Langsung ke konten utama

Impian Menerbitkan Buku Itu, Akan Menjadi Kenyataan

Ilustrasi : EF

Oleh Sitti Zahara Tarmizi
Siswi SMA Negeri 1 Bandar Dua, Pidie Jaya

Paling tidak, ada dua kebiasaan dan kegemaran saya yang saya selalu lalukan. Sejak dulu saya suka melukis, baik itu pemandangan,bunga ataupun bangunan.  Bahkan, karena begitu sukanya, saya membeli buku arsitek.  Kebiasaan dan kegemaran saya yang kedua, dari dulu  saya membaca. Saya membaca  novel, cerpen ataupun teks biografi seseorang dan cerita perjuangan. Setiap hari, berjam-jam saya habiskan waktu untuk membaca dan menulis, karena menurut saya dengan membaca dan  menulis kita dapat mengurangi beban pikiran kita. Itulah salah satu keuntungan membaca dan menulis. Wajar saja kalau ada yang menyebut saya kutu buku.

Kerika pertama mendengar ada yang mengatakan saya kutu buku, saya pernah tersinggung dan marah. Ya, waktu itu saya begitu marah dikatakan begitu, karena saya pada waktu itu belum mengetahui pengertiannya. Namun, setelah saya tahu apa arti kutu buku, sebutan itu tidak mengganggu saya lagi. Apalagi, karena kebiasaan itu ternyata membawa hasil bagi saya. Saya  pernah berprestasi yang membuat orang tua saya bangga pada saya.  Selain itu, saya juga pernah mengikuti  kegiatan menari dalam lomba tarian antar kabupaten.

Ketika saya memasuki SMP, saya terus melukis dan membaca.  Biasanya, yang sering saya lukis adalah kaligrafi. Ketika hasil karya saya ada yangg menandinginya, saya pun mulai putus asa. Namun terus terdorong untuk bisa lebih baik. Ya, saya terus membaca dan kemudian mulai timbul dalam perasaan saya untuk mencurahkan isi hati saya dalam sebuah buku. Mulai saat itu saya menulis harian atau sering disebut “diary”.  Setiap pulang sekolah saya menulis diary.

Suatu hari, di Mereudu , kini menjadi ibu kota Pidie Jaya, diadakan lomba kaligrafi se Kabupaten. Karena di sekolah kami tidak ada yang mau mengikutinya, dengan hati putus asa saya mengikutinya. Karena saya tidak tertarik lagi dengan melukis, saya tidak belajar di rumah. Waktu perlombaan pun tiba, dengan irama jantung tak karuan saya dibawa ke Mereudu.

Sesampainya di sana, saya disuruh masuk ke dalam ruangan. Terasa begitu asing bagi saya, tidak ada seorang pun yang saya kenali. Ternyata nomor peserta saya paling depan dan di samping saya seorang siswa dari Lueng Putu, dari kabupaten yang sama. Karena saya tidak tertarik lagi dengan melukis, saya tidak membawakan perlengkapannya. Juri pun memasuki ruangan tersebut " Lukislah sebaik mungkin, jadilah pemenangnya, semangat! Semangat! (Sambil membagikan kertas karton dan spidol). Kami pun mulai melukis.

Saya melukisnya begitu lambat dan selalu salah, karena tidak ada penggarisnya. Tiba-tiba teman semeja dengan saya bertanya " tidak bawa penggaris ya? Kebutulan saya bawa dua, pinjam saja punyaku".  Saya pun menerimanya.  Kemudian dia berkata lagi "  Kenalin, nama saya M.Zubir. Saya bersekolah di SMP Unggul. Saya tinggal di Lueng Putu (sambil menjulurkan tangannya pada saya)

Saya menjawab " iya, nama saya Sitti Zahara. Terima kasih ya atas pinjamannya " (menunduk malu). Kami terus melukis sambil berbincang hingga waktunya selesai.

Ketika pengumuman tiba, ternyata saya juara harapan. Saya begitu gembira. Beberapa minggu kemudian, tiba waktunya mengikuti ujian semester dan Alhamdulillah saya menjadi bintang kelas.

Sekarang saya duduk di bangku SMA. Artinya, masa kekanakan saya telah berlalu pergi.  Walaupun kini saya sudah menjadi siswa SMA, hobby saya menulis tidak pernah saya lupakan. Saya terus menulis. Suatu ketika timbul diperasaan saya karangan saya dijadikan sebuah buku. Setelah saya mempertimbangkan ternyata menerbitkan sebuah buku bukanlah hal yang mudah dan saya hampir menyerah.

Setelah saya membaca buku Asma Nadia yang berjudul " Mengejar Ngejar Mimpi" yang isinya tentang melawan rintangan demi menemukan kesuksesan. Dari buku tersebut semangat saya kembali hadir. Saya mulai menulis cerpen, puisi dan diary.

Setelah saya ceritakan semuanya keinginan saya pada guru di sekolah, ternyata guru bisa membantu saya. Dia memberikan nama facebook bapak penerbit buku kepada saya. Awalnya saya merasa tidak berani untuk chattingan dirinya. Karena saya mengingat akan impian saya ingin menjadi penulis, saya beranikan diri menghubungi. Alhamdulillah sekarang karangan saya sudah dipublikasikan di POTRET. Ya, sebuah majalah yang diterbitkan di kota Banda Aceh sejak tahun 2003 itu. Walau belum dalam bentu cetak, karena majalah ini juga sedang kesulitan mencetaknya, namun setiap saata saya bisa membaca tulusan saya lewat www.potretonline.com.  Kini semangat menulis saya semakin memanas. Impian menulis buku, Insya Allah akan terwujud. Oleh sebab itu, saya harus terus memperbanyak tulisan. Dengan banyaknya tulisan ini saya bisa kumpulkan dan suatu saat akan datang waktu yang tepat untuk meneribitkan buku. Pokoknya, sekarang  dan seterusnyanya, saya akan terus menulis hingga karangan saya bisa dijadikan sebuah buku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Petualangan

  Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok, Jawa Barat Baru kusadari, ternyata upaya memotong ikatan emosiku dengan dunia petualangan di alam terbuka dengan sekian tahun menutup diri dari interaksi dengan Mapala UI, tidaklah menghentikan petualangan itu. Ruh petualangan itu hanya berpindah di kehidupan keseharian. Aku masih ingat saat seorang kolega senior dalam dunia tersebut bicara tentang keinginan mendaki puncak Everest, lantas berlanjut ke 8.000 meter yang lain, kukejar dengan pertanyaan "sesudah itu...?" Tak pernah kuproleh jawaban yang jelas. Puncak Everest dan 8.000 an meter itu bukan milikku yang amatir, mereka milik para profesional dan sedikit kegilaan seperti tokoh di bawah ini. Kilas balik, memasuki dunia pendidikan STM Pembangunan adalah sebuah petualangan yang "terpaksa" karena ongkos memasuki SMA tak terjangkau. Di terima di PTN terbaik negeri ini juga petualangan, karena sungguh tak terbayangkan, ikut ujian PP-I di Gelora Senayan, sendirian tanpa kawa...

Berbagi Rambutan

  Oleh Salsabila Z   ​ Hari ini, Zain memanen buah rambutan di samping rumah bersama sang Ayah. Ia senang sekali, karena pohon rambutannya berbuah lebat dan rasanya pun manis. ​ “Alhamdulillaahh...” ujar Zain sambil memakan satu buah rambutan. ​ “Iya, alhamdulillaah...” ujar Ayah.”O ya, nanti Zain bantu Kak Salma membagi buah rambutann ini ke tetangga ya?” pinta Ayah sambil membagi  buah-buahan itu  sama banyak lalu menalinya dengan rafia. ​ “Kenapa dibagi Yah? Mending ,  kita  jual saja.  Biar tetanggak kita beli, lalu kita dapat banyak uang ,  deh,” usul Zain. Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk membeli mainan baru  dari hasil menjual rambutan  nanti . ​ “Ya, nanti kita akan jual rambutan ini kepada Pak Sukri, pedagang buah samping pasar itu. tapi tidak semuanya. Ada yang kita bagi sama tetangga dan ada juga yang kita sisihkan untuk kita makan sekeluarga,” jawab Ayah. ​ “Kok begitu Yah?” ​ “Ya, tidak ada salahn ya   dong,...