang dapat dengan baik memecahkan masalahnya sendiri, tetapi tidak sedikit pun orang yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri, sehingga memerlukan bantuan. Di media masa, hampir setiap hari kita jumpai orang yang sampai bunuh diri. Bunuh diri merupakan pelarian orang yang frustasi dalam memecahkan masalahnya. Contoh lain tekanan di pekerjaan yang membuat orang menjadi stres, persaingan dunia usaha yang begitu keras, banyaknya jumlah pengangguran, perceraian keluarga, pergaulan remaja yang semakin bebas, penyalahgunaan narkoba, serta seks bebas yang semakin banyak kasusnya. Kasus-kasus yang dialami orang-orang tersebut sangat membutuhkan seorang ahli agar dapat keluar dari permasalahannya yang rumit. Tetapi apakah masalah negatif seperti itu saja yang menjadin peran konselor?
Ternyata tidak. Seorang konselor dapat pula memberikan konsultasi pendidikan bagi anak-anak yang ingin melanjutkan studi di SMA/ perguruan tinggi atau konsultasi karier bagi pekerja yang ingin meningkatkan jenjang kariernya. Seorang konselor pun dapat memberikan jasa tes psikologi bagi seorang yang ingin mengetahui minat, bakat dan kecerdasannya baik dalam rangka pendidikan maupun karier. Konselor juga merupakan pemandu bakat yang profesional, karena konselor mengarahkan bakat yang dimiliki oleh seseorang agar dapat berkembang menjadi lebih baik. Di masyarakat, konselor berperan dalam mengentaskan persoalan pengangguran melalui pemberian bimbingan pekerjaan, menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan kerja, menjadi motivator, pendidikan bagi anak jalanan, kesadaran gender, kesehatan mental serta memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya pendidikan keluarga,parenting ( pengasuhan orang tua) dan kesehatan reproduksi. Dengan demikian, seorang konselor mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama fungsi sosial.
Nah, terkait dengan masalah peran ini, banyak orang yang memunculkan pertanyaan apakah ruang lingkup Bimbingan dan Konseling hanya dipendidikan saja ? Ya, pertanyaan ini sering muncul, baik di kalangan calon mahasiswa, maupun mahasiswa bimbingan dan konseling itu sendiri. Secara gelar akademis, pada seluruh perguruan tinggi, gelar sarjana bimbingan dan konseling yaitu sarjana pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling serta magister pendidikan/ S2 (M.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Itu merupakan gelar yang bakal didapat bagi seorang mahasiswa yang menyelesaikan studinya di jurusan ini. Lalu, setelah itu, seorang sarjana, lulusan Bimbingan dan Konseling setelah lulus S1 Bimbingan dan Konseling dapat menempuh Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang ada di Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes). Lalu, bagaimana dengan konselor?
Lulusan PPK disebut dengan konselor (Kons). Dengan adanya sertifikat konselor dan lisensi dari ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), seorang konselor dapat membuka praktik konseling untuk masyarakat umum tidak hanya konseling pendidikan saja, tetapi dapat pula konseling keluarga, konseling pernikahan, konseling anak, konseling remaja, konseling karier. Dengan demikian, masa depan lulusan BK ini masih bagus dan diperlukan. Dikatakan demikian, karena lulusan S1 Bimbingan dan Konseling sebagian besar terserap di dalam dunia pendidikan, terutama dijenjang SMP dan SMA. Selain itu kebutuhan akan dosen Bimbingan dan Konseling masih sangat besar di Perguruan tinggi Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah banyak dosen BK yang sudah menjelang pensiun, serta banyak dosen BK yang ternyata tidak berlatar belakang BK. Sementara Perguruan tinggi BK membutuhkan dosen yang berlatar belakang BK secara linier (S1 dan S2 bidang Bimbingan & Konseling) untuk mendapatkan Akreditasi yang baik. Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar.
Sementara jenjang karier lulusan BK pada umumnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil kepala sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Pendidikan Kota/provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier Sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan BK yang menjadi Rektor perguruan tinggi seperti Prof. Dr, Sunaryo Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Selain itu tidak sedikit dosen BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan tinggi.
Nah, bagi yang ingin berwirausaha dapat mendirikan lembaga konseling, jasa layanan tes psikologi, ataupun lembaga konsultasi pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar yang masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stres yang tinggi. Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan / karier lebih diisi oleh praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang psikologi/ pendidikan konseling melainkan belajar dari pengalaman.
Komentar
Posting Komentar