Langsung ke konten utama

Tidak Ada Gunanya Menjadi Anak Nakal di Sekolah

ilustrasi : vebma.com

Oleh Maisarah
 Pelajar kelas IX B SMPN 3 Bandar Dua Kecamatan Jangka Buya, Pidie jaya
Sekolah SMP 3 Bandar Dua, Pidie Jaya, sekolah di mana aku belajar, belajar dan terus belajar. Sekolah itu terletak di Jangka Buya,  di desa Reului Mangat. Aku sangat bangga bisa sekolah di sana, walaupun tidak begitu terkenal. Ya, yang aku inginkan adalah ilmu, bukanlah untuk membuat diriku terkenal sekolah yang tinggi. SMP itu memang sekolah yang sederhana, tetapi bisa mendidik murid-murid hingga mencapai ratusan orang.
Namun aku sering merasa sesuatu yang kadang-kadang keluar dari pikiranku.  Ya, Aku bingung dengan sekolahku sendiri. Aku bertanya, mengapa aku tidak boleh melanggar satu aturan pun. Sebenarnya, Ya aku tahu, peraturan itu untuk dipatuhi, bukan untuk dilanggar. Namun,  yang anehnya lagi kenapa anak-anak di sekolah itu suka melanggar?  Apa gunanya menjadi nakal di sekolah?. Apa kita ingin menjadi seorang yang sangat dibanggakan oleh teman-teman kita?  Tentu semua ingin dibanggakan, tetapi tidak dengan cara  seperti itu.
Banyak cara yang baik dan lebih baik, yaitu dengan cara belajar yang rajin. Kita harus menjadi pelajar teladan dan nama kita menjadi terkenal di sekolah.  Itulah sebenarnya yang dinamakan dengan murid hebat. Bukan menjadi preman di sekolah. Menjadi preman, tidak bisa menjadi murid hebat. Tidak sama sekali. Itu sama saja kita seperti anak punkyang tidak mendengar nasehat orang tua, guru, dan orang-orang lain.
Bagiku, menjadi anak nakal tidak ada gunanya, hanya menambah dosa dan membahayakan orang lain saja. Jadi mulai sekarang jangan menjadi preman di sekolah. Jadilah kawan, pelajar teladan. Insya Allahbisa membuat orang tua kita bangga. Yakinlah dan maulah berusaha. Pasti masa depan kita akan menjadi  lebih baik dan seorang yang sukses. Ya, sukses dunia dan akhirat.
Untuk apa bangga dengan kejahatan. Itu tidak menguntungkan bagi kita dan orang sekitar kita.  Banggalah menjadi anak rajin. Pasti pintar, jadi hebat dari hebat jadi terkenal...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Besar Arisqa Rinaldi Terwujud dalam Usaha dan Doanya

Arisqa murid kelas 5 SDN 2 Kandang, Kecamatan Kleut Selatan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pada ilmu pengetahuan, yaitu di bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Setiap malam, dia selalu meluangkan waktunya untuk membaca buku-buku tentang sains, melakukan eksperimen sederhana dan bertanya kepada gurunya tentang berbagai fenomena alam yang menarik minatnya. Keinginannya untuk memahami dunia di sekitarnya tidak pernah kandas dan mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Kabupaten Aceh Selatan. Arisqa menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, dia harus bekerja keras dan berlatih dengan tekun.  Dengan dukungan penuh dari orang tuanya yang selalu mengingatkannya di depan pintu gerbang sekolahnya, ayahnya berkata, “Nak teruslah berproses dan jangan lupa hormati gurumu”.    Dengan    bimbingan dari guru-guru di sekolahnya, Arisqa mempersiapkan diri dengan baik. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Arisqa selalu menyempat...

Profesor

Oleh Ahmad Rizali Berdomisili di Depok Jagat maya akademik sedang gaduh karena ibu Megawati memperoleh gelar Guru Besar Tidak Tetap Honoris Causa dari Universitas Hankam.  Beberapa sahabat saya sering jengah bahkan ada yang berang, karena kadangkala saat diundang bicara dalam sebuah perhelatan akademis, ditulislah di depan namanya gelar Prof. Dr.    Setiap saat pula beliau menjelaskan bahwa dirinya hanya S1.  Satu lagi sahabat saya yang bernasib sama dengan yang di atas. Kalau yang ini memang dasar "rodok kusruh" malah dipakai guyon. Prof diplesetkan menjadi Prov alias Provokator, karena memang senangnya memprovokasi orang dengan tulisan-tulisannya , terutama dalam diskusi cara beragama dan literasi.  Sayapun mirip dengan mereka berdua. Namun karena saya di ijazah boleh memakai gelar Insinyur, tidak bisa seperti mereka yang boleh memakai Drs, yang juga kadang diplesetkan kembali menjadi gelar doktor lebih dari 1. Saya pikir mereka yang pernah memperoleh gelar Do...

FJL Aceh Nilai Distribusi Data Bencana di Aceh Belum Baik

  BANDA ACEH - Potretonline.com, 03/01/22. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menilai distribusi data terkait bencana banjir di beberapa kabupaten saat ini belum baik. FJL Aceh menyarankan agar Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) memfungsikan pusat data informasi dengan maksimal. Kepala Departemen Monitoring, Kampanye, dan Advokasi FJL Aceh Munandar Syamsuddin, melului siaran pers, Senin (3/1/2022) menuturkan BPBA sebagai pemangku data kebencanaan seharusnya memperbarui data bencana setiap hari sehingga media dapat memberitakan lebih akurat. "Memang tugas jurnalis meliput di lapangan, namun untuk kebutuhan data yang akurat harusnya didukung oleh instansi terkait, dalam hal ini pemangku data adalah BPBA," kata Munandar. Penyediaan data satu pintu, kata Munandar, sangat penting agar tidak ada perbedaan penyebutan data antarmedia. Misalnya, data jumlah desa yang tergenang, jumlah pengungsi, dan kondisi terkini mestinya diupdate secara berkala. Perbedaan penyebutan data ak...