Langsung ke konten utama

Perempuan Lebih Sombong Daripada Lelaki?


 
Oleh: Dina Triani GA

Secara pribadi, penulis belum pernah membaca hasil penelitian bahwa perempuan lebih congkak daripada laki-laki. Namun di kehidupan sehari-hari, hal ini kerap terjadi. Tatkala laki-laki berhasil menduduki jabatan penting, sang istri mulai heboh mempromosikannya. Bukan hanya pamer jabatan si suami, tapi juga harta kekayaan serta fasilitas-fasilitas yang baru didapat. Istri-istri mulai mengunggah foto-foto perjalanannya ke luar negeri di media sosial, foto acara makan-makan di resto mahal serta foto kegiatan yang hanya menghambur-hamburkan uang dan waktu.

Banyak perempuan berpendidikan tinggi, yang menyandang berderet titel cenderung menjadi sombong dan menganggap orang-orang yang tidak bertitel itu bodoh. Setiap berkenalan dengan seseorang, yang pertama-tama ditanyakan adalah titelnya, lalu apa jabatannya kemudian lulusan universitas mana. Sesungguhnya, perempuan-perempuan yang menamai dirinya dengan sebutan kaum intelektual itu tidak menyadari bahwa di luar sana, berjuta-juta orang yang memiliki otak cemerlang dan berwawasan begitu luas justru tidak sombong.

Perempuan cenderung dilanda rasa superior tatkala bersuamikan laki-laki kaya, memiliki jabatan dan populer. Perempuan model begini gemar pamer dan merasa puas jika tampil glamour di antara perempuan-perempuan yang tidak seberuntung dirinya. Dengan cara begini perempuan itu merasa menjadi orang penting. Bertindak lebih pejabat tinggi daripada suaminya.

Kesombongan sungguh mampu membuat seseorang itu menderita. Mereka selalu merasa kurang dihormati. Mereka gemar mengkritik orang lain di depan banyak orang, bukan untuk memperbaiki tetapi sengaja untuk merendahkan orang lain. Dengan cara beginilah dia akan menjadi lebih tinggi, lebih tahu dan lebih pintar.

Islam sangat mencela perempuan-perempuan yang bersikap sombong. Penulis pernah membaca bahwa ada 6 kelompok perempuan yang bukan saja tidak bisa masuk surga, bahkan mereka tidak bisa mencium bau surga. Salah satunya adalah perempuan yang sombong. Sombong adalah pakaian Allah karena Dialah pemilik dan penguasa segalanya. Adapun manusia yang sombong, ia tidak masuk surga meskipun kesombongannya kecil, seberat biji sawi.

Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah perempuan. “ (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)

Imam Qurthubi (rahimahu’Lhah) menjelaskan hadis di atas dengan pernyataan: “ Penyebab sedikitnya kaum perempuan yang masuk surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum lelaki dari akhirat disebabkan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewangan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat. “

Penulis pernah membaca kisah istri Buya Prof. Dr. H. Hamka, seorang ulama dan sastrawan Indonesia yang mengagumkan. Ketika sang suami berkunjung ke kota Makassar, istrinya diminta untuk berpidato. Dengan santun siti Raham binti Endah berkata, “ Saya bukan tukang pidato seperti Buya Hamka. Pekerjaan saya adalah mengurus tukang pidato dari sejak memasakkan makanan hingga menjaga kesehatannya. “ Kalimat itu meluncur dari bibir seorang istri seorang lelaki yang dianugerahkan gelar doktor kehormatan dari berbagai universitas dalam dan luar negeri serta Pahlawan Kemerdekaan. Sosoknya memang tidak begitu terlihat, namun perannya luar biasa. Bersamanyalah Hamka merasakan ketentraman dan darinya pula keputusan politik Hamka ditentukan.

Orang-orang yang telah membawa perubahan dalam sejarah dunia, mereka adalah pribadi-pribadi yang rendah hati. Mereka mampu melihat ke dalam diri sendiri, menyadari kelebihan dan kebesaran mereka, namun pada saat yang sama juga menyadari kelamahan dan kekurangan...

Dina Triani GA (Penulis dan Ibu Rumah Tangga, Darussalam-Banda Aceh)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...