Langsung ke konten utama

DILARANG MELEPAS BINATANG TERNAK




Oleh Syauqi, S.Ag, M.Pd

Guru Bahasa Inggris di MTs Jeumala Amal, Pidie Jaya, Aceh


Banyak di antara kita sering mengeluh saat mengenderai kenderaan terhadap binatang ternak yang berkeliaran di jalan. Malah sebagian kita pernah memaki-maki pemiliknya dengan sumpah serapah yang tidak menentu. Agar tidak terjadi kesalahfahaman antara kita sebagai pengguna jalan, peternak dan ternak-ternak yang berkeliaran di jalan. Marilah kita ikuti kejadian di bawah ini.

 

Suatu hari seorang pemuda bernama Fajri pergi mengunjungi sebuah rumah semi permanen yang dihuni oleh seorang janda yang bernama Khadijah atau lebih dikenal dengan Nek Ijah

 

Assalamu’alaikum…!” Sapa Fajri sambil masuk ke beranda rumah Nek Ijah

“Wa’alaikum Salam…!” Jawab Nek Ijah sambil membetulkan duduknya di sebuah rakit bambu di depan rumahnya

“Boleh kita berbincang sebentar, Nek?” tanya Fajri

“Boleh, Silahkan masuk…!” Nek Ijah berkata sambil beranjak dari rakit bambu hendak membuka pintu rumah

“Kita duduk di sini saja, Nek!” kata Fajri sambil duduk lebih dulu di rakit bambu yang panjang

“Ada keperluan apa, Nak?” tanya Nek Ijah setelah duduk di sudut lain rakit bambu

“Nama saya Fajri, dari dinas peternakan…!” kata Fajri sambil memperkenalkan dirinya

“Nenek ini namanya siapa…?” tanya Fajri sambil mengeluarkan sebuah buku catatan dan mencatat informasi yang diberikan oleh Nek Ijah

“Nama saya Khadijah. Panggil saja Nek Ijah…!” Jawab Nek Ijah

“Saya melihat ada kandang lembu di samping rumah Nek Ijah, Ada berapa ekor lembu yang Nenek pelihara?” tanya Fajri. Matanya mengarah ke kandang lembu di samping rumah Nek Ijah

“Saya memiliki 5 ekor sapi betina, 2 ekor sapi jantan, 2 lagi masih berumur satu tahun, jadi semuanya ada sembilan ekor…!” Jawab Nek Ijah

“Apakah nenek memotong rumput sendiri untuk pakan lembunya?” tanya Fajri

“Saya tidak pernah memotong rumput untuk pakan lembunya.  Biasanya lembu saya lepas dari kandang di waktu pagi!” Nek Ijah menjawab dengan lancar

“Ketika sore hari, nenek menjemput lembunya?” tanya Fajri

“Saya tidak pernah menjemputnya, ada yang menghalaunya ke kandang ketika sore harinya!” kata Nek Ijah

“Anak nenek yang menghalaunya?” Fajri bertanya

“Bukan…!” Jawab Nek Ijah

“Lalu siapa?” tanya Fajri penuh heran

 

 “Petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja, atau disingkat Satpol PP…!” Nek Ijah menjawab

“Setiap sore, Saya melihat mobil petugas membunyikan sirine untuk menghalau lembu-lembu, sehingga mereka masuk ke kandangnya!” Lanjut Nek Ijah

 

“Wah…Salah paham nenek ini. Satpol PP menghalau lembu-lembu di jalan agar tidak mengganggu lalu lintas dan pusat perkotaan, eh…malah dikira membantunya memulangkan lembu-lembunya ke kandang! kata Fajri dalam hati

 

“Petugas dari Satpol PP menghalau lembu-lembu agar tidak mengganggu pusat perkotaan dan jalan raya!” Fajri menjelaskan fungsi dari Satpol PP

“Bila lembu-lembu berkeliaran di jalan, maka akan banyak terjadi kecelakaan sehingga menimbulkan banyak korban jiwa dan harta!” Lanjut Fajri

 “Di tempat kita sudah ada PERDA (Peraturan Daerah) dan sudah ditempel di setiap persimpangan jalan tentang larangan melepaskan hewan ternak!” Fajri menjelaskan lebih lanjut

“Saya tidak tahu itu, Nenek tidak bisa membaca, Lagi pula tidak ada satu orangpun yang memberitahukan tentang itu!” kata Nek Ijah berterus terang

“Maka dari itu, tujuan Saya ke sini adalah untuk memberitahukannya kepada nenek….!

“Terima kasih! Nak Fajri telah mengingatkan nenek! Berarti nenek selama ini telah menyusahkan orang lain. Tetapi nenek memang betul-betul tidak mengetahui tentang itu! Berkata Nek Ijah dengan wajah penuh penyesalan.

“Besok nenek tidak akan melepaskan lagi lembu-lembu dari kandang. Nenek akan suruh si Agam untuk memotong rumput setiap hari untuk pakan lembunya! Sambung Nek Ijah menyebutkan nama anaknya

“Baik lah Nek!, Kalau begitu saya minta izin dulu! kata Fajri sambil berdiri

“Iya nak fajri…! Terima kasih. Tolong diberitahukan juga kepada yang lain seperti nenek ini, mereka banyak juga yang tidak mengetahuinya! Pinta Nek Ijah

“Baik…Nek!, Saya pamit dulu,,,! Assalamu’alaikum” kata Fajri sambil meninggalkan pekarangan rumah Nek Ijah

“Wa’alaikum salam…!” Nek Ijah menjawab

 

Ternyata banyak sekali orang yang memelihara lembu tidak mengetahui tentang larangan melepaskan binatang ternak seperti Nek Ijah yang tidak bisa membaca plamplet atau spanduk yang ditempel di jalan-jalan. Maka dibutuhkan orang seperti Fajri untuk turun ke lapangan untuk memberikan penyuluhan kepada pemelihara binatang ternak. 

 

Menempel spanduk di sepanjang jalan bukanlah sebuah solusi untuk mengurangi jumlah lembu berkeliaran di jalan atau di pusat perkotaan. Inilah tugas kita bersama untuk membantu pemerintah memberikan pengertian kepada masyarakat. Mengumpat dan memaki bukan sebuah solusi untuk mengurangi ternak-ternak berkeliaran di jalan.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Guru- Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh

Dalam Rangka Memperingati Hari Guru   Canda Tawa Oleh  Dahrina,M,S.Sg.MA   Panggilan suara hati Menerjang segala penjuru Betabur butiran  resah dalam pandemi  Kemana muaranya dunia pendidikan   Tersungkur kaku aku dalam lamunan Terkontaminasi jiwa dalam keraguan Pikirku mulai menerawang Akan kah pandemik ini bisa kulawan   Aku memang tidak punya kuasa Tapi Allah Maha di atas segalanya Aku lemah dalam berlogika Tapi Allah Nyata adanya   Kini.... Derap langkah siswaku kembali terdengar Guruku kembali mengajar Canda tawa siswaku berbalut persahabatan Ada guru yang membimbing dengan balutan karakter budiman   Guru mari kita bersama ciptakan suasana baru  Wujudkan merdeka belajar  Negeri ini menantimu dalam karya yang terus dikenang   Baying-Bayang Pandemi Komite MIN 11 Banda Aceh    Hari ini terasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu Hari ini kita rayakan hari guru dengan sangat sederhana Tapi janganlah terperanjat dengan kesederhanaanya Syukurilah apa yang sudah di takdirkan Allah    Har

Tingkatkan Budaya Baca, Dispersa Kota Banda Aceh Bina Pustaka Sekolah dan Gampong

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh melalui program pengembangan minat dan budaya baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh berupaya untuk terus meningkatkan minat baca masyarakat di Kota Banda Aceh. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Banda Aceh Alimsyah, S. Pd, MS melalui Sekretaris Dinas Amir mengatakan bahwa beberapa strategi dan upaya yang dilakukan yakni memberikan pembinaan kepada pustaka sekolah-sekolah dan gampong-gampong. "Yang dibina bukan hanya pustaka sekolah, dan pustaka gampong. Kita juga bina pustaka rumah sakit, pustaka di masjid-masjid dan di tempat-tempat publik, seperti pojok baca di Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Banda Aceh," jelasnya saat ditemui pasa Selasa, (17/6/2020) Selain itu jelasnya, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam bentuk pelayanan pustaka keliling ke gampong-gampong atau sekolah-sekolah. "Untuk mendatangkan pustaka keliling ke sekolah atau gampong bisa masukkan surat ke dinas kita. Akan kita layani jika t

Peringati Hari Ibu, Kantor PPKB Banda Aceh Gelar Seminar Parenting

    Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-88 2016, Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Banda Aceh menggelar seminar parenting bertajuk “Menjadi Ibu Profesional”.    Menghadirkan ahli parenting nasional Septi Peni Wulandani yang juga pimpinan Institut Ibu Profesional (IIP) Jakarta sebagai pembicara utama, acara ini diikuti oleh ratusan kaum perempuan dari berbagai kalangan di Aula Lantai IV, Gedung A, Balai Kota Banda Aceh, Selasa (29/11/2016). Di antara tamu undangan terlihat hadir Ketua DPRK Banda Aceh Arif Fadillah, Ketua DWP Banda Aceh Buraida Bahagia, para pejabat di lingkungan Pemko Banda Aceh, Ketua Balee Inong se-Banda Aceh, dan sejumlah tokoh perempuan lainnya. Kepala Kantor PPKB Banda Aceh Badrunnisa menyebutkan peringatan Hari Ibu ke-88 2016 mengusung tema “Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki untuk Mewujudkan Indonesia Bebas dari Kesenjangan Ekonomi, Kekerasan, dan Perdagangan Orang.” Pihaknya, sebut Badrunnisa, terus ber