Langsung ke konten utama

Setelah Berkali-kali Kurikulum Berubah



(Bagian ke-4, dari 5 tulisan)

Oleh Hasbi Yusuf

Berdomisili di Banda Aceh

Tiga tulisan sebelumnya, telah memaparkan tentang perjalanan dan perubahan kurikulum pendidikan di Negeri ini. Begitu pula lah sekelumit tulisan tentang penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dan sekelumit uraian mengenai kurikulum yang pernah berlaku dan yang akan segera berlaku di republik tercinta ini. Tetapi bagi para pelaku atau stakeholder pendidikan, terutama para guru yang telah lama makan asam garam dan menghirup udara di dunia pendidikan, tentu lebih dapat merasakan dan lebih dapat memberi tanggapan tentang hubungan antara kurikulum yang diupayakan pemerintah dengan pengorbankan waktu, pikiran dan terutama dana, yang tak terhitung jumlahnya jika dibandingkan dengan perubahan mutu pendidikan yang diharapkan oleh bangsa Indonesia. 

 

Dengan kata lain, apakah ada korelasinya atau apakah signifikan hasilnya antara perubahan kurikulum dengan mutu guru, mutu lulusan dan sekaligus mutu pendiddikan? Atau jangan-jangan pihak pemerintah hanya menjalankan proyek raksasa kurikulum saja. Soal manfaat tidak perlu ada yang mempersoalkannya. Yang penting “setiap ganti mentri, harus ganti kurikulum”, dan jika ada peluang, bisa saja setiap tahun harus dilakukan revisi kurikulumnya. Cobalah telusuri sendiri sejarah perkembangan perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang dan Belanda hingga Penjajahan oleh penyebab korona. Tapi terus terang ungkapan ini tidak terkait perubahan kurikulum yang harus kita lakukan pada kali ini, disebabkan ada keadaan darurat dan terpaksa mesti kita lakukan karena pandemi korona. 

 

Namun, apakah kurikulum hasil perubahan karena dipaksa oleh virus korona ini dapat menyelamatkan kesinambungan proses pendidikan generasi bangsa. Atau hanya sekedar biar dianggap oleh rakyat bahwa menteri dan seluruh jajarannya yang terkait sangat serius melakukan upaya menyelamatkan pendidikan anak bangsa. Atau pula malah sebaliknya, bahwa dengan kurikulum ini akan menghasilkan generasi ke depan yang lemah pikir dan tak berdaya. Generasi ke depan akan tersingkir dan tertindas dan akan menjadi jongos yang sangat terhina dalam pandangan bangsa yang akan menjajah kita. 

 

Dalam pengalaman perubahan kurikulum yang sudah ke sebelas kalinya, kita kagum dengan berbagai ciri dan kelebihan setiap kurikulum sesuai zamannya. Apalagi menggunakan istilah-istilah yang selalu up-to date yang hanya dimengerti dan dipahami oleh para penyusun saja yang nota bene bergelar professor dengan pendidikan minimal S-3, dan sering tak terjangkau oleh sopir dan penumpangnya (jika diibaratkan Buku Manual Mobil Penumpang), yaitu orang yang paling terdepan memanfaatkannya, yaitu guru dan siswa. Sepengetahuan kami dalam proses perubahan dan perancangan kurikulum sangat dominan dilakukan oleh orang-orang yang tak pernah menjadi atau merasakan profesi sebagai guru. Jika pun ada keterlibatan guru tapi hanya segelintir saja yang kadang-kadang diperlakukan hanya sebagai pelengkap penderita saja. Padahal kami sebagai rakyat menginginkan lebih banyak guru dan perwakilan siswa serta tokoh masyarakat yang harus banyak terlibat secara berdaulat dan terpercaya yang dikoordinir oleh para ahli dan teknorat yang sudah terbukti dan teruji wawasan keindonesiaannya. 

 

Yang ingin kami sampaikan secara gamblang dan sederhana adalah: “ternyata bahwa apapun kurikulum yang diberlakukan pemerintah untuk membenahi pendidikan kita, sepertinya belum ada yang mampu mengubah penampilan dan gaya serta kebiasaan mengajar guru.  Sementara yang kami saksikan yang ada tidak lebih, dengan perubahan kurikulum yang sudah ke-sebelas kalinya) hanya mengubah administrasi, buku pelajaran, dan kelengkapan mengajar guru belaka. Kalaupun ada hanya pada sebagian yang sangat kecil (lebih kecil lagi dari segelintir) jumlahnya, dibanding dengan jumlah guru yang ada. 

 

Jadi jangankan menghasilkan mutu siswa yang ada, apalagi mutu pendidikannya, memperbaiki mutu guru saja sepertinya masih jauh dari harapan semua kita. Lalu siapa yang paling diuntungkan dan sangat menantikan perubahan kurikulum di Indonesia, jika tidak salah prediksi mungkin saja, penulis buku pelajaran, percetakan dan penerbitnya, dan juga penyalur serta pedagangnya.” (menyerupai Iklan suatu produk minuman ya?).    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber