Langsung ke konten utama

CALON LEGISLATIF PEREMPUAN ACEH SIAP MENANG PADA PILEG 2019



BANDA ACEH– POTRET/30/10/18. Menghadapi tahun politik 2019, 60 orang calon legislatif perempuan mewakili seluruh level pencalonan legislatif di provinsi Aceh, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar hadir pada kegiatan Aceh Women Candidate Forum yang diselenggarakan oleh Flower Aceh, Balai Syura, Kaukus Perempuan Parlemen Aceh (KKPPA) atas dukungan IRI pada 29 Oktober 2018 di Hotel Kyriad Banda Aceh. Pertemuan juga  menghadirkan pimpinan LSM, jurnalis/media serta Dinas pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di tingkat provinsi Aceh, Kota Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar.

Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Aceh, Dr. Mariati M.Si dalam sambutan pembukanya mengajak kepada para peserta untuk saling mendukung dan menguatkan. Mariati juga mengingatkan agar dalam berjuang harus menghindari keputusasaan, fokus pada pemenangan diri, dan bangun komunikasi dengan konstituen dengan baik. Kita dipilih karena kita dikenal dan dipercaya. 

Menyikapi DCT DPRA Aceh Pileg 2019, Direktur Flower Aceh, Riswati dalam paparan nya menyebutkan bahwa “Secara kuantitatifparpol mampu memenuhi pencalonan 30% sebagaimana diamanatkan UU Nomor 7Tahun 2017.Parpol juga cukup konsisten menjalan UU kaitannya dengan penempatan nomor urut, dalam 3 ada 1. Hal ini cukup positif dan perlu dipertahankan.Walau pada penetapan nomor urut, perempuan masih berada pada nomor-nomor kurang strategis. Kedepannya pemenuhan 30% kuota perempuan oleh partai politik harus secara kuantitatif dan kualitatif, dan dilakukan secara sistematis,”tegasnya.

Para peserta mewakili perempuan dari lintas partai politik secara bergantian menyampaikan  latar belakang dan tujuan mejadi Caleg pada Pileg 2019.

Tokoh perempuan Aceh dan politisi PPP, Rosni Idham, menegaskan “perempuan masih menghadapi persoalan terkait kesejahteraan dan pendidikan. Jumlah perempuan yang mendapatkan pendidikan berkualitas masih minim, dan berdampak pada tingkat kesejahteraannya, tegasnya.  Kondisi ini menjadi motivasinya untuk mencalonkan diri pada Pileg 2019. 

Hal senada juga disampaikan oleh Mutiawati dan Topa Ningsih, “Pembangunan Aceh haruslah memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas pendidikan bagi masayarakat, terutama perempuan yang selama ini masih terlupakan. Kehadiran perempuan dalam lembaga legislatif akan memberikan manfaat bagi perubahan kebijakan dan anggaran yang lebih berpihak kepada perempuan”. 

Tjut Ika Maulizar menegaskan keseriusan akan menjalankan peran sebagai legislator yang berpihak pada masyarakat, khususnya perempuan jika nantinya terpilih.

“Jika saya menjadi anggota legislatif, maka upaya pembangunan dan perbaikan terhadap kesejahteraan masyarakat Aceh dapat dilakukan melalui fungsi kedewanan, menghadrikan kebijakan dan penganggaran yang berpihak kepada masyarakat secara adil sesuai kebutuhan masyarakat dan perempuan khususnya”. Menjalankan fungsi legislator yang berpihak kepada masyarakat dan perempuan ini juga menjadi keseriusan Suraiya dan Nurhayati.

Sementara itu, Tati Meutia Asmara lebih mengedepankan upaya membangun ketahanan keluarga untuk mendukung pembangunan Aceh yang lebih baik. “Keluarga menjadi pondasi pembanguna daerah yang lebih baik, jika fungsi utama keluarga berjalan, maka dapat menciptakan generasi Aceh yang mumpuni”, tegasnya. 

Arabiyani, M.H aktivis perempuan dan politisi partai Aceh memberikan apresiasi atas keberanian caleg perempuan di Aceh untuk maju pada Pileg 2019. Tantangan yang dihadapi pastinya lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Kesiapan diri baik secara fisik, psikis dan finansial menjadi keharusan. Perjuangannya akan berfokus pada kepentingan dan kebutuhan baik perempuan dan laki-laki.

T. Khairol, wartawan Bidik Aceh mengingatkan para peserta kegiatan untuk mengambil peran dengan memberikan pendapat di mediatentang isu-isu strategis yang berkembang di Aceh, terutama untuk pemenuhan hak perempuan dan perjuangan lainnya
Lebih lanjut, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ichsan menambahkan, penting memetakan hal-hal yang bisa menarik perhatian media. Bagi media hal yang menarik untuk dipublikasikan berkaitan dengan citra fisik, citra populer, dan citra kontra. Tidak dipungkiri bahwa media butuh suara perempuan untuk memberikan pandangannya.
Wartawan INews, Ryan Aldi menambahkan agar perempuan juga bisa memanfaatkan media sosial untuk kebutuhan kampanye dan publikasi. Juga harus secara rutin membahani diri dengan memperkaya berbagai informasi dan pengetahuan terkait isu-isu yang digeluti. 
Ketua Forum Jurnaslis Independen Indonesia, Sania mengingatkan caleg perempuan agar berpolitik secara jujur, tidak terkontaminasi dengan prilaku politik yang tidak sehat. Perempuan harus mengedepankan model politik berbeda, berjuang secara bersih dan menolak hoax.
Proses kegiatan yang difasilitasi oleh Ketua Presidium Balai Syura, Khairani Arifn SH M.Hum ini menjadi sarana untuk mengenalkan calon legislatif perempuan yang akan maju pada Pileg 2019 melalui media, LSM dan dinas yang menangani upaya pemberdayaan perempuan di Aceh.Pertemuan ini juga berhasil merumuskanrencana strategis pemenangan perempuan pada Pileg 2019.   

Banda Aceh, 29 Oktober2018
Direktur Flower Aceh
Riswati   Ph. 081360711800

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...