Langsung ke konten utama

Puisi- Puisi Riska Yunisyah Imilda



Tetap Sama Walau Beribu Tanya

Tayangan itu mendoktrin kita
Memberikan citra emasnya
Meluapkan segala emosi
Bertingkah bijak padahal lebih busuk
Menempatkan dirinya pada tempatnya
Memikat seseorang dengan tingkah
Layak kartun, memperkenalkan anggota
Apa maksud kata ini? 
Tidak ada..
 Aku hanya menceritakan
Politik negeri ini
Seperti apa itu profesi, membuat kita menunduk 
Profesi diatas segalanya
Tidak! Lebih tepatnya
Rupiah diatas segalanya
You know?Tanya seseorang bertingkah luar
Mengapa ini terjadi? Banyak yang bertanya
Termasuk khalayak, apa maksudnya?
Tetap saja bungkam
Ini negeri tetapi bukan negeri
Aku tetap berkerut kening
Mendengar suara yang telah membusuk dibelakang
Tidak ada yang berkutik
Aku diam, apalagi kau bertingkah lebih dari batu
Hutan tetap berasap, air tetap menjadi coklat
Udara tetap hitam!
Tidak ada yang berubah, PERUBAHAN hanya teriakan semata


Derita Untuk Semut Kecil
Aku bebas, merdeka
Jerit penghuni negeri ini
Ini negeriku terserahku, ungkap mereka
Penjajah telah punah....
Tetapi virus baru menjajah kembali
Mungkin memang harus dibangun 
Karakter bangsa yang baru
Semboyan baru..
Atau lambang negara yang baru..
Idealitas atau realitas..
Profesional atau materi 
Harus dipilih 
Pemimpin mana, yang mana?
Setiap tahun seperti ini
Semut-semut telah terinjak 
Tikus-tikus berkuasa, berkipas daging busuk
Hasil jerih payah semut
Diknimati tikus, didalangi oleh ular
Dimakan ular, disantap oleh elang
Begitulah negeri ini seperti rantai makanan
Yang semakin tinggi kuasanya semakin banyak dapatnya..
Yang muda bangkit bersimbah darah..
Tapi, hanya buih lisan saja
Ayo berantas korupsi
Teriak orang kampanye!
Memikat hati semut, dengan gula
Semut tertarik dengan gula dan menyantapnya
Ternyata gula tersebut mematikan mereka
Itu bukan gula, tetapi itu racun yang dibaluti butiran manis
Mungkin, semut harus menerima
Atau harus mencari penawar racunnnya
Atau memilih pilihan yang terakhir 
Terkubur dan membusuk bersama ulat

 Penulis adalah Mahasiswi Ilmu Komunikasi Jurnalistik Semester 2 UIN Sunan Gunung Djati   Bandung














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...