Langsung ke konten utama

Ketika Orang Tua Menganggap Mendidik Bukan Lagi Urusan Mereka




Bagian ke-3 dari 3 Tulisan

 

Dalam tulisan yang merupakan lanjutan dari tulisan bagian pertama dan kedua, penulis ingin memberikan beberapa harapan, masukan atau saran yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang tua dan remua pihak yang berkepentingan.


Dengan terjadinya musibah pandemi Covid-19 ini, mengharuskan kita mengubah dan menyesuaikan diri, baik secara pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara dan pergaulan internasional dengan bermimikri ke dalam sebuah tatanan baru yang harus mampu mempertahankan eksistensi kita. Semua mengikuti seleksi alam yang sangat-sangat tak terduga dan tak mampu terprediksi apa yang melatarbelakangi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan berlangsung seterusnya. Tugas kita hanya berupaya memahami, mengikuti instruksi dan menjalani secara serius dan hati-hati sembari introspeksi diri. Satu hal yang terpenting dan merupakan kata kunci adalah semakin mendekatkan diri dan memohon perlindungan kepada Ilahi Rabbi dengan bertawakkal kepada-Nya.


Beberapa harapan dan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk dipedomani seperti:


Re-orientasi Visi & Missi Keluarga.  


Pertama,  orang tua harus menempatkan kembali bahwa anak/suami/isteri adalah aset termahal dan terpenting keluarga.  Kedua, Refocusing Pretensionand Prospect. Terbinanya keluarga sakinah, mawaddah wa rahmahdan suatu saat akan kembali kepadaNya dalam berharap keadaan husnul khatimah,  dengan  harapan akhirnya  semua  kita menuju  jannah. Ke tiga, Re-Orientasi PendidikanMembantu memfasilitasi anak belajar agar berakhlakul karimah dan perkembangan sesuai kemapuan diri, bakat, minat anak.  Ke empat, Refocusing Anggaran. Orientasi penggunaan anggaran orang tua harus berubah drastis dari pembangunan rumah kos atau orientasi ekonomi semata ke investasi pendidikan, termasuk ber-infaq kepada pengembangan pendidikan bagi kaum dzuafa di sekitar tempat tinggalnya.  Ke lima,  Re-aktualisasi Diri Anak. Pengembangan diri anak jauh lebih penting dari pengembangan diri orang tua saja. Yang idealnya adalah sama-sama meng-upgrade diri untuk menyesuaikan dengan kebutuhan hidup nyaman di masa mendatang.  Ke enam, Restriction Curriculum Priority. Tidak perlu seluruh isi kurikulum dipelajari mendalam secara keseluruhan, cukup beberapa mata pelajaran saja yang sesuai kebutuhan masa mendatang, selebihnya dipelajari sekedar untuk pengetahuan pendukung mata pelajaran inti. 

 

Ke lima, Reinforcing specific subject lesson. Memperkuat mata pelajaran tertentu yang memiliki prospek masa mendatang yang cemerlang. Untuk mata pelajaran tertentu diberi perhatian dan penekanan lebih serius agar siswa benar-benar dapat menguasai seluruh aspek yang terkait beserta pendukungnya. Ke enam, Next coming prediction. New normal yang telah diumumkan oleh presiden kita menurut saya akan menjadi ukuran baru keadaan normal yang akan berlaku di seluruh Indonesia. Kita memprediksi takkan ada kehidupan normal sebagaimana sebelum pandemi berlangsung.  New Normal yang diberlakukan sekarang ini adalah sebagai masa latihan menuju diberlakukan secara resmi dan seterusnya akan berlaku permanen. Untuk karyawan di kantor berlaku  Work From Home (WFH),dan untuk siswa akan berlaku permanen Home Learning (HL). Oleh sebab itu guru, murid dan orang tua, persiapkan diri mulai sekarang,  baik secara mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, dan yang paling utama adalah finansial menjalani pembelajaran permanen secara Home Learning (HL),  jika tidak ingin tergilas dengan permanent new nomal nantinya.

 


Semoga orang tua murid atau siapapun juga yang membaca tulisan ini dan menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. 

 

Wallahu ’A’lam Bish-Shawab !     

 

(Hasy-58/20082020)

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...