Langsung ke konten utama

Kapal Terakhir





Oleh Tabrani Yunis

 

Nak, 

Lihatlah kapal itu segera berangkat

Bergegaslah mencari tempat

Periksalah tiket kita apakah masih terawat

Jangan sampai kita kalah cepat

Selagi kapal masih merapat

 

Nak

Cepatlah lihat kapal itu masih merapat

Mungkin kita akan terlambat

Orang-orang terus mendapat tempat

Mungkin kita tak bisa berangkat

Tak ada kekuatan yang mengangkat

Seperti orang- orang yang banyak beribadat

 

Nak,

Lihatlah lebih dekat

Ternyata kapal itu tidak membawa orang yang tidak pernah salat

Tudak untuk orang-orang yang melupakan syahadat

Apalagi bagi orang-orang murtad

 

Nak,

Kapal itu hanya untuk orang- orang yang ingat akhirat

Bukan untuk penjahat

Bukan untuk pecari harta dengan bejat

Apalagi untuk  koruptor yang tidak pernah bertobat

 

Nak,

 Inilah kapal terakhir yang membawa kita ke akhirat

Tapi kita sudah terlambat

Mungkin tidak ada lagi pintu tobat

Ya Allah, bukalah pintu tobat

Walau sudah terlambat

 


Nak, 

Mungkin ini adalah kapal terakhir kita

Sudah tak berarti semua bekal untuk dibawa

Sia-sia semua harta

Karena di sana kita tidak bisa menyewa istana

Nak,

Lihatlah kapal itu segera berangkat

Untuk kita sudah tidak ada tempat

Tak berlaku tiket yang kita copet

Kareba itu kapal terakhir berangkat

Nak, 

Sudah siapkah kita ikut menjadi penumpang

Barangkali semua tempat sudah sarat

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...