Oleh : T. Muhammad Syahrizal*
Aku, seorang perempuan yang ditakdirkan lahir di daerah pelosok desa. Sebuah desa yang jauh dari sentuhan glamornya dunia perkotaan. Tanpa polesan, kemodisan dan tanpa sentuhan artifisial. Berpenampilan ala kadar, tak banyak tingkah dan hanya menerima dari alam, masyarakat, keluarga dan aku, secara individual.
Aku hanya seorang perempuan desa yang mencoba menjadi diri sendiri. Tapi, menjadi diri sendiri terasa terkekang. Terkekang terhadap anggapan kental. Anggapan yang telah menjadi tradisi di daerahku yang menjadikan aku fakum untuk jadi diriku seutuhnya.
Diriku sekarang adalah diriku dengan jelamaan sejuta anggapan yang telah terpelihara secara turun temurun. Aku yakin tak seorangpun tahu pasti, kapan, dimana, bangaimana asal muasal dan hingga kapan.
Anggapan inilah yang disodorkan kepada perempuan. Perempuan makhluk yang lemah. Maaf kata, “Pelayan” bagi yang lain, laki-laki.
Apakah ini dikarenakan perempuan bagian dari laki-laki? Karena perempuan diciptakan dari rusuk kiri laki-laki? Yang seolah terkesan kalau laki-laki melindungi perempuan, si Hawa yang lemah.
Apakah memang begitu adanya? Apakah maksud Allah, saat penciptaan Hawa dari rusuk kiri sang Adam demikian?Atau hanya anggapan kita yang telah terdokrin secara berabad di benak?
Aku, perempuan, perempuan yang orisinal bukan artifisial, memiliki pandangan berbeda akan hal ini. Mungkin pandangan yang nekat. “Kita (Baca: Perempuan) yang sebenarnya melindungi laki-laki”, nah, ini pandangan ku. Maaf, aku beranggapan demikian. Karena aku mulai jenuh dan bosan terhadap realita yang mengatakan Perempuan selalu diposisikan lemah, dan harus dilindungi. Aku perempuan, dan aku punya hak untuk bersuara.
Bagi ku, penciptaan perempuan dari rusuk kiri laki-laki bukan berarti perempuan lemah. Tapi malahan, perempuan yang kuat dan perempuanlah yang melindungi kehidupan sang Adam. Karena apa, karena bagi ku perempuan merupakan jelmaan dari rusuk kiri laki-laki. Dalam artian, perempuan adalah laki-laki, laki-laki yang berwujud perempuan.
Secara tidak langsung, apa yang ada pada diri perempuan, itu merupakan bagian dari laki-laki. Dan disini perempuan bertindak sebagai pelindung dari bagian laki-laki, karena bagian dari laki-laki dititipkan pada perempuan.
Misalnya saja Jantung, sebuah organ yang berada di dada sebelah kiri. Kita sepakat bahwa jantung merupakan pusat kehidupan. Jantung cacat atau rusak, maka bisa dipastikan lambat laun manusia tersebut bisa mati. Kedudukan jantung pada perempuan pun sebenarnya jantung laki-laki pula. Jadi disini bukan lah rusuk laki-laki yang melindungi jantung perempuan, tetapi perempuan lah yang mencoba melindungi jantungnya dan jantungnya adalah jelmaan dari jantung laki-laki. Hal ini mengingat perempuan tercipta dari rusuk kiri laki-laki. Dengan demikian, perempuan adalah jelmaan dari laki-laki dalam wujud yang berbeda.
Tetapi, disini laki-laki (dalam wujud perempuan) dianugerahkan perasaan yang lebih. Penganugerahan ini bukan semata-mata membuat perempuan lemah, melainkan untuk bisa mengoptimalkan perlindungan yang diberikan kepada bagian-bagian dari laki-laki yang berada pada perempuan.
Seringkan, melihat perempuan menangis karena laki-laki? Hmhm... ini bukan berarti perempuan itu lemah, cengeng atau sebagainya. Tetapi disini perempuan menangis karena ingin melindungi bagian-bagian dari laki-laki. Agar bagian laki-laki yang ada pada dirinya tak tersakiti.
Perempuan itu tangguh, Kuat..
Perempuan itu melindungi, bukan dilindungi..
Perempuan itu merupakan lawan (opposite) dari laki-laki, sekaligus pasangan dari laki-laki. Oleh karenanya, jodoh merupakan jalan menemukan pasangan laki-laki dan jelmaan laki-laki itu sendiri, yaitu perempuan.
Ketika keduanya bertemu, maka disini akan terjadi rasa ingin melindungi yang kuat. Laki-laki melindungi perempuan sekaligus melindungi bagian diri laki-laki yang ada pada perempuan, dan perempuan tetap melindungi bagian dari laki-laki pada dirinya, sekaligus melindungi laki-laki yang merupakan jodohnya. Sehingga rasa saling melindungi pun terpaut jadi satu.
Dengan terpaut rasa melindungi menjadi satu, pasangan ini tidak bisa dipisahkan. Karena sang laki-laki telah menemukan jelmaannya dalam bentuk perempuan, dan perempuan telah menemukan pemilik bagian yang ada pada dirinya.
-------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan di atas merupakan hasil pemahaman saya terhadap makhluk yang bernama Perempuan. Seringkali kami yang laki-laki selalu mengganggap “Perempuan itu Lemah”. Perempuan bukan sub-ordinat, bukan pula makhluk yang lemah. Justru memiliki suatu kekuatan. Namum kekuatan ini belum bisa di akui karena kita masih menganggap mereka PEREMPUAN.
*T. Muhammad Syahrizal, kelahiran 17 April 1990 di Banda Aceh. Belajar menulis secara otodidak, dan suka mengamati fenomena kehidupan remaja dan sosial. Apa yang dilihat, dirasakan, dibaca, didengar, diucapkan semuanya bisa menjadi sebuah karya, tulisan.
Komentar
Posting Komentar