Langsung ke konten utama

Genjot Sektor Pariwisata, Aminullah Harapkan Dukungan Komisi X DPR-RI



Banda Aceh - Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengharapkan dukungan dari Komisi X DPR-RI untuk memajukan sektor pariwisata yang saat ini menjadi salah satu sektor andalan Banda Aceh. Hal tersebut disampaikan Aminullah saat menjamu makan malam rombongan Komisi X DPR-RI di salah satu rumah makan di kawasan Ulee Lheue, Minggu (30/7/2017).

Anggota DPR-RI yang hadir di antaranya T Riefky Harsya, Edi Baskoro, dan Muslim Ayub. Hadir pula Deputi Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, dan Anas M Adam selaku Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Kemendikbud. Mereka tengah melakukan kunjungan kerja ke sejumlah wilayah di Aceh termasuk Banda Aceh.

Aminullah yang pada kesempatan itu turut didampingi oleh Wakil Wali Kota Zainal Arifin, Sekda Bahagia dan sejumlah Kepala SKPK terkait, menyebutkan pihaknya masih memerlukan banyak perhatian dari pemerintahan pusat dalam percepatan pembangunan Banda Aceh. “Jika hanya mengandalkan APBK saja tentu sulit untuk membangun Banda Aceh,” katanya.

“Oleh karena itu kami sangat mengharapkan dukungan dari Komisi X yang salah satu mitra kerjanya yakni Kementerian Pariwisata, mengingat sektor pariwisata merupakan andalan Banda Aceh. Saat ini, kami juga kami tengah mengupayakan kelengkapan paket wisata islami berupa tempat zikir khusus yang dapat menampung ribuan jamaah. Selama ini, zikir akbar yang digelar di Banda Aceh masih menggunakan halaman Masjid Raya Baiturrahman, halaman Balai Kota dan sejumlah lokasi lainnya.”

Tak ketinggalan, wali kota juga mempromosikan sejumlah destinasi wisata favorit yang ada di Banda Aceh seperti situs PLTD Apung, Museum Tsunami, dan Masjid Raya Baiturrahman. “Kami juga berharap selama berada di kota kami, bapak-bapak dari Komisi X dapat melihat berbagai potensi wisata di Banda Aceh yang bisa dikembangkan ke depan.”

Bukan hanya di sektor pariwisata, Aminullah juga mengharapkan dukungan DPR-RI dalam pemuda dan olahraga serta pendidikan. “Banda Aceh belum memiliki sport center yang representatif yang dapat menggelar event-event nasional maupun internasional. Kami akan siapkan lahan yang diperlukan dan sedang memperjuangkannya di Kemenpora. Mohon dukungan pula dari Komisi X DPR-RI untuk mewujudkannya.”

Sementara di bidang pendidikan, ia berharap dukungan Komisi X dalam peningkatan kualitas guru. “Walaupun saat ini kualitas pendidikan di Banda Aceh di atas rata-rata kabupaten/kota lainnya di Aceh, namun secara nasional Aceh masih tertinggal dari provinsi lainnya di Indonesia,” sebut Aminullah.

Di tempat yang sama, T Riefky Harsya selaku ketua rombongan menyebutkan Komisi X DPR-RI yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan, serta ekonomi kreatif, sedang giat-giatnya mendorong kepala daerah untuk menggarap sektor pariwisata.

“Investasi di sektor pariwisata jauh lebih murah biayanya di bandingkan sektor industri misalnya. Sektor pariwisata juga dapat membuka banyak lapangan kerja sehingga berimbas pada peningkatan perekonomian daerah,” kata anggota DPR-RI asal Aceh ini.

Banda Aceh, sebut Riefky, memiliki banyak potensi wisata seperti sejarah, kuliner, religi, dan ekonomi kreatif. “Sektor wisata Banda Aceh tinggal dipoles saja, apalagi jika dikolaborasikan dengan Aceh Besar dan Sabang, potensinya sangat luar biasa,” pungkasnya seraya menyatakan komitmen pihaknya untuk memajukan sektor pariwisata Banda Aceh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...