Langsung ke konten utama

Surat Pembaca Potret Edisi 80



Assalamualaikum wr.wb.

Saya Bunda Dayah dari Kampung Dongeng Aceh (Komunitas Anak Bermain, bercerita, dan berkarya). Pertama, Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada tim Majalah POTRET, atas kerjasamanya dalam kegiatan kelas menulis untuk anak yang dilaksanakan selama 2 sesi di Potret Gallery.
Yang ingin saya tanyakan adalah, banyak masukan ke kami, kapan kelas menulis buat pra emak dan ayahnya.
Semoga dapat segera kita jadwalkan ya pak.
Terimakasih pak.

Hormat saya,
Siti Nurhidayah, S.Pd,M.Sc
Koordinator Kampung Dongeng Aceh
Jl.Kebon Raja Lorong Meunasah Cut No.3 Gampong Doy Ulee Kareeng Banda Aceh 081397440278

Waalaikum salam
Terima kasih banyak bu Siti Nurhidayah atas kiriman surat terima kasihnya atas kerja sama kita yang baik dalam memberikan pelatihan di kelas menulis untuk anak-anak usia SD yang sudah kita lakukan. Semoga pelatihan yang sama dapat kita lakukan lagi nanti di masa depan di tahun 2017 ini.

Untuk kelas menulis bagi emak-emak dan juga bagi ayah, tampaknya juga menarik bagi kami. Tentu saja kami juga ini bisa kita lakukan segera. Insya Allah, kita akan coba agendakan waktunya, agar tidak berbenturan dengan kegiatan yang lain.

Demikian, tanggapan kami. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih banyak atas kerja sama yang baik ini.

Salam kami
Redaksi

Halo Majalah POTRET. Saya Toni, ingin menanyakan bagaimana caranya mengirim tulisan ke Majalah Potret?  Tulisan apa saja yang diterima serta teknis pengirimannya? Majalah POTRET terbit setiap kapan ya? Apakah ada pemberitahuan serta apresiasi atas tulisan yang dimuat? Terima kasih.

Salam,
Toni
Depok, Jawa Barat

Dear bung Toni di Depok, Jawa Barat
Terima kasih banyak atas kiriman suratnya. Selama ini, majalah POTRET menerima kiriman kontribusi tulisan dari berbagai kalangan masyarakat, lintas kelamin dalam berbagai bentuk. Tentu syaratnya selama ini sangat sederhana.  Tidak memberlakukan syarat – syarat yang sulit dan rumit.  Silakan diketik dengan rapi dengan menggunakan EYD. Jangan lupa bubuhkan nama penulis dan daerah domisili di bawah judul tulisan. Panang tulisan maksimal 800 an kata. Bentuk tulisan bisa dalam bentuk  apa saja, kecuali cerbung. Majalah POTRET sebenarnya terbit sebulan sekali, namun saat ini, karena mengalami kesulitan finansial, maka POTRET terbit disesuaikan dengan kondisi keuangan. Sebagi apresiasi terhadap penulis, POTRET memberikan honor untuk tulisan yang dimuat sebesar Rp 100,000,-. Mungkin ini masih sangat kecil, karena majalah ini masih belum mendapat dukungan pendanaan yang bisa membuat kami membayar lebih besar. Begitu penjelasan kami.
Terima kasih
Wassalam

Dr,Abdullah Pui

Assaamualaikum wr.wb
Hai, nama saya Wita Wahyuni. Saya seirang mahasiswi UIN Ar-raniry, Darussalam, Banda Aceh. Maaf, kalau baru sekarang saya mengenal majalah POTRET.  Saya kenal, karena ternyata majalah POTRET itu diterbitkan oleh dosen bahasa Inggris saya. Ya, ia pemiliknya.

Nah, baru pertama kali saja, saya merasa sangat tertarik dengan majalah POTRET ini. Setelah menikmati beberapa artikel, saya merasa majalah ini sangat inspiratif. Begitu banyaknya hal yang dimuat di majalah POTRET.

Saya juga ingin menulis di majalah POTRET, tapi saya tidak tahu cara bisa menulisnya, karena saya masih amatiran dslam menulis.


Salam
Wita Wahyuni
Mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah
FEBI UIN- Arraniry,Darussalam,Banda Aceh

Waalaikum salam,
Terima kasih banyak Wita, atas kiriman surat ke meja Redaksi majalah POTRET. Kami senang dengan ungkapan anda yang baru mengenal majalah POTRET, walau sebenarnya majalah ini sudah 14 tahun hadir di Aceh. Majalah POTRET memuat banyak tulisan menarik yang diangkat dari realitas social. Penulisnya lebih banyak yang perempuan, sesuai dengan tujuan dan impian majalah ini membangun gerakan literasi di kalangan perempuan dari Aceh ke seluruh nusantara. Kami sangat senang memuat tulisan anda. Ayo silakan dikirim lewat email potret.ccde@gmail.com



Assalamualaikum wr.wb.

Salam kenal. Saya Zahra Zulchayra, mahasiswi UIN  Ar raniry Banda Aceh. Saya mengenal majalah POTRET ketika saya masih belajar di SMA Negeri 1 Banda Aceh. Jujur saja, saya sangat suka membaca majalah ini, karena memuat tulisan-tulisan yang bernas dan kritis. Apalagi penulisnya banyak dari kalangan perempuan. Saya semakin suka membacanya. Sayangnya, saya belum sempat mengirimkan tulisan seperti mereka.  Saat ini saya semakin termotivasi untuk menulis. Untuk itu, saya ingin bertanya, apakah majalah POTRET masih menerima kiriman tulisan dari penulis luar?

Mohon tanggapannya. Saya kuga akan mengajak teman-teman untuk terus menulis. Tentu saja, semakin cepat kita memulai menulis, semakin cepat pulanpengalaman didapat.

Salam saya dan terima kasih


Zahra Zulchayra


Mahasiswi UIN-Arraniry, jurusan Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Darussalam, Banda Aceh

Waalaikum salam,
Wah, kami ikut bahagia karena Zahra sudah membaca majalah POTRET sejak di SMA Negeri 1 Banda Aceh.Artinya, bukan hal yang baru. Namun masih tetap setia sebagai pembaca majalah POTRET. Kesetiaan itu, tampaknya juga harus diwujudkan dengan upaya mengirim tulisan ke majalah POTRET. Jadi, kami tunggu kiriman tulisannya ya. Ajak juga teman-teman di FEBI UIN Ar Raniry untuk mengirimkan tulisan ke majalah POTRET.

Salam

Redaksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...