Oleh Husna Farida
Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, UIN Ar-Araniry, Banda Aceh
.
Semester ini, semester ke tiga. Para mahasiswa di jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh mendapat suguhan mata kuliah kewirausahaan (entrepreneurship). Sebuah mata kuliah yang sebenarnya dianggap tidak punya hubungan dengan urusan bimbingan dan konseling. Ini menjadi menarik untuk dibahas. Ya, penulis mengambil jurusan Bimbingan Konseling, dan sekarang sudah setengah perjalanan. Ada banyak sekali rintangan yang sudah dilewati di setengah perjalanan ini, dari tugas yang menupuk, banyak, dari dosen yang kiler, menyusaikan waktu dengan kegiatan lain dan masih banyak lagi masalah-masalah yang lain. Ditambah lagi sementer ini harus mengikuti progam Ma’had dengan berbagai macam program yang harus diikuti di ma’had. Hal yang lebih parah adalah sekarang ini kita lagi ada penyakit yang mematikan yang diharuskan mahasiswa harus belajar daring (kuliah online) dari rumah masing-masing. Kuliah daring yang tidak terlalu efektif, karena sebagian dosen bukan melakukan pembelajaran, tetapi setiap pertemuan selalu diberi tugas, bukan materi yang akan pelajarkan.
Berbicara soal bimbingan dan konseling, sebenarnya penulis tidak terlalu tertarik. Mengapa demikian? Terus terang, penulis tidak pernah membayangkan menjadi seorang guru. Entah kenapa, ketika mendaftar kuliah, mengambil jurusan yang berprofesi sebagai, dan lewat di Bimbingan Konseling. Entah ini memang ini takdir suatu saat penulis akan menjadi guru. Jujur saja bahwa pada pertama-tama kali, penulis tidak tertarik dengan BK dan cuma menjalininya saja. Apalagi pada semester pertama tidak terlalu berat untuk kuliah. Namun, masuk ke semester depan juga tidak tertarik dengan BK. Ditambah lagi semester dua dapat dosen kiler yang menambah penulis semakin tidak tertarik dengan jurusan ini. Akhirnya terfikir bahwa BK sangat dibutukan untuk masa depan. Penulis pun mulai tertarik.
Ada beberapa pertanyaan terkait dengan BK tersebut, mengapa penulis lalu tertarik dengan BK? Tentu tidak lepas dari sebuah pertimbangan masa depan. Ya, bagaimana BK di masa sekarang dan pada masa depan? Bukan hanya itu, ada banyak lagi pertanyaan tentang BK.
Ibarat orang jatuh cinta, ada yang tidak langsung jadi, ada pula sekali lihat langsung tertarik. Begitu pula halnya penulis tertarik dengan BK. Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Pertama, dalam BK ada banyak layanan yang diberikan kepada klien. Kedua, banyak sekali teknik yang bisa digunakan dalam menyelesaikan masalah. Itu sangat menarik bagi penulis. Ketiga, ternyata BK itu sangat dibutuhkan, baik oleh siswa dan konseli/klien, yaitu dapat menyelesaikan masalah mereka. Maka penulis menjadi tertarik pada BK karena bisa membantu orang banyak.
Ya, tentu sangat beralasan bahwa dengan berprofesi sebagai guru BK, kita bisa membantu orang lain. Contohnya membantu mengenal bakat minat siswa, sehingga siswa tidak salah dalam mengambil jurusan di perguruan tinggi. Masih banyak lagi orang yang mebutuhkan guru BK untuk selesai dari masalah-masalah kecil terkait dengan pribadi ataupun terkait dengan percintaan. Semua ini bisa diceritakan kepada guru BK, kerena guru BK akan merahasiakan itu semua. Begitu pula halnya dengan masalah-masalah yang lain yang tidak bisa diselesaikan sendiri, seperti masalah dalam keluarga, anak brokenhome dan lain sebagainya.
Sayangnya, BK di masa sekarang ini, masih dipandang sebagai polisi sekolah. Mungkin karena terlanjur melihat guru BK sebagai guru kiler, guru BK untuk potong rambut siswa, guru BK sebagai guru untuk mecoret baju siswa dan masih banyak lagi bentuk kesalahan terkait dengan BK, yang sebenarnya BK itu bukan seperti yang mereka fikirkan. Sebenarnya BK itu sangat penting, baik dalam menentukan minat bakat mereka, gaya belajar mereka, bentuk sosial mereka dan lain sebagainya. Selain itu, fungsi BK masih tidak terlalu berjalan dengan yang diharapkan. Bahkan banyak sekolah yang memang belum ada guru BK sama sekali di sekolahnya. Ada juga sekolah yang sudah ada guru BK, tetapi masih kurang, karena setiap guru BK hanya bisa memegang siswa maksimal 150 siswa. Tetapi ada juga sekolah yang sudah berjalan program BK nya dengan sesuai, walaupun guru BKnya masih kurang.
Maka, jika mengamati kebutuhan akan guru BK di masa sekarang dan masa akan datang, BK akan lebih berkembang dan makin sangat dibutuhkan baik di sekolah dan di lainnya. Karena jika ada guru BK di sekolah seperti yang dikatakan di atas, siswa lebih mudah untuk mengetahui minat – bakatnya. Mudah mengenal dan membimbing soal gaya belajarnya juga siswa yang mempunyai masalah, baik dalam proses belajarnya, sosialnya, lingkungannya dan lain sebagainya. Semua dapat dibantu menyelesaikan masalah oleh guru BK/ konselor tersebut. Nah, sebagai calon guru BK di masa depan, akan sangat berusaha BK ini akan berkembang dan makin dipentingkan khususnya di sekolah – sekolah. Semoga usaha yang dilakukan sekarang ini, bisa membuahkan hasil di masa depan.
Komentar
Posting Komentar