Langsung ke konten utama

Tim konsorsium Program Kolaboratif Pengelolaan Habitat Gajah Aceh Jaya, Serah Terimakan Barrier Gajah Kepada DLHK Aceh





Banda Aceh — Konsorsium pelaksana program pelestarian Gajah Sumatera melalui Pengelolaan Kolaboratif Kawasan Perlindungan Habitat Gajah di Aceh Jaya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Kesatuan pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah 1 Aceh, dan Lembaga Conservation Response Unit (CRU-Aceh) menyerahkan barrier yang telah dibangun pada program kepada pemerintah Aceh, melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh.

Secara simbolis, penandatanganan penyerahan barrier diwakilkan oleh Wahdi Azmi sebagai direktur CRU Aceh kepada kepala DLHK Aceh Ir.Sahrial yang didampingi oleh kepala BKSDA Aceh Agus Arianto dan kepala KPH wilayah 1, Inayat Syah Putra, Selasa (28/07/2020), di ruang Tectona grandis, kantor DLHK, di Banda Aceh


Barrier buatan sebagai pembatas pergerakan Gajah liar di Aceh Jaya yang dibangun pada program kolaboratif ini, atas dukungan pendanaan dari TFCA Sumatera, bertujuan mengatasi, dan mengurangi konflik gajah liar.

“Program kolaboratif pengelolaan habitat gajah ini telah dilakukan selama 3 tahun, dengan melakukan beberapa kegiatan di tingkat tapak. salah satunyadari kegiatan ituadalah pembangunan barrier buatan sebagai penghalau gajah liar di kawasan Aceh Jaya, yang sudah selesai dilakukan pada 2018, dan telah berdampak baik dalam mengantisipasi konflik gajah, dan manusia di beberapa lokasi, yang sebelumnya memiliki intensitas konflik yang cukup tinggi”, kata Kepala dinas DLHK Provinsi Aceh, Ir.Sahrial.

Dalam sambutannya itu, menyampaikan apresiasi atas program kolaburatif pelestarian habitat gajah yang telah dilaksanakan, dan berharap program kolaborasi, ini dapat di replikasi pada habitat gajah di wilayah KPH lainnya di Aceh. ia juga menyebutkan, bahwa bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan melalui kegiatan ini dapat dipandang sebagai cikal bakal dalam pengelolaan kawasan ekosistem esensial, yang sedang digagas di beberapa tempat di Aceh.


“Saya berharap, barrier yang telah di bangun menjadi salah satu solusi dalam penangulangan konflik masyarakat dengan gajah yang selama ini terjadi, dan pada akhirnya masyarakatlah yang harus mendapat manfaat dari hasil upaya konservasi yang dilakukan, melalui berbagai upaya pengembangan mata pencaharian termasuk ekowisata”, tutupnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...